Siklus Hidup dan Reproduksi

15 merupakan jenis hewan ovipar, yakni jenis yang menghasilkan telur dan membuahinya diluar tubuh, dengan jumlah telur yang banyak, berukuran kecil, dan mengapung www.fishbase.com. Beberapa aspek biologi reproduksi dapat memberi keterangan yang berarti mengenai frekuensi pemijahan, keberhasilan pemijahan, lama pemijahan, dan ukuran ikan pertama kali matang gonad. Aspek reproduksi tersebut meliputi rasio kelamin, tingkat kematangan gonad TKG, indeks kematangan gonad IKG, ukuran pertama kali matang gonad, fekunditas, diameter telur, dan pola pemijahan Nikolsky 1963. Biologi reproduksi dapat memberikan gambaran tentang aspek biologi yang terkait dengan proses reproduksi, mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkannya individu baru atau larva Affandi Tang 2002. Penyatuan gamet jantan sperma dan gamet betina telur akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru Fujaya 2004. Pada umumnya proses reproduksi pada ikan dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni tahap pra-spawning, spawning, dan post-spawning Sjafei et al. 1992. Pada ikan, perkembangan awal daur hidup juga terbagi lagi menjadi lima periode perkembangan utama, yaitu periode telur, larva, juvenile, dewasa dan periode tua senescent Balon 1975 in Sjafei et al. 1992. De Young 1940 in Effendie 1997 melakukan penelitian terhadap kebiasaan memijah tiga belas spesies ikan ekonomis penting di laut Jawa berdasarkan distribusi garis tengah telurnya. Hasilnya memperlihatkan bahwa pemijahan individu betul-betul berkala. Dari perbedaan yang khas dimungkinkan membedakan tiga macam atau pola pemijahan yang berlainan. Ikan ekor kuning termasuk dalam kelompok pola pemijahan kedua, dimana pada kelompok ini sebelum telur kelompok pertama mencapai kematangan, kelompok telur berikutnya sudah memisahkan dari stok telur yang lain. Sebelum terjadi pemijahan didapatkan dua kelompok telur yang berisah. Sesudah berpijah didapatkan selain kelompok stok telur yang umum ada pula sekelompok telur yang berukuran lebih besar yang sedang mematang dan akan dikeluarkan dalam pemijahan berikutnya. Rasio kelamin, atau biasa disebut juga dengan nisbah kelamin, merupakan perbandingan antara ikan jantan dan betina dalam suatu populasi. Kondisi nisbah kelamin yang ideal di perairan adalah dengan rasio 1:1 Nababan 1994 in Makmur dan Prasetyo 2006. Rasio kelamin penting diketahui karena 16 berpengaruh terhadap kestabilan populasi ikan. Perbandingan 1:1 ini sering kali menyimpang, antara lain disebabkan oleh perbedaan pola tingkah laku ikan jantan dan ikan betina. Perbedaan laju mortalitas, terjadi perubahan nisbah jantan dan betina secara teratur, yaitu pada awal pemijahan didominasi oleh ikan jantan kemudian seimbang pada saat terjadi pemijahan dan didominasi oleh betina sampai pemijahan selesai Nikolsky 1963. Tingkat Kematangan Gonad TKG merupakan salah satu aspek biologi reproduksi yang merupakan tahapan-tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Keterangan tentang TKG ikan diperlukan untuk mengetahui perbandingan antara ikan yang ada di perairan, ukuran atau umur ikan pertama kali matang gonadnya dan apakah ikan sudah memijah atau belum. Selanjutnya ikan pertama kali mencapai matang gonad dipengaruhi oleh beberapa faktor luar seperti suhu, arus, adanya individu yang berjenis kelamin yang berbeda dan faktor dalam seperti umur, ukuran dan perbedaan spesies Niklosky 1963; Effendie 1997. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Pencatatan perubahan kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi atau tidak. Dari pengamatan perkembangan tingkat kematangan gonad ini juga didapatkan informasi kapan ikan tersebut akan memijah, baru akan memijah, atau sudah selesai memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya. Untuk ikan di daerah tropis, faktor suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat masak lebih cepat. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yakni secara histologis dan morfologis. Pengamatan secara histologis dilakukan di laboratorium untuk mengetahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail. Sedangkan pengamatan secara morfologis dapat dilakukan langsung di lapangan Effendie 1997. Pemijahan dalam proses reproduksi dapat diketahui dengan melihat perubahan gonad yaitu menjadi besar dan berat. Berat gonad akan mencapai maksimum saat ikan akan memijah, kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan sampai selesai Effendie 1997. Untuk mengetahui perubahan gonad 17 tersebut secara kualitatif dapat dinyatakan dengan Indeks Kematangan Gonad IKG. IKG adalah suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan 100. IKG ini akan bertambah besar sampai mencapai maksimum ketika akan terjadi pemijahan Effendie 1997. Selanjutnya dikatakan bahwa perubahan nilai IKG berhubungan erat dengan tahap perkembangan telur. Dengan memantau perubahan IKG dari waktu ke waktu, maka dapat diketahui ukuran ikan waktu memijah. Pada TKG yang sama, IKG ikan jantan akan berbeda dengan ikan betina. Umumnya kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG ikan jantan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ukuran gonad antara ikan jantan dan betina. Biasanya ovarium pada ikan betina akan lebih berat daripada testis pada ikan jantan Effendie 1997. Royce 1984, ikan dapat memijah jika nilai IKG betina berkisar antara 10- 25 dan nilai IKG jantan berkisar antara 5-10. Royce 1984, menyatakan semakin banyak makanan tersedia, pertumbuhan ikan semakin cepat dan fekunditas semakin besar. Fekunditas ikan berhubungan erat dengan lingkungan dimana fekunditas spesies akan berubah bila keadaan lingkungan berubah Musa dan Bhuiyan 2007. Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada saat ikan memijah. Fekunditas terdiri dari dua istilah, yaitu fekunditas individu dan fekunditas relatif. Fekunditas individu atau fekunditas mutlak adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah. Sedangkan fekunditas relatif atau fekunditas nisbi adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang ikan. Fekunditas lebih sering dihubungkan dengan panjang daripada berat, karena panjang penyusutannya relatif kecil dan panjang akan cepat mengalami perubahan pada waktu musim pemijahan Effendie 1997. Umumnya ikan teleostei perairan laut memiliki tingkat fekunditas tinggi, mencapai ribuan sampai jutaan setiap ikan betinanya pertahun. Jumlah telur yang dihasilkan akan meningkat sejalan dengan perkembangan ukuran tubuh. Fekunditas meningkat lebih cepat dengan pertambahan ukuran panjang dibanding dengan pertambahan berat ikan Jennings et al. 2001. Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan betina antara lain fertilitas, frekuensi pemijahan, perlindungan induk parental care, ukuran telur, kondisi lingkungan, dan kepadatan populasi Moyle Cech 18 1988. Spesies ikan yang mempunyai fekunditas besar pada umumnya memijah di daerah permukaan, sedangkan spesies yang fekunditasnya kecil umumnya melindungi telurnya dari pemangsa atau menempelkan telurnya pada tanaman atau habitat lainnya Nikolsky 1963. Ukuran ikan pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan serta strategi reproduksinya. Tiap spesies ikan tidak sama ukuran dan umur pertama kali matang gonad, bahkan ikan-ikan pada spesies yang sama juga akan berbeda bila berada pada kondisi dan letak geografis yang berbeda Nasution 2004. Umumnya ikan akan terus menerus memijah setelah pertama kali matang gonad, namun bergantung kepada daur pemijahannya, ada yang satu tahun sekali, beberapa kali dalam satu tahun, dan sebagainya Reay 1984 in Nasution 2004. Dikatakan pula bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi dan menentukan daur reproduksi antara lain adalah suhu, oksigen terlarut dalam perairan dan hormon yang berperan dalam reproduksi yang dapat memacu organ-organ reproduksi untuk berfungsi Nasution 2004. Ukuran ikan pada waktu pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya Affandi Tang 2002. Setiap spesies ikan pada waktu pertama kali matang gonad memiliki ukuran yang tidak sama walaupun ikan tersebut masih satu spesies. Hal tersebut diakibatkan karena adanya perbedaan kondisi ekologis perairan Blay Egeson 1980 in Makmur Prasetyo 2006. Umur pada awal reproduksi bervariasi terhadap jenis kelamin. Bagi ikan jantan maupun betina, umur pertama kali memijah bergantung kepada kondisi lingkungan yang sesuai. Pada lingkungan yang tidak sesuai untuk tumbuh dan mempertahankan sintasan, ikan-ikan cenderung akan menangguhkan pemijahan, karena akan menurunkan tingkat pertumbuhan dan sintasan, sehingga reproduksi cenderung akan berlangsung pada umur lebih muda Nasution 2004. Reproduksi Caesionidae telah diteliti pada beberapa spesies, memiliki waktu kematangan yang awal dan fekunditas yang tinggi. Mereka memiliki musim pemijahan yang panjang, namun puncak pemijahan terjadi satu sampai dua kali dalam satu tahun. Prilaku pemijahan telah dilaporkan pada Caesio teres Bell and Colin, 1986 and Pterocaseio digramma Thresher 1984. Caesionidae ini 19 memijah pada kelompok yang besar disekitar bulan penuh purnama. Mereka melakukan migrasi ke daerah terumbu karang pada saat gelap atau hari senja dan mulai memijah selama air surut. Pada Caesio teres bertelur, pada periodik pasang surut pada kedalaman kurang lebih 1 m dari permukaan. Selama pemijahan mereka tetap berada dekat dengan permukaan dan subgroup dalam massa keramaian yang pesat di mana gamet jantan dilepaskan. Mereka selanjutnya turun dan kemudian naik kembali ke permukaan untuk pemijahan lanjutan. Hal ini berulang beberapa kali dalam periode waktu 10-15 menit Carpenter 1988. Selanjutnya Jabbar 2008, menyatakan bahwa pemijahan ikan ekor kuning Caesio cunning terjadi di sekitar perairan terumbu karang dan terjadi sepanjang tahun.

2.7 Hubungan Stok dengan Tempat

Sumberdaya ikan karang merupakan ikan yang kehidupannya terikat dengan perairan karang. Keterkaitan antara berbagai organisme di ekosistem terumbu karang sangat ditentukan oleh kondisi terumbu karang. Apabila terjadi degradasi pada suatu komunitas organisme akan dapat berakibat buruk bagi organisme lainnya, secara ekologis, terumbu karang memiliki peranan yang penting bagi ekosistem lainnya seperti ekosistem padang lamun dan ekosistem mangrove Lalamentik 1991. Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan jenis dari komunitas ikan karang dalam hubungannya dengan terumbu karang adalah tutupan karang hidup Bel and Galzin 1984; Anderson 2002 Keanekaragaman subtratum Robert and Ormond 1987 dan 3 Keanekaragaman struktural Mc Clanahan 1994. Hal ini didukung oleh studi Chabanet et al. 1997yang me laporkan bahwa keanekaragaman dan kekayaan jenis dari kumpulan ikan karang adalah dihubungkan dengan banyak variabel karang seperti kompleksitas bangunan architectural atau tutupan karang bercabang, keanekaragaman, kekayaan jenis, kelimpahan, ukuran koloni, tutupan karang hidup, tutupan karang padat dan tutupan karang pipihmerayap. Acosta and Robertson 2002 mengatakan bahwa kelimpahan dan keanekaragaman ikan karang ditentukan pula oleh besar kecilnya luasan terumbu karang, terumbu karang yang lebih luas kelimpahan dan 20 keanekaragaman jenis ikan karang akan lebih tinggi dibandingkan dengan terumbu karang yang luasannya kecil. Hubungan antara terumbu karang sebagai habitat dan distribusi komunitas ikan karang adalah dapat dijelaskan oleh ketergantungan ikan karang pada terumbu karang yang menyediakan tempat makan, perlindungan dan reproduksi.

2.8 Hubungan Stok dengan Musim

Musim juga dapat mempengaruhi kondisi suatu perairan yang berdampak pada kondisi stok ikan. Fluktuasi hasil tangkapan dipengaruhi oleh keberadaan ikan, jumlah upaya penangkapan dan tingkat keberhasilan penangkapan. Respon ikan terhadap musim antara lain akan mendekati atau menjauhi suatu daerah, mudah atau sulit untuk ditangkap, menyebar atau bergerombol dan terjadinya perubahan stok perikanan karena kondisi oseanografi. Respon upaya penangkapan ikan terhadap musim diantaranya adalah banyaknya ikan yang ditangkap, keadaan cuaca dan keuntungan yang diperoleh. Untuk melakukan penangkapan dengan efisien diperlukan informasi yan tepat, seperti saat musim penangkapan yang baik. Informasi mengenai pola musim penangkapan digunakan untuk menentukan waktu yang tepat dalam operasi penangkapan. Kondisi Kepulauan Guraici di pengaruhi oleh dua musim besar, yaitu musim Barat pada bulan Desember sampai Maret dan musim Timur pada bulan Juni-Oktober. Di wilayah Kepulauan Guraici ini daerah bertekanan tinggi terjadi di belahan bumi Utara mengakibatkan angin terbanyak bertiup dari arah Utara yang terjadi pada bulan Januari sampai April. Sedangkan pada bulan Mei sampai Oktober angin terbanyak bertiup dari arah Selatan. Selanjutnya pada bulan Nopember sampai Desember angin bertiup dari arah Barat BMG 2009. Sedangkan kondisi suhu berkisar antara 28-34 O C. Suhu maksimum terjadi pada bulan Desember sampai Januari dan Suhu minimum pada bulan Juli sampai Agustus. Kondisi salinitas berkisar antara 32-38 ppm. Salinitas maksimum terjadi pada bulan Juli sampai Agustus. Gelombang, tinggi gelobang berkisar antara 0.60-1.10 meter. Gelombang tertinggi terjadi pada bulan Juni DISHIDROS TNI- AL 2009. Arus air erat kaitannya dengan sirkulasi massa air di suatu kawasan perairan. Di Perairan Kepulauan Guraici, kecepatan arus rata-rata bulanan berkisar antara 1 cmdetik hinga 45 cmdetik dengan kecepatan maksimum terjadi pada bulan Maret dan Mei. Pasang surut berdasarkan data pasang surut