Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Lainnya

132 terhadap permintaan tenaga kerja, sehingga pengaruh belanja kesehatan yang mekanisme transmisinya cukup panjang terhadap peningkatan kualitas pekerja dan produktivitas serta serapan tenag kerja juga menjadi tidak nyata. Dengan kata lain tidak terdapat pengaruh langsung belanja kesehatan yang dialokasikan pemerintah terhadap permintaan tenaga kerja termasuk pada sektor industri dan jasa-jasa.

6.4.4. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Lainnya

Penyerapan tenaga kerja sektor lainnya dimaksudkan disini adalah tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertambangan, sektor listrik, gas dan air, dan sektor bangunan. Penyerapan tenaga kerja pada keseluruhan sektor tersebut hanya dipengaruhi secara positif dan nyata oleh peubah penjelas penyerapan tenaga kerja sektor lain periode sebelumnyanya LTKANO. Hal ini menunjukkan, bahwa peubah-peubah penjelas ekonomi belum menjadi penentu penyerapan tenaga pada sektor pertambangan, sektor listrik, gas dan air, dan sektor bangunan. Penyerapan tenaga kerja sektor-sektor tersebut hanya mengikuti trend penyerapan tenaga kerja pada periode sebelumnya. Tabel 39. Hasil Estimasi Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Lainnya Peubah Par. Dugaan Pr |t| Elastisitas Jk. Pendek Jk. Panjang Intercept -1106.45 0.4816 WAGE -0.02343 0.38615 -0.1868 -0.5195 INVD 0.000787 0.3392 0.0743 0.2067 PDRBk 2959.231 0.40255 0.2500 0.6955 AK 0.006086 0.44755 0.1472 0.4094 GEHEA 0.541558 0.3023 0.0776 0.2157 DDF 4200.579 0.35195 0.0374 0.1039 LTKANO 0.640481 0.00485 - - Fhit = 5.96 ProbF = 0.0013 Dw = 2.075066 Adj R 2 = 0.59148 Banyaknya peubah-peubah penjelas yang tidak nyata pada persamaan ini, diduga secara statistik ketidakberagaman data dan secara logika ekonomi, disebabkan oleh karena penyerapan tenaga kerja pada sektor yang lainnya masih memberi kontribusi yang sangat kecil yaitu hanya 4.75 persen per tahun selama periode 1985-2010. Sektor pertambangan batu bara baru yang berkembang sangat pesat selama lima tahun terakhir juga memiliki kemampuan yang rendah dalam 133 menyerap tenaga kerja mengingat sektor ini bersifat padat kapital dan mempekerjakan tenaga kerja berskill tinggi dengan spesifikasi yang sangat spesialis. Akhirnya sektor ini cenderung enclave tehadap masyarakat di sekitar lokasi penambangan. 6.5. Blok Produk Domestik Regional Bruto 6.5.1. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Sektor Pertanian PDRB sektor pertanian perkapita dipengaruhi secara nyata dan positif oleh pengeluaran pertanian GEAGR, pengeluaran infrastruktur GEINF, investasi swasta asing periode sebelumnya LINVA, investasi domestik periode sebelumnya LINVD dan PDRB perkapita pertanian periode sebelumnya LPDRBAGRk. Tanda koefisien regresi seluruh peubah tersebut selaras dengan teori ekonomi dan hipotesis yang diajukan. Peningkatan belanja pemerintah untuk sektor pertanian dan belanja pemerintah untuk infrastruktur keduanya berpengaruh positif dan nyata terhadap output sektor pertanian. Peningkatan belanja pemerintah Provinsi Jambi untuk sektor pertanian diimplementasikan melalui beberapa program diantaranya peremajaan karet, budidaya perikanan sungai, danau, kolam dan keramba serta perikanan tangkap. Pemerintah daerah bahkan mengalokasikan Kredit Usaha Pengembangan Ekonomi Masyarakat KUPEM yang tingkat bunganya disubsidi, untuk mendorong aktivitas ekonomi masyarakat yang sebagian besar hidup dari sektor pertanian. Tabel 40. Hasil Estimasi Parameter Persamaan PDRB Perkapita Sektor Pertanian Peubah Par. Dugaan Pr |t| Elastisitas Jk. Pendek Jk. Panjang Intercept 0.196953 0.02775 GEAGR 1.885E-6 0.04835 0.0158 0.0455 GEINF 1.145E-6 0.0002 0.0570 0.1635 LINVA 1.698E-7 0.00195 0.0562 0.1613 LINVD 1.126E-8 0.00855 0.0387 0.1111 LTKAGR 8.204E-8 0.2939 0.0437 0.1254 LPDRBAGRk 0.651482 .0001 - - Fhit = 311.63 ProbF = 0.0001 Dw = 2.127144 Adj R 2 = 0.98729 Peningkatan belanja pemerintah khususnya belanja infrastruktur akan berakumulasi menjadi kapital publik berupa parasarana irigasi, transportasi, energi 134 listrik, jaringan komunikasi dan fasilitas publik lainnya. Ketersediaan saluran irigasi menjamin suplai input pengairan bagi aktivitas pertanian khususnya tanaman padi, sementara ketersediaan parasarana transportasi secara lebih baik memperlancar arus perdagangan yang berdampak pada efisiensi biaya transportasi dan peningkatan harga output. Peran penting belanja pemerintah untuk sektor pertanian dan infrastruktur searah dengan hasil studi Nurudeen and Usman 2010 yang menunjukkan adanya pengaruh nyata peningkatan pengeluaran pemerintah pada prasarana transportasi dan komunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi agregat. Investasi publik berperan sebagai promoting sector yang merangsang dan mamfasilitasi peningkatan investasi swasta. Peningkatan investasi swasta akan berakumulasi membentuk stok kapital berupa peningkatan kapasitas mesin, pabrik, sarana transportasi dan peralatan modal lainnya. Oleh sebab itu, peubah investasi pemerintah dan swasta pada prinsipnya memiliki peran yang sama terhadap peningkatan output. Kedua stok kapital publik dan swasta saling berkomplemen mendorong peningkatan output sektor pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat Anderson et al. 2006, bahwa sebagian besar yang membicarakan pengaruh investasi publik terhadap pertumbuhan ekonomi dimulai dengan asumsi, bahwa kapital swasta dan publik merupakan sesuatu yang saling melengkapi komplementer. Ouput sektor pertanian di Provinsi Jambi didominasi oleh sektor perkebunan yaitu perkebunan Kelapa Sawit dan Karet, disamping komoditas perkebunan lainnya. Ketersediaan kapital publik mendorong peningkatan investasi dan kapital swasta yang selanjutnya meningkatkan output pertanian. Peran investasi swasta domestik dan asing ditunjukkan oleh pengaruh kelambanan lag kedua jenis investasi tersebut satu periode sebelumnya yang memiliki tanda positif dan nyata secara statistik. Aktivitas industri pulp dan kertas menempati peringkat pertama aktivitas investasi swasta domestik di Provinsi Jambi diikuti oleh perkebunan kelapa Sawit. Kedua jenis aktivitas produktif ini memiliki peran yang nyata terhadap pertumbuhan sektor pertanian dan industri. Peubah tenaga kerja sektor pertanian periode sebelumnya LTKAGR tidak berpengaruh nyata terhadap output pertanian, namun tanda koefisien regresinya sesuai dengan hipotesis. Tidak nyatanya pengaruh tenaga kerja, 135 mengindikasikan rendahnya produktivitas tenaga kerja sektor ini sehingga tidak memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap total output pada perekonomian Provinsi jambi Jambi.

6.5.2. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Sektor Industri

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batu Bara

1 42 75

Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto , Investasi, Inflasi Dan Pengangguran Terhadap Pendapatan Daerah Di Provinsi Sumatera Utara

1 46 146

Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Dairi

1 27 80

Elastisitas Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung Tahun 1990-2008

0 5 11

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

1 10 104

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Bogor

0 14 80

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1992-2012.

0 5 15

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-2011.

0 1 12

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Meningkatnya Belanja Daerah Di Kota Surakarta Tahun 1990-201

0 1 15

Pengaruh Investasi, Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto dan Tingkat Kemiskinan pada Wilayah Sarbagita di Provinsi Bali.

0 0 22