Kriteria Alokasi Sumberdaya Air

kelangkaan menurut Heap et.al. 1998, kelemahannya tidak mempertimbangkan aspek ekonomi, seperti harga dan biaya ekstraksi. Hanley et.al. 1997 diacu dalam Fauzi 2004 menyarankan menggunakan pengukuran moneter dengan cara menghitung harga riil, unit cost dan rente ekonomi dari sumberdaya. Pengukuran moneter inipun masing-masing mempunyai kelebihan dan keterbatasan, yang dapat dilihat pada Tabel 13. Pengukuran yang dianggap memiliki keunggulan dibandingkan dengan pengukuran lainnya, yakni pengukuran berdasarkan rent kelangkaan scarcity rent, Pengukuran ini dianggap lebih sesuai dengan kondisi sumberdaya air saat ini. Tabel 13. Keunggulan dan Keterbatasan Pengukuran Kelangkaan Sumberdaya Pengukuran Kelangkaan Keunggulan Keterbatasan 1. Harga Riil Tingkat harga sumberdaya mencerminkan tingkat kelangkaan - Jika ada distorsi pasar, harga tidak mencerminkan kelangkaan - Harga output sumberdaya hanya mencerminkan harga pasar, tetapi tidak mencerminkan biaya oportunitas sosial akibat ekstraksi sumberdaya tersebut - Tidak adanya deflator yang tepat 2. Unit Cost Unit cost menunjukkan kelangkaan sumberdaya, makin tinggi unit cost nya makinlangka sumberdaya tersebut - Kesulitan mengukur kapital akibat perubahan teknologi produksi - Substitusi input tidak diperhitungkan - Unit cost berdasarkan informasi masa lalu bukan forward looking 3. Rente kelangkaan scarcity rente - Berdasarkan teori kapital sumberdaya, dimana rate of return manfaat yang diperoleh sama dengan biaya oportunitas dari aset lain - Makin tinggi scarcity rent makin langka sumberdaya

3.2. Kriteria Alokasi Sumberdaya Air

Menghadapi masalah kelangkaan air suatu wilayah, alokasi sebagai aktivitas ekonomi menjadi perhatian utama dalam pengelolaan sumberdaya air. Alokasi air yang baik ke semua sektor pemakai air menjadi sangat penting, guna pencapaian kesejahteraan semua pihak. Kriteria kesejahteraan yang dapat dipakai dalam mengalokasikan sumberdaya yang efisien, antara lain 1 kriteria kesejahteraan sosial, 2 kriteria pemerataan, 3 kriteria manfaat utilitarian criterion, dan 4 kriteria maksimin. Kriteria kesejahteraan mengasumsikan bahwa selera maupun kesejahteraan individu dapat dihitung. Individu memiliki preferensi yang bersaing satu sama lainnya, yang berarti kesejahteraan yang diperoleh salah satu pihak hanya mungkin tercapai atas pengorbanan pihak lainnya. Kondisi kesejahteraan sosial yang optimum dimana alokasi optimum merupakan kondisi Pareto optimum dan disebut alokasi Pareto optimal. Kriteria pemerataan, merupakan suatu kriteria berdasarkan pada tingkat kepuasan individu yang terlibat dan bukan jumlah barang yang diberikan sama jumlahnya. Jumlah barang bukan merupakan ukuran dalam kriteria pemerataan, tetapi tingkat kepuasan yang optimum masing-masing individu menjadi tolok ukur utama. Kriteria manfaat hampir sama dengan kriteria pemerataan dimana alokasi optimum yang dipilih pada saat tingkat utilitas bersamanya mencapai maksimum. Ketiga kriteria ini sulit untuk dikuantifikasikan dan sangat normatif. Kriteria maksimin dikemukan oleh John Rawls 1971, memandang masyarakat seperti pada posisi awal, dimana tidak ada yang tahu dimana posisi dan kepuasannya akhirnya. Kriteria Rawls pada dasarnya memaksimalkan posisi yang paling lemah, atau dikatakan memaksimalkan mereka yang utilitasnya minimum, karenanya sering disebut kriteria maksimin. Sifat kriteria Rawl yakni: 1 Jika pilihan dilakukan diantara diantara distribusi dengan jumlah konstan, kriteria ini memiliki implikasi egalitarian, semua orang akan menerima jumlah yang sama distribusi merata. 2 Jika pemilihan dilakukan diantara distribusi yang tidak tetap, kriteria Rawls selalu membela oranng yang terburuk dan mengorbankan keseluruhan; atau dengan kata lain Rawls tidak konsisten dengan kriteria kompensasi ekonomi yang umum. 3 Dalam kondisi yang lebih kompleks dengan barang dan individu yang banyak dimana cita rasa sangat beragam, kriteria ini tidak dapat diterapkan. Dalam mengalokasikan sumberdaya tiga hal pokok yang perlu diperhatikan, yakni: 1 Alokasi sumberdaya dikatakan efisien jika semua sumberdaya yang ada telah digunakan dan jika rate of technical substitution RTS antara sumberdaya tersebut sama untuk setiap output yang dihasilkan. 2 Agar produksi efisien, sumberdaya harus dialokasikan sedemikian rupa sehingga produktivitas marjinal fisik setiap sumber dalam aktivitas produksi suatu barang tertentu sama, tanpa memperhatikan perusahaan mana yang memproduksinya. 3 Jika dua atau lebih perusahaan menghasilkan output yang sama, mereka harus beroperasi pada titik-titik daerah kemungkinan produksi, pada saat dimana transformasi produk kedua perusahaan sama besarnya satu sama lain.

3.3. Mekanisme Alokasi Sumberdaya Air.