130 pertumbuhan output sektor industri memiliki kelambanan lag satu periode
terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja. Pentingnya peran pertumbuhan output terhadap penyerapan tenaga kerja berkebalikan dengan teori ekonomi yang
menyatakan sebaliknya dimana peningkatan penggunaan input tenaga kerja akan meningkatkan output. Hasil studi ini searah dengan penelitian Nanga 2006 untuk
kasus Indonesia yang menggunakan peubah penjelas PDRB sektor non pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja sektor non pertanian dan penelitian Sulistyowati
2011 di Jawa Tengah yang menggunakan peubah penjelas PDRB sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri.
Peubah realisasi investasi dalam negeri periode sebelumnya LIND dan dummy desentralisasi fiskal menunjukkan pengaruh yang positif, sesuai dengan
teori ekonomi dan hipotesis yang diajukan, namun pengaruhnya tidak nyata. Belum nyata pengaruh realisasi investasi dalam negeri periode sebelumnya
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor ini menunjukkan bahwa, investasi dalam negeri periode sebelumnya belum menyentuh sektor-sektor yang banyak
menyerap tenaga kerja. Padahal daerah yang baru berkembang seperti Provinsi Jambi sangat membutuhkan peningkatan serapan tenaga kerja sektor industri
dalam proses industrialisasi. Melemahnya daya serap tenaga kerja di sektor industri terkait langsung dengan penurunan aktivitas pabrik plywood, sebagai
akibat menipisnya suplai bahan baku beriringan dengan penertiban illegal logging, yang berdampak terhadap meningkatnya pemutusan hubungan kerja
PHK. Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit belum sepenuhnya mampu menggantikan peran industri kayu lapis.
6.4.3. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Jasa
Penyerapan tenaga kerja di sektor jasa dipengaruhi secara positif dan nyata oleh PDRB perkapita sektor jasa PDRBSERk dan penyerapan tenaga kerja
sektor jasa periode sebelumnya LTKSERV. Pengaruh positif dan nyata yang dihasilkan oleh peubah penjelas PDRB perkapita sektor jasa, tidak berbeda
dengan penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Temuan ini sekali lagi menunjukkan bahwa peningkatan output merupakan faktor penentu yang penting
dalam upaya meningkatkan kesempatan kerja pada sektor jasa di Provinsi Jambi seperti halnya sektor industri. Upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan
131 output akan tederivasi ke peningkatan permintaan input termasuk tenaga kerja.
Hasil studi ini juga searah dengan penelitian Sulistyowati 2011 di Jawa Tengah yang menggunakan peubah penjelas PDRB sektor jasa terhadap penyerapan
tenaga kerja sektor jasa. Pengaruh positif dan nyata peubah serapan tenaga kerja sektor jasa periode
sebelumnya, menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja sektor jasa membutuhkan proses penyesuaian satu periode bagi pengguna dalam
meningkatkan permintaan tenaga kerja sebagai akibat peningkatan output. Proses penyesuaian ini juga terjadi pada permintaan tenaga kerja di sektor industri dan
pertanian. Tabel 38. Hasil Estimasi Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Jasa
Peubah Par. Dugaan
Pr |t| Elastisitas
Jk. Pendek Jk. Panjang
Intercept -113773
0.1153 WAGESERN
-0.04697 0.23475
-0.0713 -0.1236
PDRBSERk 138310
0.06415 0.7241
1.2549 AK
0.089053 0.2369
0.3379 0.5855
GEHEA 0.9834
0.3102 0.0221
0.0383 LTKSERV
0.422976 0.0488
- -
Fhit = 51.23 ProbF = 0.0001 Dw = 2.051765 Adj R
2
= 0.91277
Tingkat upah nominal berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor jasa sesuai dengan teori ekonomi dan hipotesis yang diajukan, tetapi
tidak nyata secara statistik. Jumlah angkatan kerja berpengaruh positif juga tidak nyata secara statistik. Tidak nyatanya pengaruh upah nominal dan jumlah
angkatan kerja terhadap serapan tenaga kerja di sektor jasa mencerminkan kekakuan pasar kerja sebagai akibat melimpahnya suplai tenaga kerja dan
terbatasnya permintaan tenaga kerja. Temuan lain yang cukup menarik adalah lemahnya keterkaitan antara
belanja kesehatan yang dialokasiakan pemerintah daerah dengan serapan tenaga kerja sektor industri dan jasa. Peningkatan pelayanan kesehatan akan
meningkatkan kemampuan fisik pekerja sehingga produktivitasnya menjadi lebih tinggi. Produktivitas pekerja yang lebih tinggi harus dikompensir dengan upah
yang lebih tinggi. Ketidakberimbangan antara permintaan tenaga kerja dengan suplai tenaga kerja akhirnya mengaburkan dampak peningkatan produktivitas
132 terhadap permintaan tenaga kerja, sehingga pengaruh belanja kesehatan yang
mekanisme transmisinya cukup panjang terhadap peningkatan kualitas pekerja dan produktivitas serta serapan tenag kerja juga menjadi tidak nyata. Dengan kata
lain tidak terdapat pengaruh langsung belanja kesehatan yang dialokasikan pemerintah terhadap permintaan tenaga kerja termasuk pada sektor industri dan
jasa-jasa.
6.4.4. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Lainnya