rupiah, industri 82.6 milyar rupiah dan jasa 2.8 milyar rupiah. Peningkatan UMR sebesar satu rupiah per tahun akan menurunkan nilai investasi sektor pertanian 1.3
milyar rupiah, industri 2.3 milyar rupiah dan jasa 0.4 milyar rupiah. Selanjutnya peningkatan jumlah kasus pemogokan satu kasus per tahun akan menurunkan nilai
investasi sektor pertanian 5.3 milyar rupiah, industri 23.3 milyar rupiah dan jasa 1.0 milyar rupiah.
Pada kenyataannya, sektor pertanian mempunyai rata-rata nilai investasi paling rendah di era otda yang telah lalu, yaitu 3.46 persen dari total investasi
dibanding sektor lain tahun 2001-2004. Hasil penelitian Kalangi 2006 juga menyimpulkan hal serupa 2.04 persen, karena dianggap sektor pertanian kurang
menguntungkan bagi investor asing. Namun, sumbangan sektor pertanian terhadap PDB relatif besar, rata-rata di era otda yang telah lalu mencapai 15.73
persen tahun 2001-2004. Sumbangan terhadap peningkatan kesempatan kerja pada periode yang sama mencapai 44.42 persen.
6.6. Kinerja Moneter
Pendugaan parameter persamaan penawaran uang MS, permintaan uang MD dan suku bunga nominal SB memberikan koefisien determinasi R
2
di atas 84 persen seperti pada Tabel 23. Artinya peubah-peubah penjelas di dalam
persamaan tersebut dapat menjelaskan 99 persen fluktuasi peubah MS dan MD, dan 84 persen fluktuasi peubah SB. Peubah endogen di dalam persaman MS, MD
dan SB dipengaruhi secara nyata oleh peubah penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata
α 0.01.
Tabel 23. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran dan Permintaan Uang serta Suku Bunga Tahun 1980-2004
Elastisitas Peubah
Parameter Estimasi
Prob |T|
Jangka Pendek
Jangka Panjang
MS
penawaran uang
Intercept AD
permintaan agregat
SB
suku bunga
∆ER
perubahan
nilai tukar rupiah terhadap Dolar
Amerika
LMS
lag penawaran uang
-485.902 0.004305
3.060249 0.026827
0.454207 .0001
.0001 0.0555
0.0208 0.9622
0.0501 0.0926
1.7630 0.0919
0.1697
F-Hitung = 892.35 R
2
= 0.99498 DW = 1.342731 MD
permintaan uang
Intercept AD
permintaan agregat
∆SB
perubahan suku bunga
DKE
dummy krisis ekonomi
LMD
lag permintaan uang
-341.791 0.003544
-1.63250 48.77867
0.554641 0.0002
.0001 0.1065
0.1525 .0001
0.7921 -0.0105
1.7786 -0.0236
F-Hitung = 774.43 R
2
= 0.99422 DW = 1.192748 SB
suku bunga
Intercept ∆MS
perubahan penawaran uang
LAD
lag permintaan agregat
LINF
lag inflasi nasional
LSB
lag suku bunga
3.015449 -0.00527
5.074E-6 0.630957
0.455050 0.1614
0.2581 0.2839
.0001 0.0002
0.3829 0.7026
F-Hitung = 23.22 R
2
= 0.83765 DW = 1.403858
Tabel 23 memperlihatkan permintaan agregat AD berpengaruh potitif terhadap penawaran uang MS, permintaan uang MD dan suku bunga nominal
SB. Peningkatan AD satu milyar rupiah akan meningkatkan MS 4.3 juta rupiah, MD 3.5 juta rupiah dan suku bunga nominal 0.00001 persen. Peningkatan SB satu
persen menyebabkan peningkatan MS 3.1 milyar rupiah, sebaliknya terjadi penurunan MD 1.6 milyar rupiah. Nilai tukar berpengaruh positif terhadap MS.
Peningkatan selisih nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tahun sekarang dan tahun lalu sebesar satu rupiah per dollar akan meningkatkan MS 26.8 juta rupiah.
Tingkat suku bunga juga dipengaruhi secara positif oleh lag inflasi. Peningkatan inflasi tahun sebelumnya sebesar satu persen akan menyebabkan peningkatan
suku bunga nominal 0.63 persen. Respon peningkatan suku bunga akibat peningkatan lag inflasi tidak elastis dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang.
6.7. Kinerja Keseimbangan Makro