Alokasi Air Optimum di Wilayah Curug

air ke sektor pengguna, tetapi juga mengingat kesejahteraan masyarakat bukan hanya yang berada di wilayah Tarum Barat melainkan seluruh wilayah DI Jatiluhur. Wilayah DI Jatiluhur sebagai salah satu penghasil pangan nasional, memerlukan suatu kebijakan yang tidak saja mengatur alokasi sumberdaya air ke sektor-sektor pengguna tetapi juga perlu dipertimbangkan korbanan yang telah dikeluarkan dalam mengalokasikan sumberdaya air tersebut. Sektor pertanian membutuhkan perhatian khusus, terutama dengan makin berkurangnya luas lahan yang tersedia akibat konversi lahan serta menurunnya produktivitasnya akibat kekurangan air.

7.2. Alokasi Air Optimum di Wilayah Curug

Wilayah Curug, merupakan wilayah paling hulu dari wilayah Tarum Barat, dan wilayah yang dilayani dari Bendung Curug, terletak antara Bendung Curug dan pertemuan saluran induk Tarum Barat dan Cibeet. Wilayah ini terdiri dari sektor pertanian yang meliputi sawah golongan I dengan luas 3.85 ribu hektar, sektor domestik terdiri dari 1 perusahaan PDAM golongan kecil dan sektor industri golongan kecil terdiri dari 3 perusahaan, golongan sedang terdiri dari 8 perusahaan dan golongan besar sebanyak 1 perusahaan. Hasil optimasi MODEL DIJ menunjukkan bahwa semua aktivitas alokasi air yang ada di wilayah ini semuanya terpilih. Alokasi air optimum ke sektor pertanian di wilayah ini menghasilkan produktivitasnya sebesar 5.41 ton per hektar pada musim tanam I dan 5.13 ton pada musim tanam II, dengan total produksi padi yang dihasilkan 20.83 ribu ton pada musim tanam I dan 19.76 ribu ton pada musim tanam II. Benefit optimum sektor pertanian sebesar sebesar 5.88 milyar rupiah pada musim tanam I, sedangkan pada musim tanam II sebesar 6.12 milyar rupiah. Alokasi air optimum ke sektor pertanian lebih rendah dibandingkan dengan alokasi aktual yang dilakukan PJT II, perbedaannya cukup signifikan dimana pola alokasi air hasil optimasi mengikuti tahapan pertumbuhan sedangkan pada alokasi aktual tidak mengikuti pola tersebut Gambar 11. Pada periode ke 10 Februari I dimana memasuki tahap pematangan alokasi yang dilakukan PJT II masih lebih besar dibandingkan dengan hasil optimasi, hal ini menunjukkan ketidak efisienan alokasi yang dilakukan PJT II ke sektor ini. 1.000 - 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Periode D eb it m 3 det ik IRAKT IROPT Keterangan : IRAKT : alokasi aktual, IROPT : alokasi optimal Gambar 11. Alokasi Air ke Sektor Pertanian di Wilayah Curug Perbedaan alokasi ini dapat disebabkan antara lain tidak serentaknya penanaman di wilayah tersebut, sehingga pengelola melakukan penyaluran air tidak sesuai dengan volume yang telah disepakati dan dijadwalkan tetapi menyesuaikan dengan permintaan petani pada waktu tersebut. Kondisi demikian sering terjadi di hampir semua wilayah DI Jatiluhur, yang mengakibatkan penyaluran air yang lebih besar dari pada kebutuhan sebenarnya. Sektor domestik yang yang ada di wilayah ini hanya 1 perusahaan daerah air minum PDAM saja, yang dikategorikan sebagai pengguna air domestik golongan kecil, penyaluran air aktual per tengah bulanannya bervariasi antara 21.51 ribu meter kubik dan 35.24 ribu meter kubik atau 17.00 liter per detik dan 27.00 liter per detik. Hasil optimasi menunjukkan air yang disalurkan per tengah bulannya sebesar 39.60 ribu meter kubik atau 26.00 liter per detik sampai 30.00 liter per detik Lampiran 8. Benefit aktual yang dihasilkan setiap stage return 0.88 juta rupiah sedangkan benefit optimum sebesar 1.04 juta rupiah, total benefit aktual sebesar 21.07 juta rupiah dan benefit optimumnya sebesar 24.92 juta rupiah. Alokasi optimum lebih tinggi dibandingkan dengan alokasi aktual yang dilakukan PJT II, perbedaan alokasi ini disebabkan karena MODEL DIJ dengan tujuan memaksimumkan benefit, akan memilih alokasi yang menghasilkan benefit yang lebih tinggi, yakni pada kapasitas maksimum. Bila air yang tersedia cukup untuk memenuhi semua permintaan sektor pengguna, model akan mengalokasikan pada tingkat maksimum, meskipun ditentukan juga batas minimumnya Gambar 12. Alokasi optimal yang selalu pada tingkat maksimum menyebabkan terjadi perbedaan antara alokasi aktual dan hasil optimasi. 0.015 0.018 0.021 0.024 0.027 0.030 0.033 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Periode D ebi t m 3 det ik DAKT DOPT Keterangan : DAKT : alokasi aktual, DOPT : alokasi optimal Gambar 12. Alokasi Air ke Sektor Domesik di Wilayah Curug Sektor industri yang ada di wilayah ini sebanyak 13 perusahaan yang terdiri dari 3 perusahaan golongan industri kecil, 8 perusahaan golongan industri sedang dan 1 perusahaan golongan industri besar. Alokasi air rata-rata per perusahaan pada masing-masing golongan per tengah bulanan, masing-masing sebesar 4.30 ribu meter kubik untuk golongan industri kecil, 32.00 ribu meter kubik untuk golongan industri sedang dan 408.00 ribu meter kubik untuk golongan industri besar. Total penyaluran air baku industri pada masing-masing kategori sebesar 12.90 ribu meter kubik untuk kategori industri kecil, 256.00 ribu meter kubik untuk kategori industri sedang dan 408.00 ribu meter kubik untuk industri besar Lampiran 9. 0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 0.700 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Periode D ebi t m 3 de tik INAKT INOPT Keterangan : INAKT : alokasi aktual, INOPT : alokasi optimal Gambar 13. Alokasi Air ke Sektor Industri di Wilayah Curug Total air yang disalurkan tersebut merupakan air baku yang diterima perusahaan sedangkan air yang dialirkan dari bendung lebih banyak karena dikalikan dengan koefisien hilangnya air di saluran induk maupun sekunder sehingga air yang disalurkan untuk sektor ini sebanyak 781.82 ribu meter kubik atau dengan debit antara 43.00 liter sampai 61.00 liter per detik Gambar 13. Benefit sektor industri aktual sebesar 160.26 juta rupiah per tengah bulannya dan total benefitnya sebesar 3.85 milyar rupiah sedangkan benefit optimumnya 257.78 juta rupiah per stage return dan total benefitnya sebesar 6.19 milyar rupiah. Benefit optimum lebih tinggi dibandingkan dengan benefit aktual, hal ini disebabkan alokasi air optimum lebih tinggi dibandingkan dengan alokasi aktual. Model DIJ selalu akan memilih alokasi air yang akan menghasilkan benefit optimum, sedangkan alokasi aktual bervariasi. - 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 O kt.I O k t.II No p .I N o p .II De s. I D e s.II Jan .I J a n .II Pe b .I P e b .II Ma r. I Ma r. II Ap r. I A p r.II Me i. I M e i.II Jun .I J u n .II Jul .I Ju l. II Ag s. I A g s.II Se p .I S e p .II Periode D eb it m 3 de tik IRAKT DAKT INAKT Keterangan : IRAKT : irigasi, DAKT : domestik, INAKT : industri Gambar 14. Proporsi Alokasi Air Aktual Per Sektor di Wilayah Curug Alokasi optimum ke sektor pertanian lebih fluktuatif dibandingkan alokasi aktual, baik pada musim tanam I maupun pada musim tanam II. - 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 O k t.I O kt .II No p .I N o p .II De s .I D e s .II Ja n .I J a n .II Pe b .I P e b .II Ma r. I Ma r. II Ap r. I A p r.II Me i.I M e i.II Ju n .I J u n .II Jul .I Jul .I I Ag s .I A g s .II Se p .I S e p .II Periode V o lu m e rib u m 3 IROPT DOPT INOPT Keterangan : IROPT : irigasi, DOPT : domestik, INOPT : industri Gambar 15. Proporsi Alokasi Air Optimum Per Sektor di Wilayah Curug Ketika tahap pertumbuhan vegetatif air yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan tahap pertumbuhan generatif. Hasil optimasi Model DIJ menunjukkan bahwa kebutuhan air semua sektor dapat dipenuhi, hal ini dapat dipahami karena wilayah ini merupakan wilayah terhulu dari Tarum Barat dimana langsung dilayani oleh Bendung Curug sebagai bendung pembagi di DI Jatiluhur, dengan ketersediaan air yang cukup sepanjang waktu. Ketersediaan air yang cukup menandakan tidak ada kelangkaan air di wilayah tersebut. Selain ketersediaan air yang cukup, proporsi penggunaan air di wilayah ini didominasi oleh sektor pertanian sedangkan sektor domestik dan industri proporsinya sangat kecil. Dominasi penggunaan air oleh salah satu sektor dengan proporsi yang sangat berbeda tidak menyebabkan kompetisi antar sektor di wilayah ini. Hasil optimasi Model DIJ merubah proporsi penggunaan air sektor-sektor tersebut, terutama sektor pertanian dan juga pola alokasi sepanjang horison waktu. Pola alokasi optimal sesuai dengan tahapan pertumbuhan tanam padi sedangkan alokasi aktual tidak mengikuti fluktuasi kebutuhan air tanaman.

7.3. Alokasi Air Optimum di Wilayah Cibeet