Kelangkaan Air Konsep Kelangkaan Air DAS 1. Tahap Pengembangan DAS

nilai pemakaian yang tinggi pada tahap alokasi. Pada tahap pengembangan, air yang tersedia melebihi dari yang dibutuhkan, kelangkaan air yang terjadi disebut kelangkaan ekonomi, yakni tidak tersedianya finansial untuk mengembangkan sumberdaya air tersebut. Konflik tidak terjadi dan nilai ekonomi air masih rendah. Tabel 12. Unsur-unsur Tahap Pengembangan Daerah Aliran Sungai Pengembangan Utilisasi Alokasi Pembangunan Perbaikan operasional dan manajemen Berpindah ke nilai pemakaian yang lebih tinggi Pengelolaan distribusi suplai Investasi dan perbaikan operasional dan menajemen Pengelolaan permintaan Kelangkaan air ekonomi Lokalisasi kelangkaan air Kelangkaan air fisik Nilai air rendah Peningkatan nilai air Nilai air tinggi Lebih sedikit konflik air Konflik dalam sistem Konflik antar sistem Pemakaian air tanah Manajemen konjuktif Pengaturan air tanah Pelemahan Polusi Muncul polusi Pembebasan polusi Memasukkan mengeluarkan orang miskin dalam pengembangan fasilitas Dalam pengambilan keputusan operasional dan manajemen termasuk orang miskin Orang miskin kehilangan akses ke air Sumber : Molden et.al. 2001. Sedangkan tahap utilisasi nilai ekonomi air mulai terbentuk dan konflik telah terjadi, ketersediaan air mendekati yang dibutuhkan, kualitas air mulai menurun. Tahapan alokasi merupakan tahapan akhir dimana ketersediaannya terbatas sehingga air bukan lagi sebagai barang publik melainkan sebagai barang ekonomi, dan akan disalurkan ke pengguna dengan nilai ekonomi yang tinggi.

3.1.2. Kelangkaan Air

Selain tahap pengembangan DAS, unsur penting lainnya dalam penelitian sumberdaya air yakni kelangkaan air suatu wilayah. Kelangkaan air ini merupakan ukuran perbandingan antara air yang tersedia dengan yang digunakan. Berbagai perhitungan kelangkaan air telah dilakukan diantaranya berdasarkan indeks yang digunakan PBB 1997 dan diadopsi Vorosmarty et.al. 2000, yakni rasio pengambilan air tahunan W dengan air yang tersedia Q . Menurut Heap et.al. 1998 indeks kelangkaan air R WS diturunkan sebagai berikut WS W S R Q - = 1 dimana W = pengambilan air tahunan S = parameter desalinisasi Q = air yang tersedia Secara umum indeks kelangkaan air adalah sebagai berikut R WS 0.1 tidak ada kelangkaan air 0.1 R WS 0.2 kelangkaan air rendah 0.2 R WS 0.4 kelangkaan air moderate 0.4 R WS kelangkaan air tinggi Pengukuran kelangkaan sumberdaya air diatas, menunjukkan indeks kelangkaan untuk air yang ada di saluran, bukan air yang tersisa di waduk. Indeks kelangkaan ini merupakan kelangkaan air secara fisik tanpa mempertimbangkan nilai ekonomi air. Asumsinya bahwa sumberdaya air merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui, dan waktu pembaharuan lebih cepat dibandingkan dengan air tanah serta tanpa memperhitungkan kualitas air yang ada. Dalam konteks ekonomi sumberdaya pengukuran kelangkaan bukan hanya sekedar dari segi fisik saja tetapi dengan menghitung sisa umur ekonomisnya. Hal ini dengan menghitung cadangan ekonomis yang tersedia dibagi dengan tingkat ekstraksi. Pengukuran ini hampir sama dengan indeks kelangkaan menurut Heap et.al. 1998, kelemahannya tidak mempertimbangkan aspek ekonomi, seperti harga dan biaya ekstraksi. Hanley et.al. 1997 diacu dalam Fauzi 2004 menyarankan menggunakan pengukuran moneter dengan cara menghitung harga riil, unit cost dan rente ekonomi dari sumberdaya. Pengukuran moneter inipun masing-masing mempunyai kelebihan dan keterbatasan, yang dapat dilihat pada Tabel 13. Pengukuran yang dianggap memiliki keunggulan dibandingkan dengan pengukuran lainnya, yakni pengukuran berdasarkan rent kelangkaan scarcity rent, Pengukuran ini dianggap lebih sesuai dengan kondisi sumberdaya air saat ini. Tabel 13. Keunggulan dan Keterbatasan Pengukuran Kelangkaan Sumberdaya Pengukuran Kelangkaan Keunggulan Keterbatasan 1. Harga Riil Tingkat harga sumberdaya mencerminkan tingkat kelangkaan - Jika ada distorsi pasar, harga tidak mencerminkan kelangkaan - Harga output sumberdaya hanya mencerminkan harga pasar, tetapi tidak mencerminkan biaya oportunitas sosial akibat ekstraksi sumberdaya tersebut - Tidak adanya deflator yang tepat 2. Unit Cost Unit cost menunjukkan kelangkaan sumberdaya, makin tinggi unit cost nya makinlangka sumberdaya tersebut - Kesulitan mengukur kapital akibat perubahan teknologi produksi - Substitusi input tidak diperhitungkan - Unit cost berdasarkan informasi masa lalu bukan forward looking 3. Rente kelangkaan scarcity rente - Berdasarkan teori kapital sumberdaya, dimana rate of return manfaat yang diperoleh sama dengan biaya oportunitas dari aset lain - Makin tinggi scarcity rent makin langka sumberdaya

3.2. Kriteria Alokasi Sumberdaya Air