Valuasi Berdasarkan Non Pasar

Hartwick dan Olewiler 1998 melihat bahwa mekanisme MCP sulit diterapkan, karena suplai sumberdaya air terbatas sehingga penyedia air biasanya dilakukan dalam bentuk monopoli dengan struktur pasar monopolistik, sehingga alokasi yang efisien sulit dicapai.

3.5.2.2. Valuasi Berdasarkan Non Pasar

Sumberdaya air termasuk salah satu sumberdaya yang pengelolaannya cukup unik, air sulit diperlakukan sebagai barang yang diperdagangkan marketed goods. Penyediaan sumberdaya air dalam skala besar seperti pembangunan waduk, bendung dan jaringan irigasi tidak mungkin dilakukan secara privat tetapi diperlukan campur tangan pemerintah untuk mendanainya. Alokasinyapun dilakukan berdasarkan keputusan pemerintah, menurut Dinar et.al. 1997 menyatakan bahwa alokasi yang dilakukan publik atau pemerintah dapat menjawab aspek equity, dimana masyarakat miskin dapat mengakses sumberdaya air tersebut. Alokasi ini diringi dengan pemberian subsidi bagi wilayah yang memberikan nilai rendah terhadap sumberdaya air. Subsidi inilah yang mengakibatkan inefisiensi terhadap pemanfaatan sumberdaya air, karena adanya faktor ”hidden cost” dimana subsidi tidak menggambarkan opportunity cost yang sebenarnya dari pengelolaan sumberdaya air. Kelima faktor yakni kondisi DAS, indeks kelangkaan air, kriteria alokasi sumberdaya air dan mekanisme alokasi sumberdaya air serta valuasi alokasi sumberdaya air, yang telah diuraikan diatas merupakan faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam membentuk model pengelolaan sumberdaya air. Kondisi suatu DAS perlu diketahui terlebih dahulu agar dapat mengindentifikasi keadaan sumberdaya air di wilayah tersebut dan menentukan keputusan yang terbaik dalam pengelolaan sumberdaya air di wilayah tersebut. Kondisi DAS aktual menggambarkan tahapan pengembangannya, yang berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya air dan finansial yang dibutuhkan. Tahapan pengembangan menjadi lebih lengkap dengan adanya pengukuran indeks kelangkaan. Indeks kelangkaan ini menunjukkan apakah wilayah tersebut sudah menghadapi permasalahan kelangkaan sumberdaya air dan sampai sejauh mana kelangkaan tersebut berpengaruh pada pengelolaan sumberdaya air yang ada. Bila indeks kelangkaan air menunjukkan telah terjadi kelangkaan air, alokasi bagaimana yang sebaiknya dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya air di wilayah tersebut dengan mempertimbangkan aturan alokasi sumberdaya serta mekanisme yang sesuai dengan kondisi yang ada. Valuasi terhadap sumberdaya air yang telah dikonsumsi baik sebagai input maupun sebagai barang akhir final goods, berperanan penting dalam menilai sumberdaya air yang telah digunakan, karena sumberdaya air merupakan aset yang mempunyai arti ekonomi. Adanya valuasi terhadap air menandakan bahwa air bukan merupakan barang bebas tetapi sudah menjadi barang ekonomi dan memiliki nilai pasar. Setelah memahami kondisi yang ada di wilayah yang akan diteliti barulah pemodelan pengelolaan sumberdaya air dilakukan dengan mempertimbangan sehingga model yang dihasilkan benar-benar sesuai dan merupakan gambaran wilayah tersebut, baik ketersediaan airnya maupun sektor-sektor yang terlibat di dalamnya. Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang dapat memenuhi kriteria yang telah dikemukan diatas.

IV. MODEL ALOKASI SUMBERDAYA AIR

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa alokasi sumberdaya air merupakan tindakan ekonomi yang menghasilkan benefit maupun biaya. Pengelolaan sumberdaya air khususnya air permukaan dimana penggunanya beragam dan wilayahnya sangat luas membutuhkan suatu pemodelan yang dapat digunakan dan menghasilkan benefit yang optimum bagi pengguna maupun pengelola. Pengguna yang beragam dengan pandangan yang berbeda dalam memberikan valuasi terhadap sumberdaya air memerlukan pendekatan dari berbagai bidang, agar dapat dibangun suatu model yang terintegrasi dan mencakup semua bidang yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya air. Pengguna sumberdaya air dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yakni yang memperlakukan sumberdaya air sebagai barang publik sektor pertanian dan memperlakukan sebagai barang ekonomi sektor non pertanian atau urban. Pemodelan tingkat DAS merupakan suatu alat pemodelan yang dapat mengintegrasikan kompleksitas pengelolaan sumberdaya air dalam suatu kerangka analisa yang terintegrasi yang dapat memberikan arahan dan keputusan bagi pengelola sumberdaya Mc Kinney et.al., 1999, Rodgers dan Fiering, 1986. Model-model pengelolaan air telah banyak dihasilkan, baik dengan model simulasi maupun optimasi. Model optimasi inipun ada dua macam yakni optimasi statik dan optimasi dinamik. Model statik biasanya merupakan potret keadaan waktu dilakukan penelitian tersebut tanpa mempertimbangkan sifat sumberdaya air yang selalu berubah dan dipengaruhi keadaan antar waktu. Sedangkan model dinamik mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya antar waktu akibat