Kemiskinan Perdesaan Blok Penyerapan Tenaga Kerja 1. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

140 pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah terlalu mahal, jauh dari jangkauan kelompok masyarakat miskin. Begitu juga dengan biaya kesehatan, masih banyak yang tidak terjangkau oleh masyarakat miskin. Program JAMKESMAS atau yang sejenisnya, masih banyak yang belum dapat diakses oleh kelompok masyarakat miskin. Terkait dengan permasalahan tersebut, pemerintah provinsi dan kabupatenkota di daerah Jambi telah memperkenalkan program pemberdayaan kelompok miskin melalui pengalokasian dana secara langsung ke tingkat kecamatan dan desa dengan sasaran rumah tangga paling miskin. Program ini diperkenalkan sejak tahun 2011 oleh pemerintah provinsi dan diikuti oleh pemerintah kabupaten sejak tahun 2012 yang dilakukan melalui pengalokasian dana secara tunai dan bantuan peralatan permodalan bagi kelompok usaha mikro dan kecil, pemberian beasiswa kepada keluarga miskin, dan jaminan kesehatan daerah. Satu-satunya peubah yang berpengaruh positif dan nyata adalah proporsi penduduk miskin perkotaan periode sebelumnya. Jumlah penduduk miskin yang lebih besar di perkotaan pada tahun sebelumnya cenderung memperbanyak penduduk miskin pada periode berikutnya. Temuan ini dapat diartikan bahwa jumlah penduduk miskin yang besar pada waktu tertentu merupakan embrio bagi peningkatan jumlah penduduk miskin pada masa yang akan datang, karena kemiskinan cenderung mewaris kepada keturunannya jika tidak ada kebijakan antisipatif yang dilakukan untuk membendungnya.

6.6.2. Kemiskinan Perdesaan

Berbeda dengan kemiskinan perkotaan, sebagian besar penduduk miskin di hidup di sektor pertanian. Kelompok masayarakat ini umumnya merupakan buruh tani yang bekerja secara musiman sesuai dengan siklus atau perputaran musim tanam. Tingkat pendidikannya juga rendah atau bahkan tidak pernah sekolah sama sekali. Kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan juga rendah, lingkungan pemukimannya sangat kumuh dan sangat mudah terkena wabah epidemi seperti penyakit malaria dan TBC. Berdasarkan karateristik demikian, peubah yang digunakan untuk menjelaskan kemiskinan perdesaan adalah penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian TKAGR, output atau PDRB perkapita pertanian PDRBAGRk, angka melek huruf AMH, dan tingkat kemiskinan periode 141 sebelumnya LHRPOV. Tiga peubah penjelas yang disebutkan pertama menunjukkan pengaruh yang negatif, sesuai dengan teori ekonomi dan hipotesis yang diajukan, namun yang nyata, hanya angka melek huruf . Pengaruh peubah penjelas proporsi jumlah penduduk miskin perdesaan periode sebelumnya yang positif dan nyata, juga sesuai dengan teori ekonomi dan hipotesis yang diajukan. Pengaruh negatif dan nyata peubah angka melek huruf AMH menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan berpengaruh dalam menurunkan tingkat kemiskinan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka peluang untuk memperoleh pekerjaan atau berusaha sendiri akan lebih besar. Untuk itu sangat diperlukan usaha-usaha pemerintah untuk selalu meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat, terutama dari kelompok masyarakat miskin pedesaan. Tabel 45. Hasil Estimasi Persamaan Kemiskinan Perdesaan Peubah Par. Dugaan Pr |t| Elastisitas Jk. Pendek Jk. Panjang Intercept 1.412353 .0001 TKAGR -6.97E-08 0.19705 -0.2170 -0.2170 PDRBAGRk -0.0543 0.16915 -0.3173 -0.3173 AMH -0.01329 .0001 -6.0042 -6.0042 LHRPOV 2.54E-07 0.00215 - - Fhit = 202.85 ProbF = 0.0001 Dw = 1.921277 Adj R 2 = 0.97113 Pengaruh positif dan nyata proporsi jumlah penduduk miskin perdesaan periode sebelumnya LHRPOV, sama dengan penjelasan pada persamaan kemiskinan di perkotaan di atas, bahwa jumlah penduduk miskin yang lebih besar di perdesaan pada tahun sebelumnya cenderung memperbanyak penduduk miskin pada periode berikutnya. Hal ini juga dapat diartikan bahwa jumlah penduduk miskin yang besar pada waktu tertentu merupakan embrio bagi peningkatan jumlah penduduk miskin pada masa yang akan datang, karena kemiskinan cenderung mewaris kepada keturunannya, jika tidak ada kebijakan antisipatif yang dilakukan untuk membendungnya. 142 Halaman ini sengaja dikosongkan

VII. DAMPAK ALOKASI PENGELUARAN DANA PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH

DAN INVESTASI SWASTA TERHADAP PDRB DAN KEMISKINAN

7.1. Skenario Simulasi Kebijakan

Bab ini merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian prosedur yang dilakukan dengan menggunakan peralatan analisis model persamaan simultan, dimulai dari konstruksi model yang memuat sistem persamaan dalam 6 blok, estimasi parameter-parameter dengan metode TSLS, pengujian validitas model ekonometrika hasil estimasi hingga bermuara pada proses simulasi kebijakan. Suatu simulasi dapat dipandang sebagai uji coba terhadap kemungkinan dampak yang ditimbulkan oleh suatu guncangan shokc dalam perekonomian. Guncangan tersebut dapat terjadi tanpa disengaja sebagai akibat dari imbas siklus perekonomian domestik dan luar negeri, krisis ekonomi nasional dan global, atau disengaja untuk mengetahui pilihan-pilihan kebijakan terbaik yang harus dilakukan agar resultan dampak yang ditimbulkannya positif terhadap kinerja perekonomian nasional atau regional. Simulasi hanya akan menghasilkan suatu dampak ekonomi yang akurat, apabila didahului oleh validasi model yang telah dikonstruksi dan diestimasi. Validasi model pada prinsipnya adalah pengujian mengenai sejauhmana nilai estimasi sesuai dengan nilai aktual dari masing-masing peubah endogen Pyndick dan Rubinfeld, 1998. Ada beberapa kriteria statistik yang dapat digunakan untuk menilai sahih valid atau tidaknya model, diantaranya adalah “root mean square error” RMSE, “root mean square percent error” RMSPE, dan “Theil’s Inequality coefficient” TIC atau lebih popular dengan notasi U. Studi ini hanya melakukan simulasi kebijakan, dan tidak melakukan peramalan forecasting, sehingga tidak semua kriteria statistik yang dikemukakan tersebut relevan diterapkan. Kriteria statistik yang digunakan dalam studi ini adalah “Theil’s Inequality coefficient” TIC. Berdasarkan hasil validasi model yang dilakukan, diketahui bahwa nilai rata-rata “Theil’s Inequality coefficient” dari seluruh persamaan mendekati nol. Ini berarti model ini cukup baik atau memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam melakukan simulasi kebijakan.

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batu Bara

1 42 75

Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto , Investasi, Inflasi Dan Pengangguran Terhadap Pendapatan Daerah Di Provinsi Sumatera Utara

1 46 146

Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Dairi

1 27 80

Elastisitas Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung Tahun 1990-2008

0 5 11

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

1 10 104

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

0 14 80

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1992-2012.

0 5 15

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-2011.

0 1 12

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-201

0 1 15

Pengaruh Investasi, Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan pada Wilayah Sarbagita di Provinsi Bali.

0 0 22