Kemiskinan Perkotaan Blok Penyerapan Tenaga Kerja 1. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

138 Tabel 43. Hasil Estimasi Parameter Persamaan PDRB Perkapita Sektor Lainnya Peubah Par. Dugaan Pr |t| Elastisitas Jk. Pendek Jk. Panjang Intercept -0.11371 0.0478 GEINF 1.032E-6 0.03935 0.1193 - LINVA 3.035E-7 0.01505 0.2333 - LINVD 3.625E-8 0.00025 0.2895 - TKANO 5.963E-6 0.0002 0.5041 - DDF 0.148936 0.05545 0.1120 - Fhit = 56.09 ProbF = 0.0001 Dw = 2.152739 Adj R 2 = 0.91985 Bila diamati lebih jauh, peubah belanja infrastruktur ternyata memiliki besaran elastisitas paling rendah dari peubah-peubah lainnya. Peningkatan investasi swasta domestik dan asing berperan lebih besar dalam mendorong peningkatan output sektor-sektor lainnya. Hal ini sekali lagi mencerminkan masih terbatasnya pengalokasian dana pembangunan oleh pemerintah daerah untuk penyediaan infrastruktur dalam memfasilitasi aktivitas investasi swasta. 6.6. Blok Kemiskinan Jumlah penduduk miskin yang dimaksud di sini yaitu poverty head count ratio yaitu rasio antara jumlah penduduk miskin terhadap jumlah penduduk. Pengukuran tingkat kemiskinan seperti ini telah lazim digunakan misalnya studi Mehmood and Sadiq 2010 di Pakistan. Jumlah penduduk miskin dalam studi ini dipisahkan menjadi dua bagian berdasarkan lokasi pemukimannya yaitu kemiskinan perdesaan dan kemiskinan perkotaan.

6.6.1. Kemiskinan Perkotaan

Penduduk miskin perkotaan umumnya lebih banyak ditemukan di sektor jasa-jasa informal dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah. Kelompok masyarakat miskin juga memiliki keterampilan yang rendah sehingga produktivitasnya juga menjadi sangat rendah. Sebagai akibatnya kelompok masyrakat ini terjebak pada masalah lingkaran kemiskinan. Terkait dengan karakteristik kehidupannya, peubah yang dipandang tepat untuk menjelaskan kemiskinan perkotaan adalah tingkat upah nominal pada sektor industri WAGEINDN, output atau PDRB perkapita sektor industri PDRBINDk, belanja pemerintah daerah untuk pendidikan dan kesehatan GEEDUHE, pengeluaran konsumsi rumah tangga non makanan perkapita PKRTNMk, dan 139 jumlah penduduk miskin perkotaan periode sebelumnya LHUPOV. Setelah dilakukan estimasi, kelima peubah ini memberikan tanda yang sesuai dengan hipotesis dan sesuai dengan teori ekonomi. Empat peubah yang disebutkan pertama menunjukkan tanda negatif dan peubah jumlah penduduk miskin perkotaan periode sebelumnya menunjukkan tanda positif. Pengaruh negatif dan nyata yang ditunjukkan oleh peubah output atau PDRB sektor industri terhadap tingkat kemiskinan di perkotaan selaras dengan teori ekonomi dan hipotesis penelitian. Secara teoritis, tanda koefisien tersebut mengandung pesan bahwa pengembangan aktivitas sektor industri akan meningkatkan akses kelompok masyarakat miskin untuk bekerja lebih produktif atau memperoleh pekerjaan yang lebih layak. Peningkatan peluang untuk mendapat pekerjaan yang lebih layak akan memperkecil tingkat penagangguran terbuka dan tersembunyi. Apabila kelompok miskin benar-benar mampu bekerja secara lebih produktif dengan pendidikan yang lebih baik dan keterampilan yang memadai, tingkat pendapatannya akan meningkat dan kelompok tersebut keluar dari kemiskinan. Jika logika demikian berjalan seperti yang diharapakan proporsi kelompok miskin dan tingkat kemiskinan di perkotaan akan menurun. Tabel 44. Hasil Estimasi Persamaan Kemiskinan Perkotaan Peubah Par. Dugaan Pr |t| Elastisitas Jk. Pendek Jk. Panjang Intercept 0.069603 0.0052 WAGEINDN -7.98E-10 0.4838 -0.0057 -0.0057 PDRBINDk -0.07147 0.0003 -0.4966 -0.4966 GEEDUHE -7.40E-09 0.4798 -0.0020 -0.0020 PKRTNMk -4.94852 0.42445 -0.0452 -0.0452 LHUPOV 2.59E-07 0.0182 - - Fhit = 58.19 ProbF = 0.0001 Dw = 1.804149 Adj R 2 = 0.92257 Tidak nyatanya belanja pemerintah daerah untuk pendidikan dan kesehatan GEEDUHE secara statistik, diduga karena kurang beragamnya data, namun secara ekonomi, diduga karena, program penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan melalui pemberdayaan kelompok miskin belum banyak menyentuh masyarakat yang sungguh-sungguh miskin di daerah perkotaan. Peningkatan belanja pemerintah daerah untuk penyelenggaraan pendidikan dan kesehtan juga belum terlalu berpihak kepada kelompok masyarakat miskin. Biaya 140 pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah terlalu mahal, jauh dari jangkauan kelompok masyarakat miskin. Begitu juga dengan biaya kesehatan, masih banyak yang tidak terjangkau oleh masyarakat miskin. Program JAMKESMAS atau yang sejenisnya, masih banyak yang belum dapat diakses oleh kelompok masyarakat miskin. Terkait dengan permasalahan tersebut, pemerintah provinsi dan kabupatenkota di daerah Jambi telah memperkenalkan program pemberdayaan kelompok miskin melalui pengalokasian dana secara langsung ke tingkat kecamatan dan desa dengan sasaran rumah tangga paling miskin. Program ini diperkenalkan sejak tahun 2011 oleh pemerintah provinsi dan diikuti oleh pemerintah kabupaten sejak tahun 2012 yang dilakukan melalui pengalokasian dana secara tunai dan bantuan peralatan permodalan bagi kelompok usaha mikro dan kecil, pemberian beasiswa kepada keluarga miskin, dan jaminan kesehatan daerah. Satu-satunya peubah yang berpengaruh positif dan nyata adalah proporsi penduduk miskin perkotaan periode sebelumnya. Jumlah penduduk miskin yang lebih besar di perkotaan pada tahun sebelumnya cenderung memperbanyak penduduk miskin pada periode berikutnya. Temuan ini dapat diartikan bahwa jumlah penduduk miskin yang besar pada waktu tertentu merupakan embrio bagi peningkatan jumlah penduduk miskin pada masa yang akan datang, karena kemiskinan cenderung mewaris kepada keturunannya jika tidak ada kebijakan antisipatif yang dilakukan untuk membendungnya.

6.6.2. Kemiskinan Perdesaan

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batu Bara

1 42 75

Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto , Investasi, Inflasi Dan Pengangguran Terhadap Pendapatan Daerah Di Provinsi Sumatera Utara

1 46 146

Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Dairi

1 27 80

Elastisitas Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung Tahun 1990-2008

0 5 11

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

1 10 104

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

0 14 80

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1992-2012.

0 5 15

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-2011.

0 1 12

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-201

0 1 15

Pengaruh Investasi, Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan pada Wilayah Sarbagita di Provinsi Bali.

0 0 22