26 ditemukan pula konsep kemiskinan absolut absolute poverty yang berguna untuk
menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dasar setiap orang berupa kecukupan makanan,
pakaian, serta perumahan sehingga dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Untuk bisa diperbandingkan antar di negara, maka ditetapkan garis kemiskinan
internasional international poverty line.
2.6. Pajak Daerah dan Reribusi Daerah
Berdasarkan Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan yang dimaksud dengan Retribusi Daerah adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau Badan. Dari definisi tersebut nampak jelas perbedaan antara Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yaitu terletak pada unsur memaksa dan jasa
tidak langsung pada Pajak Daerah dan adanya jasa pelayanan dan balas jasa langsung yang diberikan pada Retribusi Daerah.
Jenis-jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia selalu berobah-robah sesuai dengan perkembangan perekonomian, sistem pemerintahan
dan pertukaran rezim kekuasaan. Pada dasarnya pembaharuan sistem perpajakan daerah dan retribusi daerah di Indonesia dimulai pada tahun 1997 dengan
melakukan penyederhanan jumlah dan jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang ditandai dengan keluarnya undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pada undang-undang sebelumnya yaitu undang-undang Nomor 11 Drt. tahun 1957 tentang peraturan umum Pajak Daerah
dan Undang-undang nomor 12 Drt. tahun 1957 tentang peraturan umum Retribusi Daerah, jenis-jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sangat banyak dan
cenderung tumpang tindih antara pajak dan retribusi. Dengan dikeluarkannya undang-undang baru ini dilakukan penyederhanaan dan diharapkan terjadi
keadilan, efektif dan efisien.
27 Menurut undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Provinsi atau Pajak Daerah Tingkat I istilah lama terdiri dari tiga jenis yaitu : 1 Pajak Kendaraan Bermotor, 2 Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, dan 3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak Kabupatenkota Daerah Tingkat II terdiri dari enam jenis yaitu: 1 Pajak Hotel
dan Restoran, 2 Pajak Hiburan, 3 Pajak Reklame, 4 Pajak Penerangan Jalan, 5 Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C, dan 6. Pajak
Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Selanjutnya keluar Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang
perubahan atas undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini tentu akan merobah jenis dan jumlah pajak provinsi dan
kabupatenkota. Berdasarkan undang-undang ini pajak provinsi dan
kabupatenkota bertambah masing-masing satu jenis, sehingga pajak provinsi menjadi empat jenis dan pajak kabupatenkota menjadi tujuh jenis.
Keempat jenis pajak provinsi dimaksud yaitu: 1 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, 2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan di Atas Air, 3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan 4 Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
Sedangkan pajak kabupatenkota terdiri dari: 1 Pajak Hotel, 2 Pajak Restoran, 3 Pajak Hiburan, 4 Pajak Reklame, 5 Pajak Penerangan Jalan, 6 Pajak
Pengambilan Bahan Galian Golongan, dan 7 Pajak Parkir. Undang-undang terakhir yang mengatur tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah adalah undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang disahkan pada tanggal 15 September 2009.
Pada dasarnya undang-undang ini bertujuan untuk semakin meningkatkan basis pajak dan retribusi di daerah, yang diharapakan akan memperbesar kesempatan
meningkatkan pendapatan daerah, seiring dengan penerapan otonomi daerah yang luas.
Berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2009 tersebut pajak provinsi terdiri dari empat jenis yaitu: 1 Pajak Kendaraan Bermotor, 2 Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, 3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, 4 Pajak Air Permukaan, dan 5 Pajak Rokok. Sedangkan pajak kabupatenkota terdiri atas
28 sebelas jenis, yaitu : 1 Pajak Hotel, 2 Pajak Restoran, 3 Pajak Hiburan,
4 Pajak Reklame, 5 Pajak Penerangan Jalan, 6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, 7 Pajak Parkir, 8 Pajak Air Tanah, 9 Pajak Sarang Burung
Walet, dan 10 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, serta 11 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Dengan undang-undang tersebut terlihat ada langkah maju dalam perpajakan daerah di Indonesia, hal ini terutama telah mulai diserahkannya
pemungutan sebagian pajak pusat ke daerah yaitu Pajak Rokok ke provinsi dan dua jenis pajak ke kabupatenkota yaitu: 1 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan, dan 2 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Jenis-jenis Retribusi Daerah hampir tidak ada perobahan pada ketiga
undang-undang tersebut. Secara umum retribusi daerah digolongkan atas tiga yaitu: 1 Retribusi Jasa Umum, 2 Retribusi Jasa Usaha, dan 3. Retribusi
Perizinan Tertentu. Banyak atau tidaknya jenis retribusi akan sangat tergantung dari kreatifitas masing-masing daerah dan disesuaikan dengan kewenangan
daerah, baik daerah provinsi maupun kabupatenkota. Yang menentukan apakah itu retribusi provinsi atau kabupatenkota, akan sangat tergantung dari mana
sumber jasa atau pelayanan. Kalau pelayanan diberikan oleh provinsi yang telah diperdakan, maka disebut itu retribusi daerah provinsi. Begitu juga kalau
pelayanan diberikan oleh kabupatenkota yang telah diperdakan maka disebut retribusi kabupatenkota.
2.7. Penelitian Sebelumnya 2.7.1.