16 barang pribadi. Barang-barang umum public goods seperti penyediaan udara
bersih tidaklah menguntungkan bagi pihak swasta. Menurut Musgrave and Musgrave 1993, dalam perekonomian
pemerintah memiliki tiga fungsi utama yaitu: 1 fungsi alokasi: penyediaan barang sosial, atau proses pembagian keseluruhan sumber daya untuk digunakan
sebagai barang pribadi atau barang sosial, dan bagaimana baurankomposisi barang sosial ditentukan, 2 fungsi distribusi: penyesuaian terhadap distribusi
pendapatan dan kekayaan untuk menjamin terpenuhinya apa yang dianggap oleh masyarakat sebagai suatu keadaan distribusi yang “merata” dan “adil”, dan
3 fungsi stabilisasi: penggunaan kebijakan anggaran sebagai suatu alat untuk mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang tinggi, tingkat stabilitas yang
semestinya dan laju pertumbuhan ekonomi yang tepat, dengan memperhitungkan segala akibatnya terhadap perdagangan dan neraca
pembayaran. Selain dari tiga fungsi tersebut, Suparmoko 1996, menambahkan satu lagi fungsi pemerintah yaitu fungsi pertumbuhan: kegiatan yang
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Ini dimaksukan untuk meningkatkan standard hidup penduduk pada tingkat yang layak dan mencapai kesejahteraan
ekonomi yang lebih baik.
2.2. Pengeluaran Pemerintah
Telah diuraikan di atas, bahwa pemerintah mutlak diperlukan di dalam setiap bentuk atau sistem perekonomian yaitu tidak hanya untuk menyediakan
barang-barang publik, melainkan juga untuk mengalokasikan barang-barang produksi maupun barang-barang konsumsi, memperbaiki distribusi pendapatan,
memelihara stabilitas nasional termasuk stabilitas ekonomi serta mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Kalau kita amati perkembangan kegiatan pemerintah dari tahun ke tahun, maka kelihatan, bahwa peranan pemerintah selalu meningkat hampir di dalam
semua macam sistem perekonomian. Untuk kasus Indonesia, perkembangan realisasi pengeluaran pemerintah selama periode tahun 2001-2010, dapat dilihat
pada Tabel 6. Realisasi pengeluaran pemerintah selama periode 2001-2010 mengalami perkembangan sebesar 13.94 persen per tahun yaitu meningkat dari
Rp. 341 600 Milyar tahun 2001 menjadi Rp. 1 042 133 Milyar tahun 2010.
17 Sampai saat ini, alokasi pengeluaran pemerintah Indonesia, masih menunjukkan,
bahwa belanja untuk pemerintah pusat masih lebih besar dari pengeluaran untuk daerah. Sebagai negara yang mendeklarasikan diri sebagai negara otonomi dan
desentralisasi fiskal yang penuh sejak 2001, seharusnya proporsi pengeluaran untuk daerah harus lebih besar dari proporsi belanja untuk pemerintah pusat.
Dari Tabel 6 dapat diamati, bahwa pada tahun 2001, pengeluaran untuk pemerintah pusat sebesar Rp. 260 500 Milyar atau sebesar 76.26 persen dan
pengeluaran untuk daerah hanya sebesar Rp 81 100 Milyar atau sebesar 23.74 persen. Pada tahun 2010, kondisi ini tidak mengalami perobahan yaitu alokasi
pengeluaran untuk pemerintah pusat sebesar Rp. 697 406 Milyar atau sebesar 66.92 persen dan pengeluaran untuk daerah sebesar Rp 344 727 Milyar atau
sebesar 33.08 persen. Tabel 6. Perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Menurut Jenis
Pengeluaran Tahun 2001-2010 No. Jenis Pengeluaran
2001 Milyar Rp
2010 Milyar Rp
2001-2010 Persen
A. Pengeluran Untuk Daerah
Transfer ke Daerah 81 100
344 727 17.96
1. Dana Perimbangan 81 100
316 711 16.97
a. Dana Bagi Hasil 20 000
92 183 19.04
b. Dana Alokasi Umum 60 400
203 572 15.53
c. Dana Alokasi Khusus 700
20 956 68.84
2. Dana Otonomi Khusus dan
Penyeimbang 28 016
43.82 B.
Belanja Pemerintah Pusat 260 500
697 406 12.69
Total Belanja Negara 341 600
1 042 133 13.94
Sumber: BPS. 2003-2011. Statistik Indonesia 2002-2011 Sedikit menggembirakan, bahwa selama periode tahun 2001-2010
tersebut, proporsi pengeluaran untuk daerah mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 23.74 persen tahun 2001 menjadi 33.08 persen tahun 2010, sebaliknya
proporsi pengeluran untuk pemerintah pusat turun dari 76.26 persen tahun 2001 menjadi 66.92 persen tahun 2010. Begitu pula bila diamati dari perkembangan
selama periode tahun tersebut, perkembangan pengeluaran untuk daerah mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari pengeluaran untuk pemerintah
pusat. Pengeluaran untuk daerah mengalami perkembangan sebesar 17.96 persen
18 per tahun selama periode tahun tersebut yaitu dari Rp. 81 100 Milyar tahun 2001
meningkat menjadi Rp. 344 727 Milyar tahun 2010. Pengeluaran untuk belanja pemerintah pusat mengalami perkembangan sebesar 13.94 persen per tahun
selama periode 2001-2010, yaitu dari Rp. 260 500 Milyar meningkat menjadi Rp. 697 406 Milyar. Keadaan seperti, semestinya terus berlanjut, sehingga pada
suatu saat secara bertahap, proporsi belanja untuk daerah harus lebih besar dari belanja pemerintah pusat.
Peningkatan peranan pemerintah, juga dapat diamati dari semakin besarnya proporsi pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasionalnya
Suparmoko, 1996. Semakin besar dan semakin banyak kegiatan pemerintah, semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. Untuk
mengamati peningkatan peranan pemerintah Indonesia, maka pada Tabel 7, tersaji hasil perhitungan proporsi pengeluaran pemerintah terhadap Produk
Domestik Bruto PDB. Tabel 7. Proporsi Realisasi Belanja Pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2001-2010 Tahun
Belanja Milyar Rp PDB Milyar RP
Proporsi Persen 2001
341 600 1 442 985
0.24 2002
328 100 1 505 216
0.22 2003
378 800 1 577 171
0.24 2004
435 700 1 656 517
0.26 2005
509 419 1 750 815
0.29 2006
699 099 1 847 127
0.38 2007
757 886 1 964 327
0.39 2008
985 789 2 082 456
0.47 2009
937 397 2 177 742
0.43 2010
1 042 133 2 310 690
0.45 2001-2010
641 592 1 831 505
0.34 Sumber: BPS, 2005-2011. Statistik Indonesia 2004-2011.
Peranan pemerintah Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnnya, yang ditandai dengan semakin meningkatnya proporsi realisasi
belanja pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto. Selama periode tahun 2001-2010, hanya tahun 2002, proporsinya sempat turun, dari 0.24 tahun 2001
menjadi 0.22 tahun 2002. Dari tahun 2003-2010 proporsi realisasi belanja pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto selalu mengalami peningkatan
19 yaitu dari 0.24 tahun 2003 meningkat menjadi 0.45 tahun 2010. Selama periode
tahun 2001-2010, proporsi rata-rata adalah sebesar 0.34. Perlu disadari, bahwa proporsi pengeluaran pemerintah terhadap
pendapatan nasional bruto PDB adalah suatu ukuran yang sangat kasar terhadap kegiatanperanan pemerintah dalam suatu perekonomian Dalton, 1954
dalam Suparmoko, 1996. Pengeluaran pemerintah tersebut dapat bersifat exhaustive yaitu merupakan pembelian barang-barang dan jasa-jasa dalam
perekonomian yang dapat langsung dikonsumsi maupun dapat pula untuk menghasilkan barang lain lagi. Disamping itu, pengeluaran pemerintah dapat
pula bersifat “transfer” saja yaitu berupa pemindahan uang kepada individu- individu untuk kepentingan sosial, kepada perusahaan-perusahaan sebagai
subsidi atau mungkin pula kepada negara-negara sebagai hibah granst. Jadi exhaustive expenditure itu mengalihkan faktor-faktor produksi dari sektor
swasta ke sektor pemerintah. Sedangkan transfer payment hanya menggeser tenaga beli dari unit-unit ekonomi yang satu kepada unit-unit ekonomi yang lain
dan membiarkan yang terakhir ini menentukan penggunaan dari uang tersebut Suparmoko, 1996.
2.3. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi