Hubungan Panjang Berat Strategi pengelolaan ikan dolosi biru (caesio caerulaurea) di perairan kepulauan guraici Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara

23 sebagai fungsi dari panjang, karena dengan bertambahnya berat dapat menentukan panjang ikan. Dengan menggunakan variabel panjang dan berat dapat ditentukan bentuk pertumbuhan dari ikan. Pengukuran panjang tubuh memberikan bukti langsung terhadap pertumbuhan. Peningkatan ukuran panjang umumnya tetap berlangsung walaupun ikan mungkin dalam keadaan kekurangan makanan. Panjang tubuh dapat diukur dalam banyak cara dan yang umum digunakan untuk ikan adalah panjang total, panjang cagak dan panjang baku. Panjang total adalah panjang ikan yang diukur mulai dari ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya. Panjang cagak adalah panjang ikan yang diukur dari ujung terdepan sampai ujung bagian luar lekukan sirip ekor, sedangkan panjang standar atau panjang baku adalah panjang ikan yang diukur dari ujung terdepan darai kepala sampai ujung terakhir dari tulang punggungnya atau pangkal sirip ekor Effendie 1997. Analisis hubungan panjang berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan dengan menggunakan parameter panjang dan berat. Berat dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan panjang berat ini adalah untuk menduga berat dari panjang atau sebaliknya serta dapat diketahui pola pertumbuhan, kemontokan dan pengaruh perubahan lingkungan terhadap pertumbuhan ikan Effendie 1997. Analisis panjang berat yang dihubungkan dengan data kelompok umur dapat digunakan untuk mengetahui komposisi stok, umur saat pertama memijah, siklus kehidupan, kematian, pertumbuhan dan produksi. Fafioye and Oluajo 2005, mengatakan bahwa analisis panjang berat yang dihubungkan dengan data kelompok umur dapat digunakan untuk mengetahui komposisi stok, umur saat pertama memijah, siklus kehidupan, kematian, pertumbuhan dan produksi. Effendie 1997, jika panjang dan berat diplotkan dalam suatu gambar maka akan didapatkan persamaan ; = berat, = panjang, a dan b adalah suatu konstanta. Nilai b berfluktuasi antara 2.5 sampai 4, tetapi kebanyakan mendekati 3 karena pertumbuhan mewakili peningkatan dalam tiga dimensi, sedangkan pengukuran panjang diambil dari satu dimensi. Nilai b yang merupakan konstanta adalah nilai pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Hubungan ini juga memungkinkan untuk membandingkan individu dalam satu populasi maupun antar populasi Lagler et al. 1977. Nilai b = 3 menggambarkan pertumbuhan isometrik, yang akan mencirikan ikan mempunyai bentuk tubuh yang tidak berubah Riker 1975 atau pertambahan panjang ikan 24 seimbang dengan pertambahan beratnya. Nilai b ≠ 3 menggambarkan pertumbuhan allometrik. Jika b 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dengan pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya. Jika b 3 menunjukkan keadaan ikan yang gemuk yaitu pertambahan beratnya lebih cepat dari pertambahan panjangnya Effendie 1997. Kenyataan ini berbeda dari setiap ikan, karena adanya pengaruh musim dan jenis kelamin. Hubungan panjang berat ikan ekor kuning Caesio ertyhrogaster di perairan Banggai Kepulauan dalam bentuk persamaan , faktor kondisi 1,33 dan di Pulau Raas bentuk persamaan , faktor kondisinya 1,28. Ikan ekor kuning dari perairan Banggai Kepulauan mulai matang gonad pada kisaran panjang total 26,80 - 29,90 cm atau pada kisaran berat 250-318 gram Subroto dan Subani 1994. Hubungan panjang berat ikan ekor kuning Caesio cunning di Perairan Kepulauan Seribu menunjukkan hubungan positif dengan nilai korelasi sebesar 0.99 dengan pola pertumbuhan isometrik b = 3.021. Kisaran ukuran panjang ikan tangkapan pada bulan Maret 2007 adalah 15.0 – 28.9 cm, yang dominan tertangkap terdapat pada ukuran kelas 17.0 –17.9 cm. Sedangkan pada bulan Juli kisaran ukuran ikan yang tertangkap adalah 7.0 – 28.9 cm namun tangkapan dominan berada pada kelas panjang 10-11.9 cm dan 16-18.9 cm Jabbar 2008.

2.11 Mortalitas

Laju mortalitas merupakan sebuah pengukuran peluang kematian pada interval waktu tertentu. Menurut Aziz 1989 mortalitas dibagi menjadi dua yaitu mortalitas alami M dan mortalitas penangkapan F. Mortalitas alami adalah kematian yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti penyakit dan pemangsaan serta sebab lain dari luar aktifitas penangkapan oleh manusia. Mortalitas alami merupakan pengaruh dari relatif besarnya faktor-faktor lingkungan yang beraksi secara bebas. Selanjutnya Sparre dan Venema 1999 mengatakan bahwa mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab selain penangkapan seperti pemangsaan, penyakit, stress pemijahan, kelaparan dan usia tua. Menurut Pauly 1983 terdapat hubungan yang erat antara mortalitas alami dengan parameter pertumbuhan Von Bertallanffy dan suhu lingkungan. Mortalitas penangkapan tidak konstan terhadap umur karena ukuran ikan yang berbeda penyebarannya terpisah dan 25 juga karena seleksi ukuran alat tangkap berbeda-beda. Nilai laju mortalitas alami berkaitan dengan nilai parameter pertumbuhan Von Bartanffy K dan L ∞ Ikan yang pertumbuhannya cepat nilai K tinggi mempunyai nilai M tinggi dan sebaliknya. Nilai M berkaitan dengan nilai L∞ karena pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil. Mortalitas penangkapan adalah mortalitas yang terjadi akibat adanya