Alokasi Air Optimum di Alokasi Wilayah Bekasi

mengikuti tahapan pertumbuhan dan pergantian musim tanamnya terlihat dengan jelas Gambar 25.

7.5. Alokasi Air Optimum di Alokasi Wilayah Bekasi

Wilayah Bekasi terdiri dari dua sub wilayah yakni Bekasi A dan Bekasi B. Sub wilayah Bekasi A terdiri dari sektor pertanian dengan golongan sawah I, III, IV dan V sedangkan PDAM yang ada golongan kecil dan sedang masing-masing 1 PDAM, sedangkan sektor industri dengan kategori kecil dan sedang meliputi 1 perusahaan dan 2 perusahaan. Sub wilayah Bekasi B Kalimalang hanya untuk mengairi sektor domestik kategori sedang 1 PDAM dan kategori besar 1 PDAM yakni PAM DKI. Alokasi sumberdaya air optimum ke sektor pertanian menghasilkan produktivitas sebesar 3.61 ton sampai dengan 5.31 ton per hektar, total produksi yang dihasilkan 25.91 ribu ton pada musim tanam I dan 17.12 ribu ton pada musim tanam II. Benefit yang dihasilkan pada musim tanam I milyar rupiah sedangkan benefit yang dihasilkan pada musim tanam II sebesar 4.16 milyar rupiah. Alokasi optimum ke sektor pertanian di wilayah pada musim tanam I lebih rendah daripada yang dilakukan PJT II Gambar 26, alokasi optimum pada musim tanam II berada jauh dibawah alokasi aktual yang dilakukan PJT II, hal ini disebabkan lahan optimum pada musim tanam II hanya terdiri dari lahan golongan I dan IV, sedangkan alokasi aktual yang dilakukan PJT II mengairi semua lahan yang tersedia. Perbedaan ini disebabkan pula oleh benefit yang dihasilkan oleh sektor pertanian, yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya sehingga model cenderung memilih alokasi ke sektor domestik dan industri dibandingkan ke sektor pertanian. 2.000 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Periode D e bi t m 3 de ti k IRAKT IROPT Keterangan : IRAKT : alokasi aktual, IROPT : alokasi optimal Gambar 26. Alokasi Air ke Sektor Pertanian di Wilayah Bekasi Alokasi optimum ke sektor domestik di sub wilayah Bekasi A lebih tinggi dibandingkan dengan alokasi aktual yang dilakukan oleh PJT II. Di sub wilayah Bekasi A total air yang dialokasikan ke sektor ini sebesar 446.99 ribu meter kubik dengan debit 0.32 sampai dengan 0.35 meter kubik per detik, dan benefit yang dihasilkan sebesar 30.76 juta per tengah bulannya sedangkan total benefit setahun sebesar 738.30 juta rupiah. 16.000 16.500 17.000 17.500 18.000 18.500 19.000 19.500 20.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Periode D e b it m 3 d e ti k DAKT DOPT Keterangan : DAKT : alokasi aktual, DOPT : alokasi optimal Gambar 27. Alokasi Air ke Sektor Domestik di Wilayah Bekasi Alokasi optimum untuk wilayah Bekasi B sebesar 22.94 juta meter kubik atau dengan debit 16.60 meter kubik per detik sampai dengan 17.70 meter kubik per detik. Benefit yang dihasilkan sektor domestik di sub wilayah ini sebesar 3.05 milyar rupiah per tengah bulannya dan total benefit setahun sebesar 73.10 milyar rupiah, benefit optimum ini lebih kecil dibandinkan dengan benefit aktual. Total aliran yang disalurkan dari Bendung Bekasi sebanyak 16.91 meter kubik per detik sampai dengan 18.05 meter kubik per detik Gambar 27. Alokasi air optimum ke sektor industri sama dengan sektor domestik dimana alokasi optimum pada batas maksimum, dan lebih besar dibandingkan dengan alokasi aktual yang dilakukan PJT II. 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.10 0.11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Periode D e bi t m 3 det ik INAKT INOPT Keterangan : INAKT : alokasi aktual, INOPT : alokasi optimal Gambar 28. Alokasi Air ke Sektor Industri di Wilayah Bekasi Total alokasi air ke sektor industri ini sebesar 123.20 ribu meter kubik dengan debit 89 liter sampai dengan 102 liter per detik Gambar 28. Alokasi optimum ke sektor ini menghasilkan benefit yang sebesar 94.58 juta rupiah setiap tengah bulannya, dengan total benefit setahun sebesar 2.27 milyar rupiah. Alokasi optimum di wilayah Bekasi sama dengan alokasi pada wilayah lainnya, dimana alokasi untuk sektor domestik dan industri dipilih pada kebutuhan maksimum sektor-sektor tersebut. Alokasi air optimum untuk sektor pertanian berbeda dengan yang dialokasikan oleh PJT II, baik besarnya maupun pola alokasinya. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan luas lahan optimal dan aktual, perbedaan lain dapat disebabkan pula oleh perbedaan antara estimasi sumberdaya air aktual dan hasil estimasi pada saat pembuatan rencana pengairan. Apabila dilihat pola alokasi air aktual ke sektor pertanian menunjukkan bahwa pada awal periode air yang dibutuhkan masih sedikit seiring dengan waktu, alokasinya meningkat terus kemudian menurun pada akhir periode, perbedaan pola alokasi ini disebabkan tambahan suplai air yang berasal dari sumber setempat dalam hal ini curah hujan yang terjadi di wilayah tersebut. 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 O k t.I O k t.II N op. I N o p .II De s .I De s .I I J an. I J a n .II P eb. I P e b .II Ma r. I M a r.II Ap r. I A p r.II Me i. I Me i. II J un. I J u n .II Ju l. I Ju l. II Ag s .I Ag s .I I S ep. I S e p .II Periode D eb it m 3 de ti k IRAKT DAKT INAKT Keterangan : IRAKT : irigasi; DAKT : domestik; INAKT : industri Gambar 29. Proporsi Alokasi Aktual di Wilayah Bekasi Proporsi penggunaan air antar sektor di Bekasi seimbang antara alokasi sektor pertanian dan non pertanian terutama sektor domestik. Proporsi penggunaan air yang seimbang dalam satu wilayah akan meningkatkan kompetisi antar sektor ketika air yang tersedia terbatas langka. Sektor domestik merupakan sektor yang mendominasi penggunaan air di Bekasi, selain proporsi penggunaannya yang dominan tarif air baku domestik lebih tinggi dibandingkan air irigasi. Kondisi seperti ini tidak terjadi pada wilayah lainnya, sehingga hasil optimasi Model DIJ berbeda, dimana alokasi optimum ke sektor pertanian lebih rendah dibandingkan dengan alokasi aktual, sedangkan alokasi ke sektor domestik hampir sama dengan alokasi aktual Gambar 30. 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 O k t.I O kt .II N op. I N o p .II De s .I D e s .II Ja n .I J a n .II P eb. I P e b .II Ma r. I Ma r. II Ap r. I A p r.II Me i.I M e i.II Ju n .I J u n .II Jul .I Ju l.I I Ag s .I A g s .II S ep. I S e p .II Periode D e bi t m 3 det ik IROPT DOPT INOPT Keterangan : IROPT : irigasi optimal; DOPT : domestik optimal, INOPT : industri optimal Gambar 30. Proporsi Alokasi Optimum di Wilayah Bekasi Ketika terjadi kelangkaan air, Model DIJ mentransfer air dari sektor yang memberikan nilai air rendah ke sektor yang memberikan nilai air tinggi. Selain kondisi kelangkaan air, dominasi salah satu sektor menurunkan kompetisi yang terjadi akibat ketidak seimbangan baik dalam proporsi penggunaannya maupun total benefit yang dihasilkan.

7.6. Alokasi Air Optimum di Wilayah Tarum Barat