Kenaikan Upah Minimum Masing-masing Sebesar 1 Persen Kenaikan Upah Minimum Masing-masing Sebesar 8.83 Persen

7.2.2. Kenaikan Upah Minimum Masing-masing Sebesar 1 Persen

Simulasi 2 ingin mengevaluasi dampak dari kebijakan yang secara nominal terlihat seolah-olah pemerintah telah mencoba mempertimbangkan kepentingan pekerja tetapi secara riil belum mampu meningkatkan kesejahteraan buruh. Tabel 26 memperlihatkan peningkatan upah minimum rata-rata 1 persen dimana kenaikan tersebut dibawah rata-rata tingkat inflasi 2001-2004 yaitu 8.83 persen berdampak pada peningkatan tingkat pengangguran total sebesar 0.04 persen mencapai 9.50 persen. Dari persentase tersebut peningkatan pengagguran didominasi oleh angkatan kerja berpendidikan rendah 4.35 persen. Sejalan dengan hasil penelitian ini, Suryahadi 2003 juga menyimpulkan bahwa TK berpendidikan rendah sangat potensial terpukul oleh kebijakan upah minimum karena para pekerja tersebut sangat rentan terhadap perubahan dalam pasar TK. Dampak peningkatan upah minimum satu persen atau kenaikan di bawah rata-rata tingkat inflasi menyebabkan penurunan nilai investasi total 0.53 persen. Penurunan nilai investasi tertinggi pada sektor pertanian yang mencapai 6.96 persen menurun 260 milyar rupiah per tahun. Kesempatan kerja sektoral pertanian menurun -0.05 persen, industri -0.06 persen dan jasa -0.04 persen. Sejalan dengan penurunan kesempatan kerja sektoral tersebut, nilai produksi sektor pertanian menurun 0.02 persen, sektor industri -0.05 persen dan jasa -0.02 persen. Selanjutnya agregasi nilai produksi sektoral menghasilkan penurunan nilai penawaran agregat 0.02 persen dan menyebabkan peningkatan inflasi sebesar 0.06 persen. Tabel 26

7.2.3. Kenaikan Upah Minimum Masing-masing Sebesar 8.83 Persen

Simulasi 3 ingin mengevaluasi dampak dari kebijakan seandainya pemerintah mencoba mempertahankan kesejahteraan buruh. Artinya pekerja Indonesia tidak membutuhkan tambahan dana untuk mempertahankan kesejahteraan pada kondisi tingkat inflasi yang setiap tahun meningkat. Hasil simulasi 3 seperti pada Tabel 27 memperlihatkan dampak tingkat pengangguran total meningkat 0.36 persen mencapai 9.82 persen. Hal ini disebabkan semakin besarnya jarak antara peningkatan penawaran TK yang meningkat 0.11 persen sementara kesempatan kerja total berkurang -0.29 persen. Secara sektoral, kesempatan kerja sektor pertanian menurun -0.42 persen, industri -0.49 persen, dan jasa -0.36 persen. Peningkatan UMR di atas rata-rata tingkat inflasi 2001-2004 telah menyebabkan semakin meningkatnya faktor resiko ketidakpastian di pasar tenaga kerja. Karena nilai investasi cenderung bergantung pada harapan akan masa yang akan datang maka pandangan investor tentang masa depan pasar tenaga kerja akan sangat memainkan peranan. Penurunan nilai investasi sektoral dan total selanjutnya menurunkan nilai produksi sektor pertanian 0.16 persen menurun 86 milyar rupiah, industri 0.44 persen menurun 403 milyar rupiah, dan jasa 0.18 persen menurun 95 milyar rupiah. Penawaran agregat menurun -0.17 persen menurun 584 milyar rupiah. Inflasi meningkat 0.53 persen mencapai 6.77 persen. Secara umum, upaya mempertahankan kesejahteraan buruh melalui upah minimum pada simulasi 3 menghasilkan trade off berupa memburuknya kondisi perekonomian makro. Tabel 27

7.2.4. Kenaikan Upah Minimum Masing-masing Sebesar 10 Persen