155 Berdasarkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dicapai dan
penurunan kemiskinan, menunjukkan bahwa infrastruktur merupakan hal yang sangat penting didalam memacu pertumbuhan ekonomi dan menahan laju
kemiskinan. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk memacu pembangunan infrastruktur, dengan mengalokasikan dana dalam jumlah yang
memadai.
7.2.5. Peningkatan Pengeluaran Dana Pembangunan Untuk Pertanian,
Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur, dan Penurunan Belanja Tidak Langsung
Dengan skenario kelima yaitu dengan cara meningkat pengeluaran sektor pertanian, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur masing-masing sebesar 25
persen, yang dananya dialokasikan dari pengeluaran belanja tidak langsung IDGE, dengan cara menurunkan belanja tidak langsung sebesar 19.34 persen.
Hasil skenario ini tidak lebih baik dibandingkan dengan skenario keempat, namun lebih baik dibandingkan dengan skenario satu sampai tiga. Melalui skenario ini
juga mampu meningkatkan penerimaan Pajak Daerah PD dan Retribusi Daerah RD yaitu masing-masing sebesar 9.1348 persen dan 4.5054 persen, yang
mengakibatkan meningkatnya Total Pendapatan Asli Daerah TPAD sebesar 7.9350 persen. Hal ini pada tahap selanjutnya, akan meningkatkan tptal
penerimaan pemerintah daerah TGR sebesar 3.3650 persen. Dampak pada blok pengeluaran pemerintah daerah, skenario ini hanya
meningkatkan pengeluaran untuk sektor yang lainnya GEANO sebesar 5.5273 persen dan total pengeluaran belanja langsung TDGE sebesar 13.0805 persen.
Skenario kebijakan ini juga mengakibatkan terjadinya penurunan total pengeluaran pemerintah daerah TGE sebesar 0.3043 persen.
Meningkatnya penerimaan dan pengeluaran, maka dampak selanjutnya akan mempengaruhi blok investasi. Investasi dalam negeri INVD mengalami
peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi asing INVA yaitu masing-masing sebesar 4.0639 persen dan 1.0811 persen. Investasi total TINV
meningkat sebesar 3.5398 persen. Peningkatan investasi ini masih lebih rendah dibandingkan dengan skenario empat sebelumnnya.
Peningkatan investasi tersebut, mengakibatkan meningkatnya penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat diamati dari Lampiran 9b, bahwa seluruh sektor
156 ekonomi mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga
kerja yang tertinggi adalah penyerapan tenaga kerja pada sektor yang lainnya TKANO yaitu sebesar 8.7568 dan penyerapan tenaga kerja pada sektor inilah
satu-satunya yang lebih tinggi dari skenario keempat. Penyerapan tenaga kerja sektor jasa TKSERV menempati urutan kedua pada skenario dengan
peningkatan penyerapan sebesar 4.4893 persen. Selanjutnya penyerapan tenaga kerja pada sektor industri TKIND menempati urutan ketiga dengan peningkatan
penyerapan sebesar 3.8485 persen dan terakhir penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian TKAGR, dengan peningkatan sebesar 0.1263 persen.
Penyerapan tenaga kerja total TTK adalah sebesar 1.9925 persen. Tabel 50. Hasil Simulasi Skenario Kebijakan Kelima
Nama Peubah Endogen Satuan
Nilai dasar
Nilai Simulasi
Perubahan persen
PDRB Perkapita Sektor Pertanian Persen
1.8485 1.8920
2.3533 PDRB Perkapita Sektor Industri
Persen 0.7717
0.7976 3.3562
PDRB Perkapita Sektor Jasa Persen
2.2899 2.3735
3.6508 PDRB Perkapita Sektor Lainnya
Persen 1.0328
1.0746 4.0473
PDRB Perkapita Persen
5.9429 6.1377
3.2779 Kemiskin Perkotaan
Persen 0.0421
0.0402 -4.5131
Kemiskin Perdesaan Persen
0.0452 0.0428
-5.3097 Kemiskin Perkotaan dan Perdesaan
Persen 0.0873
0.0830 -4.9255
Peningkatan penyerapan tenaga kerja, selanjutnya mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi pada blok PDRB, yang ditandai dengan
meningkatnya PDRB perkapita PDRBk sebesar 3.2729 persen. Dari segi peningkatan PDRB perkapita, skenario ini masih lebih rendah dibandinkan
dengan skenario keempat, namun lebih tinggi dari tiga skenario sebelumnya. Peningkatan PDRB perkapita tertinggi dialami oleh sektor yang lainnya
PDRBANO yaitu sebesar 4.0473 persen. Hal ini menunjukkan, bahwa sektor lainnya lebih responsif terhadap peningkatan pengeluaran, karena pada persamaan
PDRB perkapita sektor lainnya dipengaruhi oleh pengeluaran untuk infrastruktur secara positif dan nyata. Peningkatan PDRB perkapita terbesar kedua dialami oleh
sektor jasa yaitu sebesar 3.6508 persen, lalu sektor yang industri sebesar 3.3562 persen. Peningkatan PDRB perkapita terendah dialami oleh sektor pertanian yaitu
sebesar 2.3533 persen. Sektor pertanian kurang responsif terhadap peningkatan pengeluaran. Hal ini perlu menjadi landasan kebijakan ke depan bagi pemerintah
157 provinsi Jambi untuk mencermati alokasi pengeluaran pada sektor pertanian yang
betul-betul produktif sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hasil-hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh positif pengeluaran
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi ini seperti yang ditemukan oleh penelitian ini, cukup banyak. Sinha 1998 yang meneliti di Malaysia, salah satu
hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa ada ada hubungan jangka panjang antara GDP dan pengeluaran pemerintah. Selanjutnya penelitian Albatel 2000,
menyimpulkan, antara lain pemerintah memainkan peranan penting terhadap pertumbuhan dan pembangunan perekonomian di Saudi Arabia, dan pengeluaran
pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian Loizides and Vamvoukas 2005 di tiga negara yaitu Yunani, Inggris dan Irlandia,
menunjukkan pengeluaran publik Granger
menyebabkan pertumbuhan pendapatan nasional baik dalam jangka pendek maupun panjang. Untuk kasus
Indonesia, Sodik 2007, menemukan pengeluaran pemerintah baik rutin maupun pembangunan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
Kebijakan skenario kelima ini juga cukup baik dalam mengurangi angka kemiskinan, walaupun masih lebih rendah dibandingkan dengan skenario
keempat, namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan tiga skenario sebelumnya. Kemiskinan perdesaan mengalami penurunan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kemiskinan di perkotaan yaitu masing-masing sebesar 5.3097 persen dan 4.5131 persen, sehingga kemiskinan total turun sebesar 4.9255
persen. Hasil penelitian ini juga searah dengan hasil penelitian Sennoga and
Matovu 2010 di Uganda, bahwa realokasi pengeluaran publik dari sektor yang tidak produktif seperti administrasi publik dan keamanan ke sektor-sektor
produktif pertanian, energi, air, dan kesehatan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat kemiskinan. Hal yang sama juga
ditemukan oleh Mehmood and Sadiq 2010 di Pakistan, bahwa terdapat hubungan negatif antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan, dan ada
hubungan jangka pendek dan panjang antara kemiskinan dan pengeluaran pemerintah.
158
7.3. Hasil Simulasi Peningkatan Investasi Swasta 7.3.1.