129
6.4.2. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
Sektor industri merupakan aktivitas yang diharapakan berperan sebagai penampung peralihan tenaga kerja dalam proses transformasi struktur ekonomi
dari pertanian ke industri pengolahan. Ada dua peubah penjelas yang berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri TKIND yaitu:
1 tingkat upah nominal sektor industri WAGEINDN yang berpengaruh negatif dan nyata dan 2 PDRB perkapita sektor industri periode sebelumnya
LPDRBINDk yang berpengaruh positif dan nyata. Sektor ini memerlukan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus,
sehingga tingkat upah berperan penting bagi pengguna dalam merekrut tenaga kerja. Tingkat upah nominal sektor industri berpengaruh negatif dan nyata
terhadap serapan tenaga kerja sektor ini selaras dengan teori ekonomi. Hasil estimasi menunjukkan setiap peningkatan upah akan direspon oleh pengguna
dengan menurunkan permintaan tenaga kerja, tetapi koefisien elastisitasnya relatif sangat rendah atau relatif inelastis. Hal ini erat hubungannya dengan ketersediaan
tenaga kerja yang masih cukup tinggi bagi industri. Pengaruh negatif upah terhadap permintaan tenaga kerja selaras dengan hasil studi Pakasi 2005 dan
Nanga 2006. Studi Pakasi menggunakan upah minimum regional provinsi sebagai peubah penjelas penyerapan tenaga kerja di sektor industri, sementara
Nanga menggunakan peubah upah rata-rata pekerja sebagai penjelas permintaan tenaga kerja pada sektor non pertanian.
Tabel 37. Hasil Estimasi Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Peubah
Par. Dugaan Pr |t|
Elastisitas Jk. Pendek
Jk. Panjang Intercept
3670.97 0.35455
WAGEINDN -0.03052
0.0073 -0.3353
-0.3544 LINVD
0.000998 0.2911
0.0847 0.0895
LPDRBINDk 115001.8
0.00645 1.2214
1.2908 LGEHEA
0.053797 0.47015
- -
Fhit = 11.00 ProbF = 0.0001 Dw = 2.403877 Adj R
2
= 0.62501 Berbeda dengan pengaruh peubah tingkat upah, peubah penjelas PDRB
perkapita sektor industri periode sebelumnya berpengaruh positif dan nyata serta sangat responsif terhadap permintaan tenaga kerja sektor industri dengan koefisien
elastisitas yang lebih besar dari satu. Temuan ini mengindikasikan bahwa
130 pertumbuhan output sektor industri memiliki kelambanan lag satu periode
terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja. Pentingnya peran pertumbuhan output terhadap penyerapan tenaga kerja berkebalikan dengan teori ekonomi yang
menyatakan sebaliknya dimana peningkatan penggunaan input tenaga kerja akan meningkatkan output. Hasil studi ini searah dengan penelitian Nanga 2006 untuk
kasus Indonesia yang menggunakan peubah penjelas PDRB sektor non pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja sektor non pertanian dan penelitian Sulistyowati
2011 di Jawa Tengah yang menggunakan peubah penjelas PDRB sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri.
Peubah realisasi investasi dalam negeri periode sebelumnya LIND dan dummy desentralisasi fiskal menunjukkan pengaruh yang positif, sesuai dengan
teori ekonomi dan hipotesis yang diajukan, namun pengaruhnya tidak nyata. Belum nyata pengaruh realisasi investasi dalam negeri periode sebelumnya
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor ini menunjukkan bahwa, investasi dalam negeri periode sebelumnya belum menyentuh sektor-sektor yang banyak
menyerap tenaga kerja. Padahal daerah yang baru berkembang seperti Provinsi Jambi sangat membutuhkan peningkatan serapan tenaga kerja sektor industri
dalam proses industrialisasi. Melemahnya daya serap tenaga kerja di sektor industri terkait langsung dengan penurunan aktivitas pabrik plywood, sebagai
akibat menipisnya suplai bahan baku beriringan dengan penertiban illegal logging, yang berdampak terhadap meningkatnya pemutusan hubungan kerja
PHK. Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit belum sepenuhnya mampu menggantikan peran industri kayu lapis.
6.4.3. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Jasa