161 Pemerintah daerah hanya berada pada tataran untuk memberikan dorongan dengan
mengambil peran menciptakan iklim investasi kondusif dan sehat. Untuk terjadinya peningkatan investasi yang mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan menekan laju kemiskinan, maka pemerintah daerah provinsi Jambi harus terus menerus mendorong investasi asing ini pada sektor-sektor yang
banyak menyerap tenaga kerja dan sesuai dengan potensi lokal daerah, seperti pada sektor pertanian, baik pada tataran produksi maupun pada tahap pengolahan
hasil. Hasil penelitian yang juga menunjukkan pengaruh positif investasi asing
terhadap pertumbuhan ekonomi, ditunjukkan juga oleh peneliti lain, seperti: 1 Osinubi and Amaghionyeodiwe 2010, menyatakan bahwa investasi swasta
asing signifikan dalam menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi Nigeria, 2 Anwar and Nguyen 2010, yang menyimpulkan bahwa, ada kaitan investasi
langsung asing dengan pertumbuhan ekonomi, dan pengaruh langsung investasi langsung asing terhadap pertumbuhan ekonomi adalah positif.
Pengaruh investasi asing terhadap penurunan tingkat kemiskinan, dapat pula ditunjukkan oleh hasil penelitian Okpe and Abu 2009, bahwa investasi
asing masuk dan bantuan asing dapat menurunkan kemiskinan di Nigeria.
7.3.2. Peningkatan Investasi Swasta Domestik
Simulasi yang terakhir ketujuh yaitu dengan cara meningkatkan investasi domestik PMDN sebesar 7 persen, juga mampu mempengaruhi peningkatan
blok penerimaan pemerintah daerah. Walaupun tidak setinggi peningkatan penerimaan daerah pada skenario keenam, skenario ini mampu meningkatkan
peneriman total TGR sebesar 0.9285 persen. Pada blok penerimaan pemerintah daerah itu sendiri, Retribusi Derah RD merupakan yang mengalami peningkatan
tertinggi yaitu sebesar 3.3056 persen. Pajak Daerah PD, hanya mengalami peningkatan sebesar 2.3385 persen. Hal ini menarik untuk diamati, karena pada
enam skenario sebelumnya peningkatan Pajak Daerah PD selalu melebihi peningkatan Retribusi Daerah. Hal ini disebabkan oleh pengaruh langsung dari
investasi domestik INVD pada persamaan Retribusi Daerah, sebagaimana yang telah diuraikian pada bab sebelumnya. Meningkatnya Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah tersebut, maka tentu akan meningkatkan total Pendapatan Asli Daerah
162 TPAD. Dari Lampiran 9a dapat dilihat, bahwa total Pendapatan Asli Daerah
mengalami peningkatan sebesar 2.1642 persen. Peningkatan TPAD, selanjutnya akan meningkatkan total penerimaan pemerintah daerah TGR sebesar 0.9285
persen. Selanjutnya peningkatan investasi domestik, setelah mempengaruhi
peningkatan penerimaan, selanjutnya mempengaruhi blok pengeluaran.
Pengeluaran belanja tidak langsung mengalami peningkatan sebesar 0.0216 persen, lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan skenario keenam sebelumnya.
Peningkatan pengeluaran yang tertinggi pada blok pengeluaran adalah pengeluaran untuk pertanian GEAGR yaitu sebesar 1.6192 persen, diikuti oleh
pengeluaran untuk infrastruktur GEINF sebesar 1.1834 persen, berikut adalah pengeluaran untuk yang lainnya GEANO sebesar 1.0863 persen, dan terakhir
pengeluaran untuk pendidikan GEEDU sebesar 0.1241 persen. Total pengeluaran belanja langsung TDGE dan total belanja pemerintah daerah TGE
mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0.8892 persen dan 0.5345 persen. Mirip dengan perilaku skenario keenam, skenario ini juga mampu
mendorong meningkatnya investasi asing. Kedua jenis investasi ini saling melengkapi komplementer. Dari Lampiran 9b dapat diamati, bahwa investasi
domestik mampu meningkatkan investasi asing sebesar 9.3331 persen. Bila dibandingkan antara skenario ketujuh dan keenam, maka kemampuan investasi
swasta asing untuk mendorong investasi swasta domestik adalah lebih besar, dibandingkan kemampuan investasi swasta domestik untuk mendorong investasi
swasta asing. Peningkatan investasi ini pada gilirannya akan meningkatkan penyerapan
tenaga kerja, sehingga dapat diamati, bahwa semua sektor tenaga kerja mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi pada penyerapan tenaga kerja pada
sektor industri TKIND yaitu sebesar 12.0163 persen. Hal ini disebakan oleh pengaruh langsung investasi swasta domestik INVD periode sebelumnya pada
persamaan penyerapan tenaga kerja sektor industri dan pengaruh tidak langsung dari PDRB perkapita sektor industri PDRBINDk yang sebelumnya pada
persamaan PDRB perkapita sektor industri dipengaruhi secara langsung oleh investasi swasta asing dan domestik TINV. Alasan lainnya, tingginya
163 penyerapan tenaga kerja pada sektor industri ini diduga, karena alokasi investasi
domestik didominasi pada perusahaan industri. Peringkat kedua ditempati oleh penyerapan tenaga kerja pada sektor lainnya sebesar 11.3767 persen. Lalu,
penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian dan penyerapan tenaga kerja sektor jasa masing-masing sebesar 2.0519 dan 1.6467 persen. Penyerapan tenaga kerja
secara total masih lebih rendah dari penyerapan tenaga kerja pada skenario keenam yaitu hanya sebesar 2.5618, sedangkan pada skenario keenam sebesar
14.9856 persen. Hal ini sesuai dengan fakta, seperti telah dipaparkan pada bab pendahuluan, bahwa selama sepuluh tahun terakhir penyerapan tenaga kerja pada
investasi swasta domestik cenderung mengalami penurunan pada satu sisi dan pada sisi lain investasi swasta asing mengalami pertumbuhan penyerapan tenaga
kerja yang positif yaitu sebesar 4.6 persen per tahun. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja, selanjutnya mempengaruhi blok
PDRB, yang ditandai dengan meningkatnya secara positif semua sektor ekonomi yang ada. Peningkatan PDRB perkapita tertinggi dialami oleh sektor yang lainnya
yaitu sebesar 13.2753 persen. Hal ini sesuai dengan fakta, bahwa sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum, dan sektor bangunan
yang masuk pada PDRB sektor lainnya pada akhir-akhir ini menempati pertumbuhan yang cukup tinggi, bahkan dua sektor yang disebutkan pertama pada
tahun 2010 mengalami pertumbuhan tertinggi urutan pertama dan kedua. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 14.46 persen dan
sektor listrik dan air minum tumbuh sebesar 13.12 persen. Tabel 52. Hasil Simulasi Skenario Kebijakan Ketujuh
Nama Peubah Endogen Satuan
Nilai dasar
Nilai Simulasi
Perubahan persen
PDRB Perkapita Sektor Pertanian Persen
1.8485 1.9205
3.8952 PDRB Perkapita Sektor Industri
Persen 0.7717
0.8365 8.4027
PDRB Perkapita Sektor Jasa Persen
2.2899 2.3340
1.9240 PDRB Perkapita Sektor Lainnya
Persen 1.0328
1.1699 13.2753
PDRB Perkapita Persen
5.9429 6.2524
5.2082 Kemiskin Perkotaan
Persen 0.0421
0.0381 -9.4092
Kemiskin Perdesaan Persen
0.0452 0.0405 -10.3520
Kemiskin Perkotaan dan Perdesaan Persen
0.0873 0.0787
-9.8936
164 Peningkatan PDRB perkapita yang kedua ditempati oleh sektor industri
yaitu sebesar 8.4027 persen, diikuti oleh sektor pertanian sebesar 3.8952 persen, dan terakhir sektor jasa sebesar 1.9240 persen. PDRB perkapita total mengalami
peningkatan sebesar 5.2082 persen, yang masih lebih rendah dibandingkan dengan skenario yang keenam. Sungguhpun demikian, peningkatan PDRB perkapita ini
merupakan yang tertinggi dari enam skenario lainnya. Dampak positif yang ditimbulkan oleh peningkatan investasi domestik
sejalan dengan penelitian Osinubi and Amaghionyeodiwe 2010, yang menyatakan bahwa, pertumbuhan investasi domestik signifikan dalam
menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi Nigeria. Begitu juga dengan penelitian Louzi and Abadi 2011 di Jordania, investasi domestik berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan GDP. Peningkatan PDRB perkapita tersebut, pada tahap selanjutnya
mempengaruhi penurunan kemiskinan di provinsi Jambi, dengan penurunan kemiskinan perdesaan lebih tinggi daripada kemiskinan perkotaan. Kemiskinan
perdesaan mengalami penurunan sebesar 10.3520 persen dan kemiskinan perkotaan sebesar 9.4092 persen. Penurunan kemiskinan perdesaan merupakan
yang tertinggi kedua dari seluruh skenario yang dilakukan, yaitu di bawah skenario yang ketujuh. Penurunan kemiskinan perdesaan dan perkotaan
merupakan yang tertingi kedua dari seluruh skenario yang dilakukan, setelah skenario yang keenam. Dari tabel dapat dilihat, bahwa kemiskinan di perdesaan
mengalami penurunan sebesar 10.3520 persen dan kemiskinan perkotaan mengalami penurunan sebesar 9.4092 persen. Begitu juga dengan penurunan
kemiskinan total merupakan yang tertinggi kedua, setelah skenario keenam yaitu sebesar 9.8936 persen.
7.4. Perbandingan Antara Skenario Kebijakan Pertama Sampai Kelima