Inflow dan Outflow Waduk

IX. KONDISI STOK DAN NILAI EKONOMI AIR DI WADUK JUANDA

9.1. Inflow dan Outflow Waduk

Ketersediaan air di waduk tergantung pada air yang masuk dan keluar waduk, dimana apabila air yang masuk lebih besar dari yang disalurkan maka terjadi penambahan stok dan sebaliknya jika air yang keluar lebih besar dari air yang masuk maka terjadi pengurangan stok waduk. Waduk Jatiluhur dibangun sebagai penyimpan air Sungai Citarum dan menyalurkannya ke seluruh sistem pengairan di wilayah DI Jatiluhur. Ketersediaan air dalam sistem pengairan DI Jatiluhur selain tergantung pada ketersediaan air di waduk juga ketersediaan air dalam sub sistem pengairan. Tabel 27. Air Masuk ke Waduk Juanda, Bendung Cibeet, Cikarang dan Bekasi Oktober 2003 – September 2004 CITARUM SBR LAIN CIBEET CIKARANG BEKASI 1 Okt.I 121.30 4.53 22.03 0.41 30.55 2 Okt.II 169.89 5.65 22.64 2.86 38.15 3 Nop.I 114.99 8.04 17.36 13.65 17.91 4 Nop.II 89.96 5.62 12.50 7.95 27.01 5 Des.I 235.13 11.48 30.04 6.54 25.25 6 Des.II 245.43 12.75 16.27 6.18 23.43 7 Jan.I 126.62 9.47 38.89 11.47 49.60 8 Jan.II 161.01 11.68 47.40 17.57 38.43 9 Peb.I 193.75 11.86 40.59 25.78 40.22 10 Peb.II 210.39 28.27 40.25 16.30 57.09 11 Mar.I 206.20 20.00 51.39 27.10 39.29 12 Mar.II 196.51 7.73 22.66 39.78 29.88 13 Apr.I 148.23 9.96 49.73 28.39 70.46 14 Apr.II 228.01 14.41 29.87 20.15 57.23 15 Mei.I 191.02 33.80 58.99 21.75 71.05 16 Mei.II 147.00 23.66 48.03 19.84 35.03 17 Jun.I 102.95 6.44 9.83 19.92 10.82 18 Jun.II 87.61 4.23 6.98 14.51 7.27 19 Jul.I 94.95 4.72 8.11 3.45 12.48 20 Jul.II 145.08 3.39 3.67 5.81 6.39 21 Ags.I 88.24 1.24 0.42 2.26 1.48 22 Ags.II 67.46 1.46 0.61 1.95 1.10 23 Sep.I 98.35 1.18 6.76 2.04 1.95 24 Sep.II 98.25 1.19 3.90 1.22 4.93 Sumber : Perum Jasa Tirta 2004 NO Air Masuk m 3 per detik PERIODE Sumber air utama dari Waduk Jatiluhur adalah Sungai Citarum, ditambah dengan curah hujan yang terjadi di wilayah waduk dan disebut sebagai sumber lainnya. Air yang masuk ke waduk disalurkan ke bendung pembagi dan selanjutnya diteruskan ke bendung-bendung di sub wilayahnya. Pada subsistem pengairan Tarum Barat, terdapat 3 sungai yang menjadi sumber, yakni Sungai Cibeet sebagai sumber utama Bendung Cibeet, Sungai Cikarang sebagai sumber utama Bendung Cikarang dan Sungai Bekasi sebagai sumber utama Bendung Bekasi. Ketersediaan air di subsistem tersebut akan mempengaruhi ketersediaan air di Waduk Juanda, jika ketersediaan air di wilayah subsistem dapat memenuhi kebutuhan sektor-sektor pengguna di wilayah tersebut, maka penyaluran air dari Waduk Juanda tidak diperlukan biasanya musim hujan. Subsistem Tarum Barat selain memperoleh tambahan dari Waduk Juanda, terdapat sumber penambah suplai air yakni suplesi dari Bendung Cibeet, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sub wilayah Cibeet-B antara Cibeet dan Cikarang. Subsistem Tarum Barat sebagai satu kesatuan, kondisi keseimbangan di setiap node bendung sangat diperlukan untuk melihat surplus atau defisit air pada masing-masing wilayah tersebut. Keseimbangan setiap bendung akan mempengaruhi keseimbangan seluruh sistem pengairan DI Jatiluhur. Telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa bendung yang ada di wilayah hilir merupakan bendung gerak, yang tidak dapat menyimpan air tetapi hanya sebagai pengatur tinggi muka air agar dapat disalurkan di wilayah hilirnya. Kondisi inilah yang menjadi alasan bahwa keseimbangan setiap bendung diperlukan agar dapat diukur kebutuhan air bagi wilayah hilir, dan dapat menentukan outflow dari Bendung Curug. Selain itu Model DIJ sebagai suatu model optimasi, dilakukan pada kondisi keseimbangan.

9.2. Keseimbangan Air Wilayah