9.2. Keseimbangan Air Wilayah
Sistem pengairan DI Jatiluhur dalam mengukur kebutuhan masing- masing sektor di setiap wilayah menggunakan keseimbangan neraca, semua
wilayah yang tercakup dalam sub sistem yang ada. Perhitungan kebutuhan dan ketersediaan neraca air yang dilakukan PJT II dimulai dari wilayah terhilir
sampai ke Bendung Curug, perhitungan ini menghasilkan tambahan air yang harus disalurkan dari Bendung Curug. Model DIJ menerapkan hal yang sama,
perhitungan dimulai dari Bendung terhilir yakni Bendung Bekasi. Kebutuhan Bendung Bekasi dipenuhi dari sungai Bekasi dan tambahan dari Bendung
Cikarang melalui saluran induk Tarum Barat, ruas Cikarang Bekasi Cikarang B. Selanjutnya di Bendung Cikarang, sumber utamanya berasal dari Sungai
Cikarang dan sisa air dari Bendung Cibeet, serta tambahan dari Bendung Curug jika diperlukan. Kemudian keseimbangan di Bendung Cibeet dimana sumber
utamanya Sungai Cibeet, sisa penggunaan air di Sub wilayah Cibeet A antara Bendung Cibeet dan saluran induk Tarum Barat diteruskan ke saluran induk
Tarum Barat sebagai penambah air di saluran induk Tarum Barat. Terakhir adalah keseimbangan di Bendung Curug, selain untuk memenuhi kebutuhan
sektor pengguna di wilayah Curug, juga sebagai tambahan untuk memenuhi kebutuhan sub wilayah Cibeet B, Cikarang dan Bekasi.
Bendung Bekasi sebagai wilayah terhilir, hampir selalu tidak dapat memenuhi permintaan sektor pengguna air di wilayah ini, hal ini disebabkan
kebutuhan air baku PAM DKI yang terus meningkat, sedangkan debit Sungai Bekasi makin menurun dari waktu ke waktu. Kebutuhan terbesar wilayah
Bendung Cikarang berada di sub wilayah Cikarang B yang mengambil air dari saluran yang sama dengan wilayah Bekasi, yakni saluran induk Tarum Barat
ruas antara Bendung Cikarang dan Bendung Bekasi. Berdasarkan neraca inipun
dapat dilihat bahwa sub wilayah Cikarang B dan Bekasi merupakan wilayah dengan kompetisi tertinggi akibat kelangkaan air. Kelangkaan air di kedua sub
wilayah tersebut bukan hanya karena debit sungai Bekasi yang terus menurun melainkan disebabkan kapasitas saluran yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
di kedus wilayah tersebut. Peningkatan permintaan air sektor non pertanian tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas saluran tersebut, sehingga selalu terjadi
kompetisi antar sektor pengguna di kedua sub wilayah tersebut.
9.3. Penyaluran Air dari Waduk Juanda