Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Perekonomian

40 Penelitian untuk menguji pengaruh investasi swasta asing terhadap kemiskinan pernah dilakukan oleh Okpe and Abu 2009 di Nigeria. Penelitian ini menggunakan alat analisis ekonometrika dengan data sekunder selama periode tahun 1975-2003. Sebagai variabel endogen adalah tingkat pertumbuhan GDP menggunakan tingkat pertumbuhan GDP pada biaya faktor. Sebagai variabel eksogen digunakan: 1 investasi asing swasta, 2 utang luar negeri, 3 tingkat inflasi, dan 4 pajak keuntungan minyak. Penelitian ini, menyimpulkan : 1 investasi asing masuk dan bantuan asing dapat menurunkan kemiskinan di Nigeria, dan 2 kebijakan pemerintah dalam menurunkan kemiskinan tidak dapat menjangkau mayoritas penduduk Nigeria. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki akses terhadap fasilitas infrastruktur seperti pipa saluran air, rumah sakit, jalan yang baik, dan program pengentasan kemiskinan yang dilakukan.

2.7.3. Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Perekonomian

Lockwood 2002 melakukan studi mengenai distribusi politik dan biaya desentralisasi. Hasil studinya menunjukkan bahwa keberadaan ekternalitas yang relatif lemah dari penyediaan barang publik lokal pada suatu wilayah terhadap wilayah lainnya dan heterogenitas yang tinggi antar wilayah justru tidak meningkatkan keuntungan efisiensi dari kebijakan desentralisasi fiskal. Untuk tingkat nasional, Nanga 2006 yang meneliti tentang dampak transfer fiskal terhadap kemiskinan di Indonesia menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model sitem persamaan simultan yang terdiri atas 20 persamaan struktural dan 7 persamaan identitas. Model dipilah ke dalam beberapa blok yaitu fiskal, output, tenaga kerja, pengeluaran per kapita, distribusi, dan kemiskinan. Menggunakan data panel yang merupakan gabungan antara data runtut waktu time series tahun 1999-2002 dan data cross section 25 provinsi di Indonesia. Metode estimasi yang digunakan adalah two stage least squares 2SLS. Beberapa kesimpulan penelitian tersebut adalah: 1 transfer fiskal dalam berbagai bentuknya seperti bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, dan dana alokasi umum, memiliki dampak yang cenderung memperburuk kemiskinan di Indonesia. Hal ini terjadi karena kenaikan dari berbagai jenis transfer fiskal 41 tersebut memiliki dampak yang cenderung meningkatkan ketimpangan pendapatan, sementara kemiskinan memiliki hubungan yang positif dan elastis terhadap perubahan dalam ketimpangan pendapatan, 2 ada indikasi kuat bahwa transfer fiskal dalam berbagai bentuknya cenderung lebih menguntungkan sektor non pertanian daripada sektor pertanian. Hal ini tercermin dari dampaknya terhadap peningkatan PDRB dan penyerapan tenaga kerja yang cenderung lebih besar pada sektor non pertanian daripada sektor pertanian, 3 ada indikasi bahwa kemiskinan di daerah perdesaan semakin memburuk setelah kebijakan desentralisasi fiskal diterapkan; sementara di daerah perkotaan menunjukkan keadaan yang sebaliknya, 4. peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu cara yang efektif dalam upaya untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia, 5 peningkatan Produk Domestik Regional Bruto dapat menjadi salah satu cara efektif untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, yang pada gilirannya dapat mengurangi jumlah pengangguran di berbagai daerah di Indonesia, dan 6 keefektifan pertumbuhan ekonomi peningkatan pendapatan per kapita dalam mengurangi kemiskinan, ternyata sangat dipengaruhi oleh derajat ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Selanjutnya Yudhoyono 2004 yang menganalisis pembangunan pertanian dan perdesaan di Indonesia, dengan menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model sistem persamaan simultan, menyimpulkan bahwa: 1 peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Namun, pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja relatif terjadi lebih besar di sektor non-pertanian. Pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur juga dapat mengurangi kemiskinan, namun relatif masih kurang efektif jika dibandingkan dengan kemampuannya mengurangi pengangguran, 2 peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dan juga sektor non- pertanian. Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan juga berpengaruh positif mengurangi kemiskinan, meskipun kurang efektif jika 42 dibandingkan dengan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dan untuk sektor pertanian. Untuk kasus daerah, Pakasi 2005 pernah melakukan penelitian dengan judul: dampak desentralisasi fiskal terhadap perekonomian kabupaten dan kota di di provinsi Sulawesi Utara. Menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model sitem persamaan simultan yang terdiri atas 23 persamaan struktural dan 15 persamaan identitas. Model dipilah ke dalam empat blok yaitu blok fiskal daerah, permintaan agregat, produksi dan tenaga kerja daerah, dan kinerja perekonomian daerah. Menggunakan pool data yakni gabungan data time series dan cross section dan metode estimasi yang digunakan adalah two stage least squares 2SLS. Beberapa kesimpulan penelitian tersebut, antara lain: 1 fiscal available dan fiscal needs meningkat setelah desentralisasi fiskal, 2 kebijakan desentralisasi fiskal memberi kontribusi yang relatif kecil terhadap perekonomian daerah, khususnya terhadap pertumbuhan ekonomi, 3 fiscal needs merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja fiskal daerah, 4 pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, dan 5 realokasi anggaran pengeluaran rutin terhadap anggaran pengeluaran pembangunan sektoral berdampak positif terhadap kinerja perekonomian daerah. Selanjutnya Panjaitan 2006 melakukan penelitian di Sumatera Utara dengan topik yang sama dengan Pakasi 2005 di atas, juga menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model sitem persamaan simultan yang terdiri atas 11 persamaan struktural dan 5 persamaan identitas. Model mencakup tiga blok yaitu blok fiskal, blok investasi dan infrastruktur, dan blok kinerja perekonomian. Menggunakan pooling data time series dan cross section pada 17 kabupatenkota selama periode 1990-2003 dan metode estimasi yang digunakan adalah two stage least squares 2SLS. Beberapa kesimpulan penting dari penelitian ini adalah: 1 kebijakan desentralisasi fiskal berhasil meningkatkan kemampuan fiskal di daerah kabupaten maupun kota, 2 kemampuan daerah kabupatenkota dalam menghimpun dana dari daerahnya sendiri lebih ditentukan oleh tingkat perekonomian serta besarnya fiskal gap, 3 dampak pengeluaran 43 pemerintah rutin maupun pembangunan lebih bersifat inflatory di kota dibandingkan dengan di kabupaten, dan 4 kinerja perekonomian ditentukan oleh kondisi infrastruktur dan investasi serta tingkat kepastian berusaha. Untuk kasus daerah provinsi juga dilakukan oleh Sulistyowati 2011, yang mengkaji tentang dampak investasi sumberdaya manusia terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan data pooled data, merupakan gabungan antara data deret waktu time series tahun 2004-2007 dan cross section 35 kabupatenkota. Penelitian ini menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model sitem persamaan simultan yang terdiri atas 24 persamaan struktural dan 9 persamaan identitas. Model terbagi ke dalam enam blok yaitu blok human capital, input, output, penerimaan pemerintah, pengeluaran pemeritah, dan kesejahteraan masyarakat. Metode estimasi yang digunakan adalah two stage least squares 2SLS. Kesimpula penelitian adalah: 1 dalam jangka pendek peningkatan pendidikan efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian dibanding dengan sektor industri dan jasa. Sedangkan dalam jangka panjang pendidikan efektif meningkatkan produktivitas tenaga kerja di semua sektor, 2 pendidikan berpengaruh langsung dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian, sedangkan pengaruhnya terhadap tenaga kerja non pertanian industri dan jasa membutuhkan waktu time lag, 3 pendidikan mempengaruhi output melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja di masing-masing sektor, 4 distribusi pendapatan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh PDRB per kapita, 5 peningkatan jumlah penduduk Jawa Tengah berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan jumlah penduduk miskin, 6 Share tenaga kerja pertanian berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah, 7 kebijakan peningkatan pengeluaran kesehatan ternyata lebih efektif dalam meningkatan kinerja perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dibanding kebijakan peningkatan pengeluaran pendidikan, 8 peningkatan pengeluaran kesehatan dengan jumlah nominal yang sama dengan pengeluaran infrastruktur memberi dampak yang lebih besar dalam meningkatkan human capital, produktivitas tenaga kerja semua sektor, penyerapan tenaga kerja jasa, output sektor jasa, disposable income, konsumsi rumahtangga, pengeluaran per 44 kapita serta pengurangan kemiskinan. Sedangkan kebijakan peningkatan pengeluaran infrastruktur memberi dampak yang lebih besar dalam meningkatkan physical capital, penyerapan tenaga kerja pertanian, penyerapan tenaga kerja industri, output pertanian, output industri, PDRB per kapita, penerimaan pemerintah, pengeluaran pemerintah, investasi, serta pengurangan pengangguran dan ketimpangan pendapatan, 9 sebuah kebijakan akan efektif jika diikuti oleh penyediaan infrastruktur yang memadai, 10 kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah masih banyak dinikmati oleh sektor non pertanian dibanding sektor pertanian, 11 kebijakan dalam rangka meningkatkan investasi SDM, dapat membantu masyarakat miskin keluar dari jebakan lingkaran setan kemiskinan.

III. KERANGKA TEORI

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batu Bara

1 42 75

Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto , Investasi, Inflasi Dan Pengangguran Terhadap Pendapatan Daerah Di Provinsi Sumatera Utara

1 46 146

Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Dairi

1 27 80

Elastisitas Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung Tahun 1990-2008

0 5 11

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

1 10 104

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

0 14 80

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1992-2012.

0 5 15

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-2011.

0 1 12

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-201

0 1 15

Pengaruh Investasi, Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan pada Wilayah Sarbagita di Provinsi Bali.

0 0 22