Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Pengelolaan Kualitas Air

2.7.1. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air

Guna menjaga kelestarian daerah tangkapan air. pemerintah daerah merencanakan program koordinasi antar institusi yang terlibat antara lain. Pemerintah Daerah Kabupaten, Perum Perhutani, PN Perkebunan, Bapedalda, Tokoh Masyarakat dan PJT II. Program telah menetapkan Arboretum di Wayang Windu, Air terjun Citarum di Gunung Wayang, Desa Kertasari, Kecamatan Taruma Jaya, Kabupaten Bandung. Arboretum merupakan percontohan penghutanan kembali lahan yang telah dijadikan perkebunan secara tidak sah oleh rakyat setempat. PJT II menyumbang 15.50 ribu pohon yang ditanam langsung di Wayang Windu, dan memagari sekeliling areal. Program resettlement Kampung Pasir Peundey, Desa Mekar Jaya, Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung, di Cisangkuy bagian hulu sungai Citarum, pada akhir program PJT II menyumbang 6.72 ribu bibit pohon. Rencana ini diusulkan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Warga Peduli Lingkungan dibawah kordinasi BPLHD Provinsi Jawa Barat. Seiring dengan program diatas Dirjen Bangda, Departemen Dalam Negeri mengusulkan Proyek Penanaman dan Pengembangan Tanah Wilayah Hulu di Citarik Sub DAS Citarum dengan pendanaan bersama pemerintah Jepang. Areal yang menjadi target proyek adalah lahan pribadi atau masyarakat yang berbatasan dengan areal hutan, proyek ini diperluas ke Sub DAS Cikeruh dan Cirasea.

2.7.2. Pengelolaan Kualitas Air

Institusi kunci dalam pengelolaan kualitas air yakni jasa lingkungan dan BAPPEDALDA pemerintah daerah setempat. Institusi ini memonitor kualitas air di sungai dan drainase, dan bertanggung jawab dalam memelihara kualitas air yang baik. PJT II mengimplementasikan Program Air Bersih di Sungai Citarum dan Bekasi sebagai aktivitas pengelolaan kualitas air, PJT II telah memonitor kualitas air pada 70 stasiun sepanjang kedua sungai tersebut dan menganalisa sampel di laboratorium sebulan sekali. Parameter hasil analisa dilaporkan ke institusi terkait di Provinsi Jawa Barat, lembaga lingkungan hidup provinsi dan kabupaten menindak lanjuti hasil laporan tersebut. Telah terjadi beberapa kasus, dimana pemantauan dan laporan tidak tepat waktu sehingga tindak lanjutnya kurang tepat.

2.7.3. Pengendalian Banjir dan Kekeringan.