Ketersediaan Air Waduk Juanda

telah mencapai kapasitas maksimum sehingga tidak memungkinkan menyalurkan air lebih dari kapasitas tersebut. Penyaluran air ke Tarum Barat yang lebih rendah dibandingkan dengan penyaluran aktual menunjukkan bahwa Model DIJ, telah dapat mengatasi masalah alokasi yang optimum ketika terjadi kelangkaan air. Penyaluran air aktual ke wilayah hilir seringkali melebihi dari kebutuhannya, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan air yang sulit diprediksi karena berhubungan dengan curah hujan di wilayah hilir maupun hulu. Pengukuran ketersediaan air yang hanya berdasarkan pada prakiraan curah hujan serta data historis, seringkali jauh dari kondisi aktual. Validasi data curah hujan dan ketersediaan sangat mempengaruhi keputusan penyaluran air. Dalam aktivitas penyaluran air dari waduk tidak dapat diantisipasi dalam waktu seketika, dimana perjalanan air dari Bendung Curug ke Bendung Bekasi membutuhkan waktu. Hasil optimasi Model DIJ menunjukkan suatu kondisi ideal apabila tidak terjadi penyimpangan cuaca yang mempengaruhi ketersediaan air. Curah hujan yang diperhitungkan bukan hanya di wilayah sektor pengguna tetapi juga di wilayah hulu sungai-sungai yang ada.

9.4. Ketersediaan Air Waduk Juanda

Ketersediaan air di Waduk Juanda sangat bergantung pada sumber utamanya yakni sungai Citarum dan sumber lainnya berupa curah hujan di waduk dan sekitarnya. Waduk Juanda yang dirancang sebagai waduk tahunan multi years, dapat menampung air sebanyak 2.45 milyar meter kubik pada tinggi muka air normal sekitar 107.00 m, dan menyimpan air bertahun-tahun dan menyalurkannya pada saat musim kemarau atau ketika terjadi anomali iklim. Begitu juga dengan bendung-bendung di wilayah hilir sangat bergantung pada ketersediaan air dari sungai setempat, seperti Bendung Cibeet sumber utamanya dari Sungai Cibeet, sedangkan Bendung Cikarang dan Bekasi selain dari sumber setempat Sungai Cikarang dan Bekasi, tergantung pada tambahan air dari Bendung Curug. Ketersediaan air dari sungai-sungai setempat pada musim hujan Desember sampai dengan Maret, mencukupi untuk dialokasikan ke sektor pengguna air, sedangkan pada musim kemarau debit sungainya sangat sedikit Juni sampai dengan September, sehingga air yang ada tidak mencukupi untuk memelihara saluran apalagi untuk memenuhi kebutuhan sektor-sektor yang ada di wilayah tersebut. Pada kondisi menurunnya debit sungai-sungai setempat, pemenuhan kebutuhan air di wilayah hilir ini sangat bergantung pada tambahan air dari Bendung Curug. Air yang tertampung dalam Waduk Juanda selanjutnya dikeluarkan dari Waduk Juanda ke Bendung Curug melewati turbin pembangkit tenaga listrik, bila ketinggiannya memenuhi syarat ketinggian untuk menggerakkan turbin. Tinggi minimum operasional Waduk Juanda adalah 75.00 meter atau setara dengan 578.90 juta meter kubik, ketinggian ini mencerminkan ketinggian minimum yang dapat menggerakan turbin pembangkit tenaga listrik. Bila ketinggian dibawah ketinggian minimum maka turbin tidak dapat digerakkan atau dengan kata lain tidak dapat memproduksi tenaga listrik Puslitbang Teknologi SDA, 2000. Air dari Bendung Curug disalurkan melalui tiga saluran induk, yakni Tarum Timur, Tarum Utara dan Tarum Barat. Air yang keluar dari Waduk Juanda diasumsikan sama dengan yang diterima Bendung Curug, atau dengan kata lain tidak ada air yang hilang ketika menggerakkan turbin. Ketinggian air di Waduk Juanda pada bulan Oktober 2003, awal periode penelitian ini 77.51 meter atau setara dengan 668.68 juta meter kubik dengan ketinggian pada akhir periode penelitian September 2004 94.48 meter atau setara 1.53 milyar meter kubik. Ketersediaan air di Waduk Juanda dapat diukur baik melalui tinggi muka air TMA maupun melalui luas permukaan air di waduk. Dalam mengukur ketersedian air di waduk terdapat dua istilah penting yakni tampungan efektif effective storage dan tampungan mati dead storage. Sejumlah air yang ada dalam tampungan efektif disebut volume efektif, dengan tinggi minimum atau elevasi terendah dari suatu waduk dimana waduk tidak dapat beroperasi lagi Gambar 34. Tinggi minimum Waduk Juanda adalah dasar hollow jet yakni 47.00 meter sedangkan ketinggian normalnya 107.00 meter. Suatu wadah yang berada dibawah elevasi minimum disebut tampungan mati atau dead storage, yang berfungsi sebagai kantong lumpur. Volume tampungan mati dibawah elevasi 47.00 meter adalah 15 juta meter kubik dan pada elevasi normal 107.00 meter adalah 2.45 milyar meter kubik Puslitbang Teknologi SDA, 2000. Gambar 34. Tampungan Efektif dan Tampungan Mati Waduk Juanda Dalam membangun Model DIJ, dimana stok waduk sebagai kendala transmisi, persyaratan operasional waduk ini digunakan dalam penentuan batas atas ketersediaan air di waduk yakni pada elevasi normal, sedangkan batas bawah stok air yang harus tersedia di waduk yakni elevasi minimum untuk effective storage dead storage 47 m 107 m tinggi minimum operasional spillway crest 75 m pengoperasian turbin atau setinggi 75.00 meter setara dengan 578.90 juta meter kubik. Penentuan batas bawah volume air yang tersisa di waduk ini, selain untuk tujuan operasional turbin juga sekaligus menjaga kelestarian waduk. Penentuan batas bawah yang lebih tinggi dari batas operasional yang digunakan sebagai pedoman operasional PJT II, diasumsikan bahwa sedimen yang ada di waduk Juanda saat penelitian ini dilakukan sudah melebihi ketinggian tersebut. Stok waduk Juanda sebagai kendala transmisi, akan mengalami perubahan akibat aktivitas alokasi air yang dilakukan di wilayah hilir. Hasil optimasi Model DIJ menunjukkan volume air yang tersisa akibat adanya aktivitas penyaluran air ke sektor pengguna dari Bendung Curug ke wilayah hilir. 0.000 500.000 1000.000 1500.000 2000.000 2500.000 Ok t. I Okt.I I N op. I N op. II De s .I De s. II J an. I J an. II P eb. I P eb. II Mar. I Mar. II Apr. I Apr. II Mei .I Me i.II J un. I J un. II Jul .I Ju l.II Ags. I Ag s. II S ep. I S ep. II Periode V o lu me ri b u m3 Aktual Dasar Gambar 35. Stok Waduk Juanda Aktual dan Optimum Telah dibahas sebelumnya apabila Model DIJ ini mencakup seluruh wilayah DI Jatiluhur, maka stok optimum yang tersisa di waduk akan lebih besar dari stok aktual. Hasil optimasi ini menunjukkan bahwa Model DIJ selain dapat menentukan besarnya alokasi optimum ke sektor pengguna air, dapat juga menentukan outflow optimum yang bertujuan menjaga ketinggian muka air agar PLTA dapat beroperasi dan juga menjaga kelestarian waduk, melalui pemeliharaan ketinggian sehingga air tidak mencapai posisi titik terendah untuk beroperasi. Perubahan nilai variabel teknis skenario 1 dan 2, ternyata hanya mengubah sedikit saja stok Waduk Juanda, perubahan inipun hanya pada satu periode Desember II. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan nilai variabel teknik dapat dikatakan tidak merubah volume air yang tersedia di waduk, atau dengan kata lain ketersediaan airnya sama dengan hasil optimasi model dasar. Tabel 29. Stok Waduk Juanda Aktual dan Hasil Optimasi Model DIJ Dasar serta Skenario 1 sampai dengan 7 1 2 3 4 5 6 7 1 Okt.I 668.68 687.93 687.93 687.93 687.93 687.93 687.93 687.93 687.93 2 Okt.II 748.53 744.21 744.21 744.21 744.21 744.21 744.21 744.21 744.21 3 Nop.I 805.88 793.69 793.69 793.69 793.69 793.69 793.69 793.69 793.69 4 Nop.II 796.75 813.41 813.41 813.41 813.41 813.41 813.41 813.41 813.41 5 Des.I 841.65 823.51 823.41 823.30 823.51 823.51 823.51 823.32 810.34 6 Des.II 1002.37 968.19 973.62 972.97 970.19 975.50 1026.80 970.26 965.81 7 Jan.I 1096.21 1094.50 1094.50 1087.60 1087.50 1087.50 1087.50 1094.50 1094.50 8 Jan.II 1136.48 1188.30 1188.30 1188.30 1188.30 1188.30 1188.30 1188.30 1188.30 9 Peb.I 1279.07 1322.00 1319.40 1322.80 1300.00 1322.80 1328.40 1318.20 1321.90 10 Peb.II 1454.58 1439.70 1440.10 1440.10 1443.00 1440.10 1447.70 1440.20 1444.30 11 Mar.I 1625.46 1557.50 1557.30 1557.30 1556.70 1557.30 1563.50 1557.30 1553.70 12 Mar.II 1748.16 1710.40 1710.40 1710.40 1710.40 1710.40 1710.40 1710.40 1710.40 13 Apr.I 1865.49 1834.40 1834.40 1834.40 1834.40 1834.40 1834.40 1834.40 1834.40 14 Apr.II 1941.48 1943.50 1943.50 1943.50 1943.50 1943.50 1943.50 1943.50 1943.50 15 Mei.I 2106.68 2052.50 2052.50 2052.50 2052.50 2052.50 2052.50 2052.50 2052.50 16 Mei.II 2180.20 2164.00 2164.00 2164.00 2164.00 2164.00 2164.00 2164.00 2164.00 17 Jun.I 2192.56 2160.90 2160.90 2160.90 2160.90 2160.90 2160.90 2160.90 2160.90 18 Jun.II 2112.53 2085.20 2085.20 2085.20 2085.20 2085.20 2085.20 2085.20 2085.20 19 Jul.I 2020.65 2009.60 2009.60 2009.60 2009.60 2009.60 2009.60 2009.60 2009.60 20 Jul.II 1934.46 1923.50 1923.50 1923.50 1923.50 1923.50 1923.50 1923.50 1923.50 21 Ags.I 1867.06 1847.80 1847.80 1847.80 1847.80 1847.80 1847.80 1847.80 1847.80 22 Ags.II 1730.12 1728.90 1728.90 1728.90 1728.90 1728.90 1728.90 1728.90 1728.90 23 Sep.I 1586.80 1624.40 1624.40 1624.40 1624.40 1624.40 1624.40 1624.40 1624.40 24 Sep.II 1530.12 1519.80 1519.80 1519.80 1519.80 1519.80 1519.80 1519.80 1519.80 VOLUME juta m3 NO PERIODE DASAR SKENARIO AKTUAL Berbagai perubahan nilai variabel ekonomi skenario 3,4 dan 5 yang dilakukan ternyata tidak merubah stok waduk, dimana stok waduk akibat perubahan nilai variabel ekonomi hampir sama dengan hasil optimasi Model DIJ dasar. Perubahan yang terjadi sangat kecil dan hanya pada beberapa periode saja, yakni pada periode ke 6, 7,10 dan 11 Des II, Jan I, Peb II dan Mar I, dinamika yang ditunjukkan sangat kecil. Perbedaan yang sangat kecil antara stok optimum hasil optimasi Model DIJ dasar dengan perubahan nilai variabel ekonomi maka dapat dikatakan bahwa perubahan nilai variabel ekonomi tersebut dapat dikatakan tidak mempengaruhi stok air yang tersedia di waduk. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, Model DIJ dibangun dengan meminimisasi perbedaan inflow dan outflow dan menjaga ketersediaan air di waduk, stok optimal selalu diatas batas operasional minimum yang diterapkan dalam model yakni lebih besar dari 578.90 juta meter kubik. Kondisi stok waduk akibat adanya perubahan nilai variabel teknik dan ekonomi variasinya sangat kecil, berimplikasi pada penyaluran air dari Bendung Curug ke saluran induk Tarum Barat juga tidak mengalami perubahan. Penyaluran air dari Bendung Curug hanya menambah kekurangan air di wilayah hilirnya, penyaluran air outflow optimum hasil optimasi Model DIJ dasar telah mencapai kapasitas maksimum sarana yang ada, sehingga perubahan nilai variabel hanya mengalihkan air yang disalurkan ke sektor-sektor yang mengalami perubahan, tanpa menambah penyaluran dari Bendung Curug.

9.5. Nilai Ekonomi Sumberdaya Air