IV. METODE PENELITIAN
Pada bab IV ini akan dikemukakan berturut-turut, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, spesifikasi model,
prosedur estimasi, validasi model, simulasi model, dan definisi operasional.
4.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di provinsi Jambi yang secara geografis terletak antara 0
45’ sampai 2 45’ lintang selatan dan antara 101
10’ sampai 104 55’
bujur timur. Sebelah utara berbatasan dengan provinsi Riau dan Kepulauan Riau, sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan
provinsi Sumatera Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Luas wilayah provinsi ini adalah 53 435 Km
2
dengan luas daratan 50 160.05 Km
2
dan luas perairan sebesar 3 274.95 Km
2
Dipilihnya lokasi penelitian di provinsi Jambi ini, mengingat posisi provinsi ini cukup strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan
pertumbuhan ekonomi yaitu IMSGT Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle. Disamping itu, peluang Jambi ke depan dengan adanya pembukaan
terusan Thai sebelumnya disebut terusan Kra atau terusan tanah genting Kra yaitu terusan yang akan melewati Thailand Selatan untuk mempersingkat
transportasi di wilayah tersebut dan rencananya akan dibuka pada tahun 2011 akan membuka peluang baru bagi Provinsi Jambi, karena posisinya yang
menghadap dan terbuka langsung ke Laut Cina Selatan. Pembukaan terusan Kra ini akan mengubah geoekonomi global khususnya Asia Timur mengingat arus
transportasi laut yang selama ini melewati selat Malaka akan langsung berubah rute pelayarannya melalui terusan Kra. Disamping itu pelabuhan Sabang yang
berada di ujung barat Indonesia bisa menjadi kota pelabuhan yang besar. Menghadap langsung ke Laut China Selatan Pemerintah Provinsi Jambi, 2010d.
. Terdiri dari sebelas kabupatenkota yaitu sembilan kabupaten dan dua kota yaitu:
1 kabupaten Kerinci, 2 kabupaten Merangin, 3 kabupaten Sarolangun, 4 kabupaten Batanghari, 5 kabupaten Muaro Jambi, 6 kabupaten Tanjung
Jabung Timur, 7 kabupaten Tanjung Jabung Barat, 8 kabupaten Tebo, 9 kabupaten Bungo, 10 kota Jambi, dan 11 kota Sungai Penuh.
72 Kota Jambi yang merupakan ibukota Provinsi Jambi, hanya memerlukan
waktu 55 menit dari ibukota RI Jakarta melalui udara. Pada saat ini Bandara Sultan Taha Jambi telah mempunyai landasan pacu sepanjang 1.900 m sehingga
dapat didarati oleh pesawat jenis F-100 dan Boeing 737. Ada terdapat 6 Maskapai penerbangan di Jambi dengan route Jakarta-Jambi. Pengembangan bandara
tersebut menuju bandara internasional sedang dilakukan saat ini. Selain itu juga terdapat bandara di kabupaten Bungo yang baru tahap uji coba, yang direncanakan
juga menjadi bandara internasional. Untuk mencapai kawasan wisata alam dan agro di kabupaten Kerinci, juga tersedia bandara perintis yang bernama bandara
Depati Parbo di kabupaten Kerinci, walaupun intensitas penerbangan masih belum rutin. Ke depan akan terus dibenahi.
Selain itu juga pemerintah Daerah sejak tahun anggaran 19971998 telah membangun pelabuhan Muara Sabak dan sampai sekarang masih dikembangkan
yang dititikberatkan pada pelabuhan barang dan mengembangkan pelabuhan Kuala Tungkal untuk pergerakan orang dan jasa. Pelabuhan Muara Sabak
diharapkan dapat menampung kapal dengan kapasitas 15 000 DWT, dari sekarang yang hanya dapat menampung kapal 5 000 DWT. Pelabuhan ini sangat strategis,
karena: 1 terletak di pantai timur provinsi Jambi yang berhadapan langsung dengan selat Malaka dan segi tiga pusat pertumbuhan Singapura, Malaysia dan
Batam, 2 studi Jica tahun 2000 menunjukkan, bahwa pelabuhan Muara Sabak, memiliki hinterland dengan potensi sumberdaya alam baik migas, pertambangan
Batubara dan mineral lainnya, hasil perkebunan CPO dan Karet, holtikultura dataran tinggi, yang tersebar di kabupaten Kerinci, Bungo, Merangin, Sarolangun,
Tebo, Batanghari, Muaro Jambi, dan Kota Jambi. Sebagian Sumbagsel Lubuk Linggau, Muba, daerah perbatasan Riau Rengat, dan perbatasan Sumatera Barat
Dharmasraya, 3 dekat dengan ambang luar 12 Mil sailing time 2 jam dari ambang luar, dan 4 memiliki lahan yang cukup luas 189 Ha untuk
pengembangan pelabuhan, dengan kedalaman mencapai 10-15 meter, sehingga bisa melayani kapal besar dengan tonase 10.000 ton.
Jambi merupakan penghasil Karet terbesar keempat dan Kelapa Sawit terbesar kelima di Indonesia pada tahun 2010. Karet dengan produksi sebesar
290.4 ribu ton, berada di bawah Riau sebesar 345.6 ribu ton yang menempati
73 urutan ketiga dan di atas Kalimantan Barat dengan produksi sebesar 252.6 ribu ton
yang berada pada urutan kelima. Kelapa Sawit dengan produksi sebesar 1 530.8 ribu ton, berada di bawah Kalimantan Tengah sebesar 1 828.7 ribu ton yang
berada pada urutan keempat dan di atas Kalimantan Barat sebesar 1 373.2 ribu ton yang menempati urutan keenam BPS, 2011b dan 2011c.
Provinsi ini memiliki lahan sawah yang cukup luas yaitu 116 497 Ha BPS, 2011a. Memiliki potensi besar untuk menghasilkan sayur-sayuran dataran
tinggi yang berasal kabupaten Kerinci dan Merangin. Begitu juga dengan sektor perikanan baik darat maupun laut memiliki potensi yang sangat menjanjikan. Dua
kabupaten yaitu kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur memiliki areal laut yang cukup luas untuk pengembangan sektor perikanan laut.
Sungai Batang Hari yang cukup luas dan danau-danau yang ada merupakan potensi bagi pengembangan perikanan air tawar.
Daerah ini juga memiliki potensi yang cukup besar di bidang pertambangan, seperti minyak bumi dan pertambangan batu bara yang sedang
berkembang saat ini. Pada tahun 2010, produksi minyak bumi sebesar 6 588.05 ribu barel dan Batu Bara sebesar 3 186 244.32 m ton, dan gas bumi sebesar 17
410.59 MMBTU, serta Bijih Besi sebesar 245 535.19 ton Bappeda dan BPS Provinsi Jambi, 2011.
Dengan potensi-potensi yang dimiliki tersebut, maka selama lima tahun terakhir ekonomi provinsi Jambi telah menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan, dengan tingkat pertumbuhan selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dapat diamati pada Tabel 8, dimana pada tahun 2006
perekonomian Jambi tumbuh sebesar 5.89 persen, lalu meningkat menjadi 6.82 persen tahun 2007, terus mengalami peningkatan menjadi 7.16 persen tahun 2008.
Sedikit mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 6.39 persen, lalu meningkat lagi menjadi 7.31 persen tahun 2010. Selama tiga tahun terakhir 2008-
2010, perekonomian Jambi mengalami pertumbuhan yang tertinggi di pulau Sumatera. Sehingga secara rata-rata, selama periode 2006-2010, Jambi merupakan
pertumbuhan yang tertinggi di Sumatera yaitu rata-rata sebesar 6.71 persen per tahun dan sekaligus juga berada di atas rata-rata pertumbuhan perekonomian
74 pulau Sumatera dan nasional, yang hanya tumbuh masing-masing sebesar 4.86
persen dan 5.55 persen per tahun. Tabel 8. Perbandingan Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Provinsi Jambi dengan Provinsi Lainnya di Sumatera, Tahun 2006-2010 Persentase
No. Provinsi 2006 2007
2008 2009
2010 2006-2010 Rank 1. Aceh
1.56 -2.36 -5.24
-5.51 2.64
-1.78 10
2. Sumut 6.20
6.90 6.39
5.07 6.35
6.18 3
3. Sumbar 6.14
6.34 6.88
4.28 5.93
5.91 5
4. Riau 5.15
3.41 5.65
2.97 4.17
4.27 9
5. Kep. Riau 6.78
7.01 6.63
3.52 7.21
6.23 2
6. Jambi 5.89
6.82 7.16
6.39 7.31
6.71 1
7. Sumsel 5.20
5.84 5.07
4.11 5.43
5.13 7
8. Kep. Bangka
Belitung 3.98
4.54 4.60
3.70 5.85
4.53 8
9. Bengkulu 5.95
6.46 5.78
6.43 5.14
5.95 4
10 Lampung 4.98
5.94 5.35
5.16 5.75
5.44 6
Sumatera 5.18
5.09 4.83
3.61 5.58
4.86 Indonesia
5.50 5.67
5.75 4.74
6.08 5.55
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010a dan 2011b Menarik untuk dikaji, ternyata laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tersebut, ternyata tidak sejalan dengan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto PDRB perkapita. Selama periode tahun 2006-2010, PDRB perkapita
daerah ini hanya rata-rata sebesar Rp. 5 228 ribu per tahun yang hanya mampu berada pada urutan kedelapan dari sepuluh provinsi di pulau Sumatera, berada
sedikit di atas provinsi Lampung yang menempati urutan kesembilan dengan PDRB perkapita sebesar Rp. 4 644 ribu dan di bawah provinsi Sumatera Barat
yang berada di urutan ketujuh dengan PDRB perkapita sebesar Rp. 7 369 ribu per tahun. Sangat berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi, dimana selama
periode tahun 2006-2010 PDRB perkapita provinsi Jambi selalu berada di bawah rata-rata PDRB perkapita pulau Sumatera dan nasional. Dari Tabel 9 dapat dilihat
selama periode tahun 2006-2010 PDRB perkapita Jambi hanya rata-rata sebesar Rp. 5 228 ribu per tahun, sangat jauh berada di bawah rata-rata PDRB perkapita
pulau Sumatera yang mencapai Rp. 9 610 ribu dan Indonesia yang sebesar Rp. 8 601 ribu per tahun.
75 Tabel 9. Perbandingan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000 Provinsi Jambi dengan Provinsi Lainnya di Sumatera, Tahun 2006-2010 Ribu Rupiah
No. Provinsi 2006
2007 2008
2009 2010
2006- 2010
Rank 1. Aceh
8 873 8 528
7 908 7 312
7 358 7 996
6 2. Sumut
7 393 7 927
8 344 8 676
9 139 8 296
4 3. Sumbar
6 681 7 050
7 438 7 657
8 018 7 369
7 4. Riau
16 832 17 225
17 576 17 480 17 641
17 351 2
5. Kep. Riau 24 302
23 768 24 158 23 841
24 467 24 107
1 6. Jambi
4 957 4 963
5 188 5 384
5 648 5 228
8 7. Sumsel
7 548 7 815
8 065 8 248
8 555 8 046
5
8. Kep.
Bangka Belitung
8 301 8 457
8 579 8 630
8 883 8 570
3 9. Bengkulu
4 154 4 300
4 475 4 687
4 856 4 494
10 10. Lampung
4 293 4 449
4 631 4 813
5 035 4 644
9 Sumatera
9 333 9 448
9 636 9 673
9 960 9 610
Indonesia 7 982
8 255 8 602
8 877 9 289
8 601 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010a dan 2011b
4.2. Jenis dan Sumber Data