Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow

51 pemerintah lewat kebijakan fiskal dan moneter untuk menanggulangi gangguan penyimpangan dan ketidakstabilan Boediono, 1992 dan Djojohadikusumo, 1994. Uraian di atas memperlihatkan bahwa teori makro dan model pertumbuhan Keynesian sangat menonjolkan pentingnya kebijakan ekonomi makro untuk menciptakan stabilitas pertumbuhan. Stabilitas ekonomi menurut paham Keynesian sangat ditentukan oleh stabilitas pengeluaran agregat beserta komponen-komponenya. Pengeluaran pemerintah merupakan bagian yang mendapat perhatian utama dalam model Keynesian. Oleh sebab itu kebijakan fiskal mendapat forsi yang lebih besar untuk menstabilkan variabel-variabel ekonomi makro. Pengeluaran pemerintah lebih banyak dilihat dari sisi permintaan, tetapi tidak dilihat dari sisi suplai. Padahal peningkatan pengeluaran pemerintah, terutama untuk penyediaan infrastruktur akan berdampak langsung terhadap peningkatan kapasitas produksi yang akan menjamin keberlanjutan proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

3.1.2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow

Teori pertumbuhan Solow merupakan salah satu bentuk teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik yang sangat populer. Teori ini merupakan pengembangan teori klasik yang menekankan proses pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran. Dilihat dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi merupakan proses peningkatan output atau produksi barang-barang dan jasa-jasa per kapita yang berlangsung dalam jangka panjang Boediono, 1992 dan Gillis at al., 1992. Peningkatan output per kapita terjadi sebagai hasil dari interaksi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Faktor-faktor produksi tersebut terdiri dari tanah dan sumberdaya alam natural resources, tenaga kerja labor, modal capital, dan kemajuan tekhnologi technological progress. Dari keempat faktor produksi ini sebagian besar teori pertumbuhan ekonomi, baik tingkat perekonomian nasional maupun wilayah memfokuskan perhatiannya pada peran kapital, tenaga kerja dan kemajuan teknologi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Secara umum pemikiran Neo Klasik didasarkan atas asumsi fungsi produksi kontinyu yang bersifat constant returns to sacale, pasar bebas yang bersaing sempurna, faktor-faktor produksi yang mobil, adanya kemungkinan substitusi diantara faktor-faktor produksi, dan adanya fleksibilitas proses penyesuaian 52 terhadap perubahan harga-harga faktor produksi, serta anggapan tabungan yang identik dengan investasi Djojohadikusumo, 1994. Keberadaan asumsi-asumsi ini memiliki implikasi bahwa aktivitas perekonomian secara otomatis akan mencapai stabilitas pertumbuhan pada pola ekuilibriumnya dalam jangka panjang. Berbeda dengan kaum Klasik, Solow jauh lebih optimis memandang proses pertumbuhan ekonomi dengan menempatkan pentingnya peran kemajuan teknologi dalam proses produksi. Model Solow memfokuskan perhatian kepada empat variabel yaitu output Y, kapital K, tenaga kerja L dan pengetahuan atau efektivitas dari tenaga kerja A. Pada suatu saat, perekonomian memiliki sejumlah kapital, tenaga kerja dan pengetahuan dan dikombinasikan untuk menghasilkan output. Dengan demikian, maka dapat digambarkan fungsi produksi dimaksud, sebagai berikut : .......................................................................3.2 dimana t = waktu. Waktu tidak masuk kedalam fungsi produksi secara langsung, tetapi hanya melalui K, L dan A, yaitu output akan berubah terhadap waktu hanya jika input-input produksinya berubah. Bila input-input tidak berubah, output berubah dengan berubahnya pengetahuan. A t dan L t Teknologi A berfungsi meningkatkan produktivitas input-input. Kemajuan teknologi dapat membawa kemajuan pada ekonomi wilayah, artinya dengan jumlah input yang sama dapat memproduksi output lebih banyak. Output yang diperoleh dari akumulasi capital dan labor tertentu akan meningkat terhadap waktu dengan adanya kemajuan teknologi, hanya jika jumlah pengetahuannya bertambah atau meningkat. berhubungan secara multiplikatif. AL merupakan tenaga kerja efektif effective labor, dan kemajuan teknologi yang terkandung dalam tenaga kerja disebut labor augmenting atau Harrod-neutral Romer, 2006. Salah satu asumsi penting dalam model ini yang terkait dengan fungsi produksi adalah constan return to scale yang dijelaskan dengan dua input, yaitu capital dan effective labor. Dengan menggandakan jumlah capital K dan effective labor L dengan A tetap, maka akan menggandakan jumlah produksinya. Lebih umum, dengan mengalikan kedua variabel penjelas dengan 53 konstanta c non negatif akan menyebabkan output berubah dengan tingkat yang sama, yaitu: ..........................................................................3.3 untuk semua c ≥ 0. Asumsi constan return to scale dapat dipandang sebagai kombinasi dari dua asumsi secara terpisah, yaitu: 1 ekonomi cukup besar dimana perolehan dari spesialisasinya telah dihabiskan. Dalam ekonomi yang sangat kecil, terdapat kemungkinan untuk melakukan spesialisasi lebih lanjut yang akan menggandakan jumlah modal dan tenaga kerja lebih dari penggandaan outputnya. Dalam model Solow mengasumsikan bahwa perekonomian cukup besar, jika capital dan labor digandakan, maka outputnya juga akan digandakan, 2 input- input selain kapital, tenaga kerja dan pengetahuan sebagai representasi kemajuan teknologi diasumsikan tidak penting. Lahan dan sumberdaya alam SDA dianggap relatif kurang penting. Dari anggapan-anggapan tersebut, model Solow diformulasikan sebagai suatu hubungan fungsional dimana output per tenaga kerja efektif diperlakukan sebagai fungsi dari kapital per tenaga kerja efektif, atau: k f y = ...................................................................................................3.4 dimana: y = output per tenaga kerja efektif YAL, k= kapital per tenaga kerja efektif KAL, Y=output, K= kapital, L= tenaga kerja, A=efektivitas tenaga kerja atau pengetahuan dan AL=tenaga kerja efektif labor augmented Romer, 2006. Menurut model Solow-Swan, kapital memiliki produk marginal marginal product of capital yang positif, tetapi menurun sebagai akibat meningkatnya jumlah kapital. Dengan kata lain, kapital memiliki produktivitas yang tinggi apabila stoknya kecil dan menjadi sangat kecil apabila stoknya besar. Ini dapat ditafsirkan bahwa negara-negara kaya yang memiliki relatif lebih banyak kapital, produk marginal kapitalnya lebih rendah dibanding negara-negara terbelakang yang menghadapi kelangkaan kapital. Implikasinya, faktor produksi kapital akan mengalir dari negara-negara kaya yang produktivitas kapitalnya lebih rendah ke negara-negara terbelakang yang produktivitas kapitalnya relatif lebih tinggi. Output nasional menurut Solow hanya digunakan untuk dua tujuan yaitu konsumsi dan investasi. Bagian output yang digunakan untuk tujuan investasi 54 bersumber dari tabungan. Sebagai proses akumulasi modal, satu unit investasi menghasilkan satu unit tambahan kapital baru, sedangkan kapital yang lama mengalami penyusutan. Tingkat perubahan stok kapital per unit tenaga kerja efektif merupakan selisih antara perubahan investasi aktual dengan perubahan investasi break-even yaitu investasi yang diperlukan untuk mengimbangi pertumbuhan tenaga kerja dan ilmu pengetahuan serta menggantikan penyusutan kapital yang lama sehingga jumlah stok kapital per tenaga kerja efektif yang ada tetap terpilihara. Stok kapital per tenaga kerja efektif akan berada pada posisi jalur pertumbuhan ekonomi yang berimbang the balanced growth path ketika perubahan investasi aktual sama dengan perubahan investasi break-even. Pada Gambar 2 ditunjukkan apabila tingkat stok kapital per tenaga kerja efektif rendah, investasi aktual per unit tenaga kerja efektif lebih besar dari investasi break-even, dan tingkat produktivitas stok kapital per tenaga kerja efektif sangat tinggi sehingga jumlahnya meningkat ke posisi stok kapital per tenaga kerja efektif keseimbangan atau laju pertumbuhannya positif. Sebaliknya pada tingkat stok kapital per tenaga kerja efektif yang tinggi, investasi aktual per unit tenaga kerja efektif lebih kecil dari investasi break-even, dan tingkat produktivitas stok kapital per tenaga kerja efektif sangat rendah 55 sehingga jumlahnya menurun ke posisi stok kapital per tenaga kerja efektif keseimbangan atau laju pertumbuhannya negatif. Dengan demikian stok kapital per tenaga kerja efektif selalu konvergen ke posisi keseimbangannya dititik k. Setelah konvergensi tercapai, laju pertumbuhan stok kapital per tenaga kerja efektif mencapai nol, karena pada posisi keseimbangan perubahan investasi aktual sama dengan perubahan investasi break-even. Pada posisi ini stok kapital total, tenaga kerja efektif dan output total tumbuh pada tingkat yang sama yaitu sebesar jumlah pertumbuhan tenaga kerja efektif dan pertumbuhan ilmu pengetahuan. Stok kapital per tenaga kerja dan total output per tenaga kerja tumbuh sebesar laju pertumbuhan ilmu pengetahuan. Uraian pokok-pokok pikiran model Solow di atas menunjukkan bahwa perekonomian senantiasa akan konvergen secara otomatis menuju jalur pertumbuhan yang berimbang yaitu suatu situasi dimana setiap variabel tumbuh pada tingkat yang konstan. Pada jalur pertumbuhan yang berimbang, pertumbuhan output per tenaga kerja hanya ditentukan oleh tingkat kemajuan teknologi. Disinilah pentingnya peran kemajuan teknologi dalam proses pertumbuhan ekonomi menurut pandangan Solow. Konvergensi proses pertumbuhan ekonomi dalam model Solow dimungkinkan oleh adanya mekanisme penyesuaian otomatis dalam pasar persaingan sempurna. Fleksibilitas perubahan tingkat bunga dan upah serta adanya substitusi antar faktor produksi dapat mengatasi kemungkinan terjadinya penyimpangan proses pertumbuhan dari jalur pertumbuhan keseimbangannya. Karena tidak adanya unsur ketidakseimbangan yang terkandung dalam poses pertumbuhan, maka menurut Solow intervensi pemerintah yang dimaksudkan untuk mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi tidak begitu diperlukan Djojohadikusumo, 1994. Model pertumbuhan ekonomi Solow memiliki implikasi yang luas terhadap keragaman tingkat perkembangan perekonomian antar negara. Model ini telah mengidentifikasi dua kemungkinan sumber penyebab variasi pertumbuhan antar waktu atau antar negara yaitu perbedaan dalam pemilikan kapital per tenaga kerja dan efektifitas tenaga kerja. Dari kedua sumber ini, perbedaan dalam kapital fisik per tenaga kerja tidak berperan penting dalam menciptakan perbedaan ouput per 56 tenaga kerja. Rasio kapital terhadap output hampir konstan sepanjang waktu dan variasinya antar negara tidak begitu besar. Angkanya hanya sekitar 2-3 kali lebih besar di negara-negara industri dibanding negara-negara miskin. Perbedaan dalam kapital fisik per tenaga kerja juga lebih kecil dibanding perbedaan dalam output per tenaga kerja Romer , 2006. Sumber pertumbuhan output per tenaga kerja dalam jangka panjang hanya tergantung pada kemajuan teknologi atau efektivitas tenaga kerja. Pertumbuhan tenaga kerja efektif dapat mendorong pertumbuhan output per tenaga kerja secara permanen, sedangkan pertumbuhan kapital fisik per tenaga kerja hanya dapat menghasilkan pertumbuhan dalam jangka pendek Mankiw, 2007 dan Romer, 2006. Tenaga kerja efektif secara alternatif dapat diinterpretasikan sebagai tingkat pendidikan atau skill tenaga kerja, kekuatan pemilikan hak cipta, kualitas infrastruktur, sikap budaya enterpreneurship dan budaya bekerja atau kombinasi dari keseluruhannya. Perbedaan aspek-aspek inilah yang menentukan perbedaan pertumbuhan output per tenaga kerja antar negara dalam jangka panjang. Model Solow mengisyaratkan bahwa pada akhirnya pertumbuhan ekonomi antar negara akan konvergen, dimana negara-negara miskin akan tumbuh lebih cepat dari negara-negara kaya. Konvergensi ini dapat terjadi karena tiga alasan yaitu : 1 konvergensi setiap negara ke jalur pertumbuhan keseimbangannya. Semakin besar perbedaan pertumbuhan ouput per tenaga kerja dari jalur pertumbuhan keseimbangannya semakin cepat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara sehingga negara-negara miskin akan mengejar negara-negara maju; 2 tingkat pengembalian kapital lebih rendah di negara-negara yang kapital per tenaga kerjanya lebih tinggi. Ini berarti terdapat insentif bagi kapital untuk mengalir dari negara-negara maju ke negara-negara miskin, sehingga terjadi konvergensi; dan 3 apabila terdapat kelambanan dalam penyebaran pengetahuan, perbedaan tingkat pendapatan akan meningkat karena beberapa negara belum mampu memanfaatkan teknologi yang tersedia. Namun perbedaan ini cenderung mengerucut karena negara-negara miskin memperoleh akses dan dapat belajar dari teknologi yang telah ada Romer, 2006. Konvergensi pertumbuhan antar negara seperti yang dikemukakan oleh Neo Klasik hanya akan dapat terjadi jika masing-masing negara telah memenuhi 57 beberapa persyaratan dasar yang memungkinkan terjadinya arus perpindahan kapital antar negara. Alokasi investasi untuk menyediakan infrastruktur yang lebih berkualitas merupakan salah satu persyaratan yang diperlukan untuk mendorong peningkatan investasi swasta baik domestik maupun asing.

3.1.3. Teori Pertumbuhan Endogen

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batu Bara

1 42 75

Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto , Investasi, Inflasi Dan Pengangguran Terhadap Pendapatan Daerah Di Provinsi Sumatera Utara

1 46 146

Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Dairi

1 27 80

Elastisitas Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung Tahun 1990-2008

0 5 11

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

1 10 104

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

0 14 80

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1992-2012.

0 5 15

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-2011.

0 1 12

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-201

0 1 15

Pengaruh Investasi, Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan pada Wilayah Sarbagita di Provinsi Bali.

0 0 22