Kondisi Perekonomian Daerah Irigasi Jatiluhur

wilayah penyangga Jakarta, dan berperan sebagai kota satelit dari Jakarta Tabel 2. Begitu juga dalam pengaturan dan penyaluran air baku PAM DKI dilakukan di Bendung Bekasi serta penggelontoran Sungai Ciliwung guna pemeliharan saluran. Proporsi terbesar penggunaan lahan di Kota Bekasi didominasi ladang, ada dua kemungkinan penyebab terjadinya pengalihan fungsi lahan menjadi ladang, yakni dari dulunya peruntukannya untuk ladang atau konversi dari sawah irigasi. Kemungkinan kedua yang paling banyak terjadi, dari pengamatan di lapang alih fungsi ini sengaja dilakukan sebagai respons dari pertambahan jumlah penduduk yang pesat serta nilai ekonomi tanah pemukiman yang lebih tinggi dan terus meningkat. Kota Bekasi akan terus berkembang sebagai wilayah pemukiman, dimana proporsi pemukiman mencapai 31.97 persen dan bila lahan kering ladang beralih fungsi menjadi pemukiman maka sebagian besar wilayah tersebut menjadi wilayah perkotaan.

2.3. Kondisi Perekonomian Daerah Irigasi Jatiluhur

Tingkat pertumbuhan ekonomi DI Jatiluhur sebesar 9.30 persen dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di Kabupaten Karawang 19.50 persen, diikuti dengan Kabupaten Subang sebesar 13.70 persen, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan provinsi Jawa Barat 11.20 persen. Wilayah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tersebut merupakan wilayah sentra produksi pangan di Daerah Irigasi Jatiluhur atau didominasi sektor pertanian apabila dihubungkan dengan tata guna lahan di wilayah tersebut, sedangkan Kota Bekasi memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dibawah dari kedua wilayah ini. Kabupaten Indramayu tingkat pertumbuhan ekonominya terendah 5.1 persen, kabupaten ini juga merupakan sentra produksi pangan dengan proporsi luas sawah irigasi tehnisnya di urutan ke 3 setelah ke 2 wilayah diatas. Tabel 3. Kondisi Perekonomian di Daerah Irigasi Jatiluhur Tahun 2000-2003 Kabupaten Tkt Pert dan Kota 2000-2003 2000 2001 2002 2003 thn 1 Kota Bekasi 8 875.60 10 080.20 11 032.39 11 914.29 10.30 Bekasi 30 267.21 32 427.58 34 730.73 37 674.86 7.50 Karawang 7 532.29 9 620.21 11 346.28 12 867.00 19.50 Subang 4 002.86 4 562.85 5 226.74 5 892.97 13.70 Indramayu 15 558.92 16 452.33 17 525.16 18 048.85 5.10 Total 66 236.88 73 143.18 79 861.30 86 397.96 9.30 Jawa Barat 174 915.26 193 296.58 214 302.25 234 450.80 11.20 Sumber: BPS.2004b Keterangan 1 Harga berlaku PDRB milyar rupiah Tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tidak menggambarkan besarnya PDRB. Kabupaten Bekasi memiliki PDRB tertinggi, tetapi tingkat pertumbuhannya tidak tinggi, dan merupakan wilayah pada urutan ke 4 dalam dominasi sawah irigasinya. Kabupaten Indramayu. dengan tingkat pertumbuhan ekonomi terendah memiliki PDRB tertinggi dibanding wilayah lainnya. Begitu pula dengan Kota Bekasi tingkat pertumbuhan berada pada urutan ketiga memiliki PDRB lebih besar dibandingkan kedua wilayah diatas. Tabel 4 menggambarkan jumlah penduduk di DI Jatiluhur, dimana total penduduk 8.61 juta jiwa dan tinggal dalam 1.97 juta rumah tangga. dengan rata- rata anggota per rumah tangga 4.64 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi di wilayah perkotaan seperti Kota dan Kabupaten Bekasi. dimana pada tahun 2000-2005 antara 21.70 persen dan 24.19 persen. diperkirakan tingkat pertumbuhan pada tahun 2005-2010 sebesar 20.22 persen dan 23.48 persen. Tingkat pertumbuhan penduduk ini sangat berbeda dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduk di Provinsi Jawa Barat, yang berkisar antara 13.00 persen dan 10.00 persen. Tabel 4. Distribusi Penduduk di Daerah Irigasi Jatiluhur pada Tahun 2003 Penduduk jiwa KabupatenKota Laki-laki Perempuan Total Rumah tangga Jumlah Anggota RT Kota Bekasi 930 143 914 862 1 845 005 430 070 4.29 Kabupaten Bekasi 945 380 913 545 1 858 925 456 738 4.07 Karawang 971 833 910 192 1 882 025 465 847 4.04 Subang 681 128 689 877 1 371 005 383 731 3.57 Indramayu 854 386 798 760 1 653 146 435 871 3.79 Total 4 382 870 50.90 4 227 836 49.10 8 610 106 100 2 172 257 100 Sumber ; BPS 2003. Kabupaten Karawang dengan pertambahan penduduk sebesar 11,17 persen dan diprediksi pada antara tahun 2005 sampai dengan 2010 tingkat pertambahan penduduknya lebih rendah berkisar 9.15 persen. Kabupaten Subang dan Indramayu keduanya di atas 4.00 persen pada tahun 2000 sampai dengan 2005, dan diperkirakan akan menurun diatas 3,00 persen antara tahun 2005-2010 BPS 2001. Tabel 5. Pertumbuhan Penduduk Daerah Irigasi Jatiluhur Tahun 2000-2010 Kota Tkt Jumlah Penduduk Tkt dan Pertumb ribu jiwa Pertumb Kabupaten 2000 2005 2010 Kota Bekasi 1 698.13 2 066.93 21.71 2 484.91 20.22 Bekasi 1 701.10 2 112.70 24.20 2 610.13 23.54 Karawang 1 773.47 1 971.51 11.17 2 151.84 9.15 Subang 1 336.10 1 397.03 4.56 1 447.05 3.58 Indramayu 1 597.51 1 663.87 4.15 1 715.00 3.07 Total 8 106.31 9 212.04 13.64 10 408.93 12.99 Provinsi Jabar 36 174.25 39 956.16 10.45 44 095.04 10.36 Sumber : BPS 2001 Jumlah Penduduk ribu jiwa Hasil sensus tahun 2000, menunjukan dalam lima tahun terakhir telah terjadi migrasi penduduk ke Kota dan Kabupaten Bekasi, dengan tingkat migrasi masing-masing 22.29 persen dan 18.53 persen. Kondisi ini sangat berbeda dengan Kabupaten Karawang dengan tingkat migrasinya 8.99 persen dan 3.23 persen untuk Kabupaten Subang dan Indramayu. Pola migrasi di DI Jatiluhur khususnya Kota Bekasi, 36.00 persen dari penduduk yang bermigrasi merupakan penduduk baru atau 6.77 persen dari total penduduk. Tata guna lahan, pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk menunjukkan bahwa Kota dan Kabupaten Bekasi merupakan wilayah yang perkembangannya paling pesat, dari wilayah sentra produksi pangan menjadi wilayah perkotaan. Penurunan proporsi sawah irigasi tehnis maupun setengah tehnis, dan peningkatan jumlah penduduk yang tinggi, berarti menurunkan kebutuhan air irigasi. Penurunan kebutuhan air irigasi bukan berarti penurunan kebutuhan air baku untuk sektor lainnya, tetapi justru kebutuhan air non pertanian meningkat secara tajam. Gambaran ini menunjukkan bahwa wilayah Tarum Barat merupakan wilayah dengan persaingan antar sektor pengguna air lebih besar dibandingkan dengan 2 wilayah lainnya, dan dibutuhkan pengelolaan sumberdaya air yang efisien.

2.4. Status dan Perkembangan Pengelolaan Daerah Irigasi Jatiluhur