147 pertanian, yang selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan, yang pada gilirannya
akan menekan angka kemiskinan.
7.2.2. Peningkatan Pengeluaran Dana Pembangunan Untuk Pendidikan
dan Penurunan Belanja Tidak Langsung
Melalui simulasi kebijakan skenario kedua ini dengan cara meningkatkan pengeluaran dana pembangunan untuk pendidikan sebesar 25 persen, yang
dananya dialokasikan dari belanja tidak langsung, dengan cara menurunkan belanja tidak langsung ini sebesar 3.15 persen. Dengan simulasi ini, maka telah
meningkatkan pajak daerah dan retribusi daerah masing-masing sebesar 4.3741 persen dan 0.4927 persen, sehingga Pendapatan Asli Daerah dapat meningkat
sebesar 3.6986 persen, yang pada gilirannya dapat meningkatkan total penerimaan pemerintah daerah TGR sebesar 1.5685 persen.
Peningkatan pendapatan tersebut, selanjutnya mempengaruhi blok pengeluaran, yang ditandai dengan meningkatnya pengeluaran pada sektor
pertanian sebesar 3.2902 persen, sekaligus merupakan persentase kenaikan yang terbesar dari sektor lainnya. Skenario ini juga dapat meningkatkan belanja
langsung infrastruktur GEINF dan belanja langsung lainnya GEANO masing- masing sebesar 2.3492 persen dan 2.0561 persen. Sama halnya dengan skenario
yang pertama, skenario ini juga mengakibatkan menurunnya belanja langsung sektor kesehatan GEHEA dengan persentase yang lebih kecil yaitu 0.9807
persen. Meskipun demikian total belanja langsung TDGE masih menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 3.1571, lebih besar dari skenario yang pertama. Hal ini
selanjutnya mengakibatkan meningkatnya total belanja langsung TGE sebesar 0.5435, yang juga lebih tinggi dari skenario yang pertama.
Peningkatan pengeluaran tersebut, selanjutnya mempengaruhi blok investasi swasta. Peningkatan investasi swasta, baik investasi asing INVA
maupun investasi domestik INVD yang diakibatkan oleh skenario yang kedua ini lebih kecil dibandingkan dengan skenario yang pertama. Dari Lampiran 9b
dapat diamati, bahwa investasi asing meningkat lebih rendah dibandingkan dengan investasi domestik yaitu masing-masing sebesar 0.3732 persen dan 0.8721
persen. Investasi total TINV mengalami peningkatan sebesar 0.7844 persen.
148 Dalam hal peningkatan penyerapan tenaga kerja, juga lebih rendah dari
skenario yang pertama. Pada skenario yang kedua itu sendiri, penyerapan tenaga kerja yang tertinggi dialami oleh sektor industri yaitu sebesar 0.5002 persen,
diikuti oleh sektor jasa pada urutan kedua yaitu sebesar 0.4357 persen, lalu sektor pertanian sebesar 0.0659 persen. Pada skenario kedua ini sempat membuat
penyerapan tenaga kerja sektor lainnya TKANO mengalami penurunan sebesar 0.0631 persen, namun penyerapan tenaga kerja secara total TTK masih
menunjukkan peningkatan penyerapannya yaitu sebesar 0.2074 persen. Meningkatanya investasi dan penyerapan tenaga kerja, maka dapat
meningkatkan PDRB perkapita dan selanjutnya akan mempengaruhi jumlah penduduk miskin. Pada skenario ini PDRB perkapita PDRBk yang dihasilkan
masih lebih rendah dari skenario pertama yaitu pada skenario pertama sebesar 0.6579 persen dan skenario kedua, hanya sebesar 0.5166 persen. Peningkatan
PDRB perkapita yang tertinggi dialami oleh PDRB perkapita sektor jasa PDRBSERk yaitu sebesar 0.6900, diikuti oleh PDRB perkapita sektor industri
PDRBINDk sebesar 0.4665 persen, PDRB perkapita sektor pertanian PDRBAGRk di urutan ketiga dan PDRB perkapita sektor lainnya PDRBANOk
yang terakhir yaitu masing-masing 0.4382 persen dan 0.3098 persen. Hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh positif peningkatan
pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi, juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Fan and Rao 2003, bahwa di Asia,
pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tabel 47. Hasil Simulasi Skenario Kebijakan Kedua Nama Peubah Endogen
Satuan Nilai
dasar Nilai
Simulasi Perubahan
persen PDRB Perkapita Sektor Pertanian
Persen 1.8485
1.8566 0.4382
PDRB Perkapita Sektor Industri Persen
0.7717 0.7753
0.4665 PDRB Perkapita Sektor Jasa
Persen 2.2899
2.3057 0.6900
PDRB Perkapita Sektor Lainnya Persen
1.0328 1.0360
0.3098 PDRB Perkapita
Persen 5.9429
5.9736 0.5166
Kemiskin Perkotaan Persen
0.0421 0.0418
-0.7126 Kemiskin Perdesaan
Persen 0.0452
0.0447 -1.1062
Kemiskin Perkotaan dan Perdesaan Persen
0.0873 0.0866
-0.8018
149 Meningkatnya PDRB perkapita, maka selanjutnya akan berpengaruh
terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Dalam hal menurunkan jumlah penduduk miskin skenario ini juga masih berada di bawah skenario pertama.
Penurunan rasio jumlah penduduk miskin perkotaan dan perdesaan HTPOV yang dicapai oleh skenario ini adalah sebesar 0.8018 persen, dengan penurunan
rasio jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi dari di perkotaan yaitu masing-masing sebesar 1.1062 persen dan 0.7126 persen.
7.2.3. Peningkatan Pengeluaran Dana Pembangunan Untuk Kesehatan