Alokasi Air Aktual dan Optimal

VII. ALOKASI AIR INTERTEMPORAL

7.1. Alokasi Air Aktual dan Optimal

Wilayah Tarum Barat mulai dari Bendung Curug sampai dengan Bendung Bekasi, terdiri dari 4 wilayah yakni wilayah Curug, Cibeet, Cikarang dan Bekasi. Wilayah tersebut dibagi dalam beberapa sub wilayah, dimana sub wilayah ini disesuaikan dengan saluran yang ada pada masing-masing bendung kecuali Curug. Wilayah Cibeet terdiri dari sub wilayah Cibeet A dan B, wilayah Cikarang terdiri dari sub wilayah Cikarang A dan B serta wilayah Bekasi terdiri dari sub wilayah Bekasi A dan B. Aktivitas alokasi air aktual di Wilayah Tarum Barat, mulai dari Bendung Curug sampai ke Bendung Bekasi terdapat 38 aktivitas. Aktivitas sektor pengguna air terdiri dari pertanian 17 aktivitas, domestik PDAM 9 aktivitas dan industri 12 aktivitas Tabel 17. Total luas lahan pertanian yang ada 51.77 ribu hektar, 10 Perusahaan Daerah Air Minum PDAM dan 39 industri. Aktivitas alokasi air optimum yang dihasilkan dari optimasi Model DIJ ke sektor pertanian, baik pada musim tanam I maupun pada musim tanam II di wilayah Curug, sub wilayah Cibeet A dan B serta Cikarang A tidak mengalami perubahan. Artinya semua wilayah terairi baik pada musim penghujan maupun musim kering, dengan kata lain tidak mengalami kelangkaan air. Di Sub wilayah Cikarang B dan Bekasi A pada musim tanam II sudah mengalami kekeringan, banyak sawah yang tidak terairi akibat kekurangan air. Sementara itu, aktivitas alokasi air untuk sektor domestik dan industri tidak mengalami gangguan baik pada musim kering maupun musim hujan, hasil optimasi menunjukkan bahwa permintaan kedua sektor tersebut tetap terpenuhi sepanjang tahun. Model DIJ dibangun dengan melibatkan semua pihak yang terlibat dalam alokasi sumberdaya air di wilayah DI Jatiluhur, yakni pengguna dalam hal ini sektor-sektor pengguna air pertanian, PDAM dan industri dan PJT II selaku operator alokasi sumberdaya air di wilayah ini. Model ini bertujuan memaksimumkan benefit semua pihak yang terlibat pada sistem pengairan ini, yakni sektor pengguna air dan pengelola. Tabel 17. Alokasi Air Aktual dan Optimal per Sektor di Wilayah Tarum Barat A B A B A B PERTANIAN MT I I Š √ Š √ Š √ - Š √ Š √ - II - - Š √ - - - - III - - Š √ Š √ Š √ Š √ - IV - - Š √ Š √ Š √ Š √ - V - - Š √ Š √ - Š √ - MTII Š √ Š √ Š √ - Š √ Š √ - I - - Š √ - - - - II - - Š √ Š √ Š √ Š − - III - - Š √ Š √ Š − Š √ - IV - - Š √ Š √ - Š − - V DOMESTIK KECIL Š √ - - Š √ Š √ Š √ - SEDANG - - Š √ - Š √ Š √ Š √ BESAR - - - - - - Š √ INDUSTRI KECIL Š √ - - - Š √ - - SEDANG Š √ Š √ Š √ Š √ Š √ Š √ - BESAR Š √ - Š √ Š √ Š √ - - Keterangan : Š alokasi air aktual - tidak ada aktivitas √ alokasi air optimum WILAYAH SEKTOR BEKASI CURUG CIBEET CIKARANG Hasil optimasi MODEL DIJ yang menunjukkan bahwa sektor pertanian, merupakan sektor yang dikalahkan ketika terjadi kelangkaan air, hal ini dapat dipahami apabila menilik kontribusi sektor ini terhadap penerimaan PJT II selaku operator. Total benefit yang dihasilkan per meter kubik air yang digunakan sektor pertanian lebih kecil dibandingkan dengan kedua sektor lainnya. Kondisi aktual menunjukkan bahwa air irigasi tidak memberikan kontribusi langsung kepada PJT II, meskipun sektor ini merupakan pengguna air terbesar sekitar 79.80 persen Tabel 9. MODEL DIJ dibangun dengan menetapkan tarif air irigasi sebesar Rp. 5.00 per meter kubik, tetapi ternyata sektor pertanian tetap dikalahkan Tabel 19. Bila dibandingkan tarif yang diberlakukan pada dua sektor lainnya, yakni tarif air baku untuk industri sebesar Rp. 50.00, PDAM Kota dan Kabupaten Rp. 45.00 dan PAM DKI Rp. 80.00 PJT II 2004 maka tarif air irigasi sangatlah kecil. Jika tarif air irigasi ditentukan seperti kondisi aktual Rp. 0.00 per meter kubik, maka diduga sektor ini tidak akan menerima penyaluran air terutama pada saat musim kering. Tabel 18. Luas Lahan Aktual dan Optimum Berdasarkan Golongan, Musim Tanam dan Wilayah di Tarum Barat AKT OPT AKT OPT AKT OPT AKT OPT AKT OPT AKT OPT MT I I 3850.00 3850.00 485.00 485.00 4032.00 4032.00 - - 4287.00 4287.00 186.00 186.00 II - - - - 4277.00 4277.00 - - - - - - III - - - - 5440.00 5440.00 3772.00 3772.00 4940.00 4940.00 914.00 914.00 IV - - - - 4762.00 4762.00 3619.00 3619.00 1889.00 1889.00 4129.00 4129.00 V - - - - 2015.00 2015.00 2367.00 2367.00 - - 804.00 804.00 TOTAL 3850.00 3850.00 485.00 485.00 20526.00 20526.00 9758.00 9758.00 11116.00 11116.00 6033.00 6033.00 MT II I 3850.00 3850.00 485.00 485.00 4032.00 4032.00 - - 4287.00 4287.00 186.00 186.00 II - - - - 4277.00 4277.00 - - - - - - III - - - - 5440.00 5440.00 3772.00 3772.00 4940.00 2110.19 457.00 - IV - - - - 4762.00 4762.00 1592.36 3619.00 831.16 - 4129.00 4129.00 V - - - - - 2015.00 - 2367.00 - - 643.20 - TOTAL 3850.00 3850.00 485.00 485.00 18511.00 20526.00 5364.36 9758.00 10058.16 6397.19 5415.20 4315.00 Keterangan: AKT : aktual, OPT : optimum, A,B : sub wilayah B A B A GOLONGAN LUAS LAHAN ha CURUG CIBEET CIKARANG BEKASI SAWAH A Luas lahan optimum yang diairi di semua wilayah sama dengan luas lahan aktual pada musim tanam I, sedangkan pada musim tanam II terdapat perbedaan luas lahan optimum dengan lahan aktual yang diairi. Perbedaan tersebut terjadi di sub wilayah Cikarang B sampai dengan Bekasi A Tabel 18. Kondisi aktual menunjukkan bahwa sawah golongan V di sub wilayah Cibeet B dan Cikarang A tidak diairi, dan di sub wilayah Bekasi A hanya sebagian yang diairi. Hasil optimasi menunjukkan bahwa sawah golongan V di sub wilayah Cibeet B dan Cikarang A diairi, dan di sub wilayah Bekasi A tidak diairi. Perbedaan luas sawah yang diairi pada musim tanam II terutama wilayah Cibeet B dan Cikarang A tersebut, yang mengakibatkan sebagian sawah di sub wilayah Bekasi tidak diairi. Apabila dilihat kembali jadwal penyaluran air pada musim tanam II Tabel 16 menunjukkan bahwa awal tanam untuk sawah golongan III mulai pada bulan April, hal ini berarti di awal musim kemarau. Alokasi air untuk sektor pertanian tergantung pada ketersediaan air setempat, dalam hal ini sungai yang ada ditambah dengan suplai dari Bendung Curug. Suplai dari Bendung Curug, untuk sub wilayah Cikarang B dan Bekasi A dilayani melalui Bendung Cikarang, lewat saluran induk Tarum Barat dengan kapasitas maksimum saluran induk Tarum Barat untuk ruas antara Bendung Cikarang dan Bekasi dalam model ditetapkan sesuai dengan data teknis yakni 24 meter kubik per detik. Saluran induk ruas ini melayani sub wilayah Cikarang B serta Bekasi A dan B, hasil optimasi menunjukkan bahwa air yang disalurkan ke saluran induk tersebut pada kapasitas maksimum. Penyaluran air pada kapasitas maksimum di musim kemarau ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan semua sektor pengguna, yakni sebagian sawah tidak memperoleh air sedangkan alokasi ke sektor domestik baik PAM DKI maupun PDAM Bekasi serta industri memperoleh air namun pada batas bawah kebutuhan sektor tersebut. Alokasi air ke sektor pertanian, akan menghasilkan produktivitas lahan persamaan 15 pada bab V yang menunjukkan hubungan antara air yang diberikan dengan produksi yang dihasilkan. Alokasi air pada sektor tersebut menghasilkan produktivitas yang bervariasi antara 5.41 ton per hektar pada sawah golongan I sampai dengan 3.36 ton per hektar pada sawah golongan V Tabel 19. Produktivitas pada musim tanam I lebih tinggi dibandingkan pada musim tanam II, rendahnya produktivitas pada musim tanam II disebabkan karena air yang diberikan dibawah batas maksimum kebutuhan air tanaman padi. Produktivitas per hektar tersebut akan mempengaruhi total produksi padi per golongan sawah dan wilayah. Tabel 19. Produktivitas Aktual dan Optimum Berdasarkan Golongan, Musim Tanam dan Wilayah di Tarum Barat AKT OPT AKT OPT AKT OPT AKT OPT AKT OPT AKT OPT MT I I 5.40 5.41 5.40 5.41 5.40 5.41 - - 5.40 5.41 5.40 5.41 II - - - - 5.00 5.01 - - - - - - III - - - - 4.50 4.61 4.50 4.61 4.50 4.61 4.50 4.61 IV - - - - 4.30 4.31 4.30 4.31 4.30 4.31 4.30 4.31 V - - - - 3.50 3.61 3.50 3.61 3.50 3.36 3.50 3.61 MT II I 5.00 5.13 5.00 5.13 5.00 5.00 - - 5.00 5.00 5.00 5.00 II - - - - 4.50 4.60 - - - - - - III - - - - 4.25 4.33 4.25 4.33 4.25 4.33 4.25 - IV - - - - 3.80 3.92 3.80 3.92 3.80 - 3.80 3.92 V - - - - - 3.36 - 3.36 - 3.36 3.25 - Keterangan: AKT : aktual, OPT : optimum, A,B : sub wilayah GOLONGAN PRODUKTIVITAS per ha ton CURUG CIBEET CIKARANG BEKASI SAWAH A B A B A Total produksi padi yang dihasilkan karena alokasi air optimum di Wilayah Tarum Barat, mengalami penurunan pada musim tanam II. Hal ini disebabkan karena luas lahan optimum pada musim tanam II lebih kecil dibandingkan dengan lahan yang tersedia, selain itu produktivitas pada musim tanam II lebih rendah dibanding dengan pada musim tanam I. Total produksi untuk wilayah Curug sampai dengan sub wilayah Cikarang A pada musim tanam II lebih rendah dibandingkan pada musim tanam I meskipun luas lahan optimum pada kedua musim tanam tersebut sama. Perubahan produktivitas tersebut disebabkan karena penyaluran air yang kurang dari rata-rata kebutuhan air per hektar, kurangnya penyaluran ke wilayah tersebut karena air yang berasal dari sumber setempat tidak dapat memenuhi kebutuhan sektor-sektor di wilayah ini, sehingga kebutuhan air sebagian besar dipenuhi dari Bendung Curug. Perbedaan yang terlihat jelas pada sub wilayah Cibeet B dimana setiap golongan mengalami penurunan lebih dari 1.50 ribu ton sehingga selisih total produksinya antara musim tanam I dan II sekitar 7.00 ton. Total produksi di sub wilayah Cikarang B dan Bekasi A, mengalami penurunan akibat menurunnya produktivitas dan luas lahan optimum yang lebih kecil dibandingkan dengan lahan yang tersedia. Tabel 20. Total Produksi Padi Aktual dan Optimum Berdasarkan Golongan, Musim Tanam dan Wilayah di Tarum Barat AKT OPT AKT OPT AKT OPT AKT OPT AKT OPT AKT OPT MT I I 20790.00 20828.50 2619.00 2623.85 21772.80 21813.12 - - 23149.80 23192.67 1004.40 1006.26 II - - - - 21385.00 21427.77 - - - - - - III - - - - 24480.00 25078.40 16974.00 17388.92 22230.00 22773.40 4113.00 4213.54 IV - - - - 20476.60 20524.22 15561.70 15597.89 8122.70 8141.59 17754.70 17795.99 V - - - - 7052.50 7274.15 8284.50 8544.87 0.00 0.00 2814.00 2902.44 TOTAL 20790.00 20828.50 2619.00 2623.85 95166.90 96117.66 40820.20 41531.68 53502.50 54107.66 25686.10 25918.23 MT II I 19250.00 19750.50 2425.00 2488.05 20160.00 20160.00 - - 21435.00 21435.00 930.00 930.00 II - - - - 19246.50 19674.20 - - - - - - III - - - - 23120.00 23555.20 16031.00 16332.76 20995.00 9137.14 1942.25 - IV - - - - 18095.60 18667.04 6050.97 14186.48 3158.41 - 15690.20 16185.68 V - - - - - 6770.40 - 7953.12 - 0.00 2090.40 - TOTAL 19250.00 19750.50 2425.00 2488.05 80622.10 88826.84 22081.97 38472.36 45588.41 30572.14 20652.85 17115.68 Keterangan: AKT : aktual, OPT : optimum, A,B : sub wilayah A B A GOLONGAN TOTAL PRODUKSI ton CURUG CIBEET CIKARANG BEKASI SAWAH A B Air sangat penting bagi produksi tanaman padi, kekurangan air akan sangat mempengaruhi produktivitasnya dan luas lahan yang diairi, selain itu air juga merupakan media bagi input lainnya. Jika air irigasi diberikan secara gratis dan tanpa kompensasi apapun dari pemerintah kepada PJT II selaku operator, sementara tarif kebutuhan air baku sektor domestik khususnya PAM DKI terus meningkat, dikhawatirkan keberlanjutan aktivitas sektor pertanian di Wilayah Tarum Barat akan terganggu. Sektor domestik menggunakan air sebagai bahan baku utama, dan produk yang dihasilkan berupa air bersih. Proses dan waktu yang dibutuhkan lebih singkat dibandingkan dengan produk pertanian, dengan harga jual dan pasar yang pasti meskipun tarif air baku PDAM lebih tinggi dibandingkan air irigasi. Kebutuhan air baku yang relatif lebih stabil atau variasi intertemporal sangat kecil. Alokasi air untuk sektor ini hanya sekitar sepertiga dari total air yang disalurkan ke sektor pertanian, namun benefit yang dihasilkan per meter kubik air baku lebih tinggi dibandingkan air irigasi, hal ini menyebabkan aktivitas sektor tersebut dipilih. Tabel 21. Jumlah Perusahaan Berdasarkan Sektor,Golongan dan Wilayah di Tarum Barat Tahun 2004 GOLONGAN SEKTOR A B A B A B DOMESTIK Kecil 1 - - 1 2 1 - 5 Sedang - - 1 - 1 1 1 4 Besar - - - - - - 1 1 TOTAL 1 - 1 1 3 2 2 10 INDUSTRI Kecil 3 - - - 9 - - 12 Sedang 8 1 3 1 6 2 - 21 Besar 1 - 3 1 1 - - 6 TOTAL 12 1 6 2 16 2 - 39 JUMLAH PERUSAHAAN PER SUB WILAYAH Sumber : Perum Jasa Tirta II 2004 Keterangan : A,B : sub wilayah Curug Cibeet Cikarang Bekasi TOTAL Kondisi yang sama terjadi pada sektor industri, sebagai pengguna air dengan proporsi terkecil, semua aktivitas sektor ini dipilih oleh model. Keragaman jenis industri dan kebutuhan air baku di wilayah Tarum Barat, menyulitkan untuk menentukan fungsi produksi masing-masing perusahaan. Kesulitan ini diatasi dengan mengasumsikan bahwa sektor industri mempergunakan air baku bukan sebagai input produksinya tetapi sebagai konsumen air baku, klasifikasi sektor industri berdasarkan pada kebutuhan air per tengah bulannya. Proporsi air yang disalurkan ke sektor ini lebih kecil dibandingkan kedua sektor lainnya, tetapi benefit yang dihasilkan lebih tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan kedua sektor lainnya. MODEL DIJ yang bertujuan memaksimumkan benefit sektor pengguna dan pengelola selalu memilih aktivitas sektor yang menghasilkan benefit lebih tinggi. Total benefit optimum sektor pertanian dan industri lebih tinggi dibandingkan dengan total benefit aktual. Total benefit optimum sektor pertanian sebesar 115.62 milyar rupiah, sektor domestik 75.31 milyar rupiah dan sektor industri sebesar 13.62 milyar rupiah. Total benefit aktual masing-masing sektor tersebut yakni sebesar 98.78 milyar rupiah dan 78.55 milyar rupiah serta 9.65 milyar rupiah Tabel 22. Tabel 22. Benefit Aktual dan Optimum berdasarkan pada Sektor dan Sub Wilayah di Tarum Barat SUB MUSIM WILAYAH TANAM AKT OPT AKT OPT AKT OPT CURUG I 4340.90 5883.70 0.88 1.04 160.26 257.78 II 4340.90 6117.40 Sub Total 8681.81 12001.10 21.07 24.92 3846.16 6186.72 CIBEET A I 527.24 741.19 - - 0.29 1.51 II 546.59 770.64 Sub Total 1073.83 1511.83 - - 6.97 36.18 B I 22621.19 25086.00 14.91 18.65 84.29 104.54 II 18843.58 25018.00 Sub Total 41464.77 50104.00 357.83 447.55 2023.06 2508.96 CIKARANG A I 8931.61 10239.00 0.14 0.17 41.87 69.27 II 4581.88 10046.00 Sub Total 13513.50 20285.00 3.32 4.19 1004.81 1662.58 B I 11458.46 14387.00 40.66 41.24 48.26 39.79 II 11458.46 6751.30 Sub Total 22916.92 21138.30 975.74 989.73 1158.13 954.93 BEKASI A I 5567.07 6422.70 30.17 30.76 66.99 94.58 II 5567.07 4160.70 Sub Total 11134.14 10583.40 724.08 738.30 1607.83 2269.88 B I - - 3186.10 3045.83 - - II - - Sub Total - - 76466.35 73099.90 - - MT I 53446.47 62759.59 MT II 45338.49 52864.04 Keterangan : AKT = aktual; OPT = optimal ; cetak miring = benefit per tengah bulanan; Sub Total = total benefit per tahun per sub wilayah; Total = Total benefit seluruh wilayah Tarum Barat 13619.25 TOTAL BENEFIT 78548.38 75304.59 9646.96 INDUSTRI WILAYAH PERTANIAN DOMESTIK BENEFIT PER SEKTOR juta rupiah Hasil optimasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi sektor pertanian khususnya pertanian bahan pangan pada PDRB Kabupaten Bekasi tahun 2003 sebesar 542.93 milyar rupiah BPS, 2004. Hal ini disebabkan komoditi yang diamati hanya padi, begitu juga dengan lahan yang diamati hanya sawah irigasi teknis. Benefit optimum sektor industri lebih kecil dibandingkan yang tercantum dalam PDRB sebesar 31.08 milyar rupiah. Benefit optimum sektor domestik lebih besar dari yang ada pada PDRB yakni sebesar 2.61 milyar rupiah, hal ini disebabkan hasil dari PAM DKI sektor domestik di sub wilayah Bekasi B dimasukkan dalam perhitungan total benefit optimum, bila benefit PAM DKI tidak dimasukkan dalam perhitungan maka total benefit sektor domestik sebesar 2.56 milyar rupiah Tabel 22. MODEL DIJ memperlakukan semua pihak yang terlibat pengguna dan pengelola dalam sistem pengairan ini mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh benefit dan sumberdaya air yang dianggap sebagai komoditi ekonomi dimana setiap aktivitas alokasi air akan menghasilkan benefit yang optimum baik pada pengguna maupun pengelola. Hal ini berimplikasi bahwa ketika air yang tersedia dalam jumlah terbatas, maka MODEL DIJ akan memilih aktivitas yang memberikan benefit yang lebih tinggi. Hal ini terjadi di sub wilayah Cikarang B dan Bekasi, ketika air yang disalurkan melalui saluran induk Tarum Barat ruas Cikarang Bekasi pada kapasitas maksimum, air tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan semua sektor yang ada di wilayah tersebut, terutama jika air dari Sungai Bekasi sangat terbatas. Jadi bukan hanya jumlah air yang terbatas, kapasitas sarana yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah tersebut, terutama ketika sumber setempat sangat kecil dan hanya tergantung pada suplai air dari saluran induk Tarum Barat. Alokasi sumberdaya air di Wilayah Tarum Barat memerlukan suatu pendekatan yang bukan hanya berdasarkan benefit yang dihasilkan dari alokasi air ke sektor pengguna, tetapi juga mengingat kesejahteraan masyarakat bukan hanya yang berada di wilayah Tarum Barat melainkan seluruh wilayah DI Jatiluhur. Wilayah DI Jatiluhur sebagai salah satu penghasil pangan nasional, memerlukan suatu kebijakan yang tidak saja mengatur alokasi sumberdaya air ke sektor-sektor pengguna tetapi juga perlu dipertimbangkan korbanan yang telah dikeluarkan dalam mengalokasikan sumberdaya air tersebut. Sektor pertanian membutuhkan perhatian khusus, terutama dengan makin berkurangnya luas lahan yang tersedia akibat konversi lahan serta menurunnya produktivitasnya akibat kekurangan air.

7.2. Alokasi Air Optimum di Wilayah Curug