Pola Hubungan Penambahan Baru Rekrutmen dan Pemijahan

104

5.5 Mortalitas Ikan Dolosi biru di Perairan Kepulauan Guraici

Secara umum kontribusi mortalitas ikan dolosi biru C. caerulaurea di Perairan Kepulauan Guraici sebabkan oleh kematian akibat penangkapan, kematian alami lebih kecil dibanding mortalitas akibat penagkapan. Besar kecil nilai mortalitas alami dipengaruhi oleh seberapa besar kematian yang disebabkan oleh penangkapan dan mati akibat kondisi lingkungan dan genetika suatu populasi atau stok mortalitas alami. Kematian alami M umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan kondisi fisik-kimia perairan, predator, makanan dan genetika mati karena mencapai umur maksimum. Kematian alami ikan dolosi biru di Perairan Kepulauan Guraici disemua lokasi stasiun penelitian lebih kecil dibandingkan mati akibat penangkapan, terkeculai pada stasiun 2 P.Talimau, mortalitas alami sangat besar dibandingkan mati akibat penangkapan. Dari nilai mortalitas alami kecil menunjukan bahwa di perairan kepulauan Guraici kondisi perairan relatif masi baik dan tidak terganggu, baik akibat pencemaran limba domestik, industri maupun pencemaran lainnya, sedangkan mortalitas alami yang tinggi yang terjadi di stasiun 2 P. Talimau disebabkan oleh kerusakan karang, akibat penangkapan dengan menggunakan bahan peledak bom, dan pengambilan batu karang untuk pembuatan rumah penduduk sehingga kualitas karang menjadi menurun berakibat daya dukung perairan menjadi kecil. Nilai kematian alami yang kecil memberikan gambaran bahwa di Perairan Kepulauan Guraici terjadi eksploitasi ikan secara terus menerus dan cukup tinggi. Kondisi ini di buktikan dengan laju eksploitasi yang terjadi sekarang sudah melebihi eksploitasi optimum, baik eksploitasi secara umum maupun di bedakan berdasarkan stasiun penelitian. Selain itu pula, dapat dibuktikan dengan ukuran ikan maksimal yang tertangkap selama penelitian 327 mm 32.7 cm tidak mencapai ukuran maksimum dari ikan dolosi biru yaitu 350 mm 35 cm menurut Carpenter 1988. Koefisien kematian akibat penangkapan F dari penelitian ini adalah sebesar 0.87tahun. Koefisien kematian dari suatu populasi atau stok ikan disuatu perairan dipengaruhi oleh intensitas penangkapan dan jumlah dan ukuran alat tangkap yang digunakan. Semakin besar jumlah alat tangkap, ukuran alat tangkap ukuran mata jaring, trip penangkapan dan intensitas penangkapan maka semakin besar nilai koefisien kematian akibat penangkapan yang diperoleh. Hal ini dibuktikan bahwa kematian ikan akibat penangkapan di perairan Kepulauan Guraici di katagorikan cukup 105 tinggi, dimana terbukti upaya trip penangkapan yang terjadi sekarang sudah melebihi upaya trip optimum lestari

5.6 Parameter Lingkungan

Kondisi suhu dan salinitas relatif sama disetiap waktu dan tempat mengindikasikan bahwa di Perairan Kepulauan Guraici terjadi penetrasi sinar matahari yang relatif sama baik intensitas sinar matahari maupun lama penyinaran yang relatif sama disamping itu kondisi topografi Kepulauan Guraici relatif sama, dimana kedalaman relatif tidak berbeda di semua lokasi sampling. kondisi ini yang menyebabkan terjadi pencampuran atau pengadukan masa air yang merata. Namun nilai suhu dan salinitas yang berbeda walaupun sangat kecil yang terdata sepanjang penelitian diduga karena terjadi perbedaan waktu pengamataan pada saat pengambilan sampel waktu sampling. Kecepatan arus yang berbeda pada bulan pengamatan atau yang terjadi di setiap bulan, diduga disebabkan oleh kecepatan angin dan intensitas angin yang bertiup yang terjadi pada setiap musim berbeda. Di perairan Kepuluan Guraici dipegaruhi oleh dua musim besar yaitu musim barat dan musim timur. Pada musim Barat terjadi pada bulan Desember sampai Maret. Musim timur terjadi pada bulan Juni sampai bulan Oktober. Dan diantara musim timur dan musim barat terjadi musim pancaroba yaitu pada pertengahan bulan Maret sampai akhir bulan Mei. Oleh sebab itu kecepatan arus yang relatif lebih stabil dan kecil terjadi pada musim pancaroba. Sehingga pada bulan-bulan pancaroba terdapat banyak ikan-ikan yang masuk ke daerah rekruitmen atau daerah penangkapan. Kondisi ini sesuia dengan hasil analisis pola rekruitmen dari penelitian ini yang terdapat pada hasil analisis rekruitmen pada bab hasil penelitian. Dari kondisi rata-rata kecerahan baik yang terjadi disepanjang bulan maupun disetiap lokasi pengamatan menunjukan kecerahan yang begitu besar kedalaman kecerahan yang tinggi, menjelaskan bahwa di Perairan Kepulauan Guraici kondisi perairan sangat jernih dan belum tercemari oleh limba rumah tangga dan limba industri berhubung daerah sekitar Kepulauan Guraici tidak terdapat industri baik industri rumah tangga maupun industri lainnya dan konsentrasi penduduk sangat jarang dan relatif dibeberapa pulau disekitarnya tidak terdapat penduduk. Selain itu di gugusan Kepulauan Guraici berada sangat jauh dari daratan besar yang memiliki aliran sungai yang meluap ke pantai. sehingga pada perairan Kepulauan Guraici tidak terjadi sedimentasi dari daratan. 106 Kondisi pH dan DO yang terdapat disepanjang bulan dan di semua lokasi sampling rata-rata menunjukan pola distribusi yang relatif sama. Perubahan atau fluktuasi nilai nitrat yang terjadi di permukaan perairan Kepulauan Guraici baik di lihat dari perubahan waktu maupun berdasarkan lokasi penelitian menunjukan bahwa kisaran perubahan tidak signifikan. Distribusi nilai ortofosfat permukaan selama penelitian baik berdasarkan waktu pengamatan bulan maupun lokasi pengamatan stasiun juga menunjukan tidak terjadi variasi yang signifikan. Kondisi ini sama halnya yang terjadi pada sebaran nitrat. Secara umum menunjukan perubahan kondisi nitrat maupun ortofosfat relatif stabil di sepanjang bulan maupun pada seluruh lokasi yang berada di perairan Kepulauan Guraici. Kondisi ini dimungkinkan karena perairan Kepulauan Guraici yang dangkal dan jernih dan terjadi pengadukan masa air yang merata di sepanjang tahun.

5.7 Status Perikanan Ikan Dolosi Biru di Perairan Kepulauan Guraici

Status eksploitasi secara umum di Perairan Kepulaun Guraici maupun di bedakan berdasarkan stasiun sudah melewati eksploitasi optimum, terkecuali pada stasiun 2 Perairan Pulau Talimau belum mencapai eksploitasi optimum namun hasil tangkapan menurun dan ukuran ikan tangkapan relatif lebih kecil dari tangkapan yang diperoleh pada stasiun yang lain, hal ini diduga di perairan Talimau kelimpahan ikan sangat rendah yang ditandai dengan mortalitas alami lebih tinggi dibanding ikan mati karena penangkapan. Kondisi ini dibuktikan dengan eksploitasi baru mencapai 0.32tahun. Berdasarkan ukuran ikan pertama kali tertangkap secara umum maupun di bedakan berdasarkan stasiun yaitu ukuran ikan pertama kali tertangkap muroami 50 ikan yang belum matang gonad terkecuali ikan yang tertangkap pada stasiun 3 Perairan Pulau Laigoma dan Stasiun 4 Perairan Pulau Siko. Ukuran ikan yang tertangkap di dominasi oleh ikan-ikan yang belum matang gonad. Kondisi tersebut mengartikan bahwa ikan dolosi biru sebagian besar tidak cukup kesempatan untuk tumbuh menjadi ukuran besar atau dewasa. Akibat dari hal ini sebagian besar populasi ikan dolosi biru dari tahun ke tahun tidak berkesempatan melakukan reproduksi, karena sedikit induk yang tersedia di alam. Sehingga pada gilirannya terjadi lebih tangkap. Kelimpahan stok ikan di setiap stasiun atau lokasi berbeda beda, hal ini di duga selain disebabkan oleh laju penangkapan yang tinggi juga daya dukung perairan terumbu karang yang berada pada 5 lokasi penelitian, baik luas 107 hamparan areal karang, maupun kualitas karang yang terdapat di setiap lokasi berbeda dominasi jenis karang, tutupan karang, maupun kondisi kesehatan karang Sedangkan intensitas penangkapan relatif sama di seluruh lokasi stasiun. Hasil tangkapan berbeda berdasarkan tempat baik ukuran ikan yang tertangkap maupun jumlah populasi stok hal ini dikarenakan ikan karang termasuk ikan dolosi biru Ceasio caerulaurea adalah ikan-ikan yang menetap di sekitar perairan karang yang seluruh siklus hidupnya berada di perairan terumbu karang yaitu lahir, besar, mencari makan, berlindung dan memijah, dan tidak terjadi migrasi keluar maupun masuk stok lain yang berasal dari daerah atau tempat lain. Ikan karang termasuk ikan Ceasio caerulaurea menempati relung Niche sendiri, Niche di terumbu tidak hanya tersusun oleh komunitas karang saja, melainkan juga terdiri atas daerah berpasir, ceruk dan celah, daerah alga, serta zona-zona yang berbeda yang melintasi hamparan terumbu. Ruang fisik yang ditempati oleh ikan karang yang didalamnya terdapat lingkungan lain seperti biologi dan kimia yang berperan secara fungsional atau bisa disebut dengan ruangan habitat ikan karang, atau dapat diartikan relung ikan karang disini adalah status fungsional ikan karang dalam komonitasnya, dalam hal ini sebagai misal ikan Caesio sebagai salah satu dari contoh ikan karang yang dalam konsep satuan penyebaran pokok atau asal, dimana ikan Caesio ini dipertahankan atau mempertahankan dengan batasan-batasan naluri dan strukturnya, yang tidak identik sama dengan jenis organisme yang lain, jumlah jenis dan jumlah individu ikan karang semakin bertambah dengan meningkatnya luas penutupan karang hidup, dan sebaliknya semakin sempit luas penutupan karang hidup maka semakin sedikit jumlah jenis dan jumlah indifidu ikan karang. Bell dan Galzin 1984 memberikan gambaran bahwa jumlah jenis dan jumlah individu ikan dari famili Pomacentridae dan Labridae semakin bertambah dengan meningkatnya luas penutupan karang hidup, sementara untuk Famili Apogonidae relatif konstan.

5.8 Produksi Maksimum Berkelanjutan MSY

Produksi ikan dolosi biru secara umum belum mencapai produksi maksimum lestari, namun laju eksploitasi sudah melewati batas optimum lestari. Secara umum kondisi laju eksploitasi sekarang 0.58tahun setara dengan penangkapan F = 163 tripbulan, ukuran relatif ikan pertama kali tertangkap muroami C = 0.72 Lc=247.83 menghasilkan tangkapan sebesar 49.361