Alokasi Air Optimum di Wilayah Cikarang

Pola alokasi aktual dan optimum agak berbeda dimana pola alokasi ke sektor pertanian disesuaikan dengan kebutuhan air berdasarkan pada tahapan pertumbuhan Gambar 20. Perbedaan alokasi ini terutama untuk sektor pertanian dapat disebabkan dengan bertambahnya sumber air setempat akibat hujan yang terjadi di wilayah tersebut, atau pergeseran jadwal tanam sehingga penyaluran dari Bendung Curug yang seharusnya disesuaikan dengan jadwal penyaluran yang telah dirancang sebelumnya berubah akibat perubahan jadwal tanam. Dominasi sektor pertanian menyebabkan pola alokasi air mengikuti pola alokasi sektor pertanian, alokasi ke sektor domestik dan industri kurang fluktuatif.

7.4. Alokasi Air Optimum di Wilayah Cikarang

Wilayah Cikarang terdiri dari dua sub wilayah yakni sub wilayah Cikarang A dan sub wilayah Cikarang B, sub wilayah Cikarang A merupakan wilayah yang dilayani saluran Cikarang A dalam hal ini Sungai Cikarang sedangkan sub wilayah Cikarang B merupakan wilayah sepanjang saluran induk Tarum Barat antara Bendung Cikarang dan Bendung Bekasi. Sub Wilayah Cikarang A melayani sektor pertanian seluas 9.76 ribu hektar dengan klasifikasi sawah golongan III sampai dengan V. Sektor domestik terdiri dari 1 PDAM dengan klasifikasi golongan kecil, sedangkan sektor industri terdapat 2 kategori industri sedang dan besar masing-masing terdiri dari satu perusahaan. Di Sub wilayah Cikarang B, terdapat sektor pertanian dengan total luas lahan yang tersedia 11.12 ribu hektar, dengan kategori lahan golongan I, III dan IV. Sektor domestik yang ada di wilayah terdiri dari dua kategori yakni kecil dan sedang, masing-masing terdiri atas 2 PDAM dan 1 PDAM, sedangkan sektor industri terdiri kategori kecil sampai besar, masing-masing meliputi 9 perusahaan, 6 perusahaan dan 1 perusahaan. 5.000 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Periode D eb it m 3 de ti k IRAKT IROPT Keterangan : IRAKT : alokasi aktual, IROPT : alokasi optimal Gambar 21. Alokasi Air ke Sektor Pertanian di Wilayah Cikarang Alokasi air optimum di sub wilayah Cikarang A ke sektor pertanian baik pada musim tanam I dan II memilih semua areal diairi, dengan produktivitas masing-masing sebesar 4.61 ton, 4.31 ton dan 3.61 ton per hektar untuk sawah golongan III, IV dan V. Total produksi pada musim tanam I sebesar 41.52 ribu ton padi dan 38.48 ribu ton pada musim tanam II. Terlihat bahwa pada musim tanam II yang jatuh pada musim kering produktivitas per hektar menurun dibandingkan pada musim tanam I. Total benefit yang dihasilkan dari alokasi air tersebut sebesar 10.24 milyar rupiah pada musim tanam I dan 10.05 milyar rupiah pada musim tanam II. Alokasi air ke sektor pertanian wilayah Cikarang B, menghasilkan produktivitas 3.31 ton sampai dengan 5.41 ton per hektar pada musim tanam I dan 3.36 ton sampai 5.00 ton per hektar pada musim tanam II. Total produksi yang dihasilkan sebesar 54.10 ribu pada musim tanam I dan 30.58 ribu ton pada musim tanam II. Benefit yang dihasilkan sektor ini di wilayah Cikarang B ini sebesar 14.39 milyar rupiah pada musim tanam II dan 9.12 milyar rupiah pada musim tanam II. Total produksi dari kedua wilayah ini pada musim tanam I sebesar 95.62 ribu ton dan 69.06 ribu ton pada musim tanam II. 0.490 0.500 0.510 0.520 0.530 0.540 0.550 0.560 0.570 0.580 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Periode D e bi t m 3 de ti k DAKT DOPT Keterangan : DAKT : alokasi aktual, DOPT : alokasi optimal Gambar 22. Alokasi Air ke Sektor Domestik di Wilayah Cikarang Alokasi air baku untuk sektor domestik di sub wilayah Cikarang A sebanyak 5.00 ribu meter kubik atau dengan debit 4.20 liter sampai 4.80 liter per detik, dengan benefit yang dihasilkan sebesar 180.00 ribu rupiah per tengah bulanan. Alokasi air baku ke sektor domestik di sub wilayah Cikarang B sebanyak 681.45 ribu meter kubik per tengah bulannya atau 4.20 liter sampai dengan 4.80 liter per detik, dan benefit yang dihasilkan sektor ini sebesar 0.17 juta rupiah per tengah bulannya dan total benefit setahun sebesar 4.19 juta rupiah. Alokasi air baku industri untuk sub wilayah Cikarang B sebesar 7.50 ribu meter kubik, 34.00 ribu meter kubik dan 195.00 ribu meter kubik per perusahaan untuk kategori kecil sampai dengan besar. Total air yang disalurkan ke sektor ini sebesar 681.45 ribu meter kubik dengan debit berkisar antara 0.39 meter kubik per detik sampai 0.42 meter kubik per detik. Alokasi air optimum ini menghasilkan benefit sebesar 39.79 juta rupiah per tengah bulannya dengan total benefit setahun sebesar 954.58 juta rupiah. Total alokasi air optimum ke sektor industri di wilayah Cikarang sebesar 687.23 ribu meter kubik dengan debit sebesar 0.59 sampai 0.68 meter kubik per detik Gambar 23. 0.52 0.54 0.56 0.58 0.60 0.62 0.64 0.66 0.68 0.70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Periode D e bi t m 3 d e tik INAKT INOPT Keterangan : INAKT : alokasi aktual, INOPT : alokasi optimal Gambar 23. Alokasi Air ke Sektor Industri di Wilayah Cikarang Wilayah Cikarang merupakan wilayah yang berbatasan dengan Bekasi, untuk sub wilayah Cikarang A, penggunaan airnya didominasi oleh sektor pertanian dengan sawahnya golongan III sampai V, berarti bahwa kebutuhan air pertanian dimulai pada bulan Nov I, dimana diasumsikan hujan mulai turun. 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 O k t.I O k t.II N op. I N o p .II De s .I D e s .II J an. I J a n .II P eb. I P e b .II Ma r. I M a r.II Ap r. I A p r.II Me i. I M e i.II J un. I J u n .II Ju l. I J u l.II Ag s .I A g s .II S ep. I S e p .II Periode D ebi t m 3 det ik IRAKT DAKT INAKT Keterangan : IRAKT : irigasi; DAKT : domestik; INAKT : industri Gambar 24. Proporsi Alokasi Aktual per Sektor di Wilayah Cikarang Kompetisi antar sektor di sub wilayah ini tidak terlihat, ketersediaan air yang cukup dan dominasi sektor pertanian dengan proporsi yang tidak seimbang meminimalisasi kompetisi. Di sub wilayah Cikarang B proporsi sektor non pertaniannya lebih besar dibandingkan wilayah lainnya, namun masih mendominasi penggunaan air di sub wilayah tersebut. Jika kedua wilayah digabung, maka terlihat proporsi penggunaan airnya sama dengan wilayah lainnya, dimana sektor pertanian mendominasi penggunaan air di wilayah tersebut Gambar 24. Hasil optimasi di wilayah Cikarang mengindikasikan telah terjadi peningkatan proporsi alokasi air ke sektor pertanian dibandingkan dengan alokasi air aktual Gambar 25, peningkatan proporsi ini disebabkan alokasi air ke sektor pertanian di sub wilayah Cikarang A lebih tinggi dibandingkan dengan - 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 O k t.I O k t.II N op. I N o p .II De s .I D e s .II J an. I J a n .II P eb. I P e b .II Ma r. I Ma r. II Ap r. I A p r.II Me i. I M e i.II J un. I J u n .II Ju l. I J u l.II Ag s .I A g s .II S ep. I S e p .II Periode D eb it m 3 de ti k IROPT DOPT INOPT Keterangan : IROPT : irigasi; DOPT : domestik; INOPT : industri Gambar 25. Proporsi Alokasi Optimum per Sektor di Wilayah Cikarang alokasi aktual, sehingga walaupun terjadi penurunan lahan yang diairi pada musim tanam II di sub wilayah Cikarang B secara total tidak menurunkan proporsi penggunaan air di wilayah ini. Pola alokasi optimum berbeda dengan pola alokasi aktual, dimana pola alokasi optimum untuk sektor pertanian terlihat mengikuti tahapan pertumbuhan dan pergantian musim tanamnya terlihat dengan jelas Gambar 25.

7.5. Alokasi Air Optimum di Alokasi Wilayah Bekasi