Strategi pengelolaan ikan dolosi biru (caesio caerulaurea) di perairan kepulauan guraici Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara

(1)

STRATEGI PENGELOLAAN IKAN DOLOSI BIRU

(Caesio caerulaurea) DI PERAIRAN KEPULAUAN GURAICI

KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

PROVINSI MALUKU UTARA

KUSDI HI IKSAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi berjudul Strategi Pengelolaan Ikan Dolosi biru (Caesio caerulaurea) di Perairan Kepulauan Guraici Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara adalah hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2012

Kusdi Hi Iksan NRP. C261070031


(4)

(5)

ABSTRACT

Kusdi Hi Iksan. Management Strategies of Blue dolosi (Caesio caerulaurea) at Guraici Islands South Halmahera of North Moluccas Province (Under the direction of MENNOFATRIA BOER, KADARWAN SOEWARDI and YUNIZAR ERNAWATI)

Exploitation of blue dolosi (Caesio caerulaurea) at Guraici Islands are longstanding. The catches of fishermen decreased, while efforts to catch (trip) is increasing. This condition is feared to exceed the optimum sustainable. therefore it is necessary to evaluate the presence of blue dolosi fish stocks as a basis for sustainable management strategies. The data was collected directly by following the catching once a month throughout the year and filling the questionnaire. The results of the study, the size of the blue dolosi caught during the study ranged 165-327 mm. The length of the first fish caught by moroami is 247.83 mm. The size of fish that mature gonads is 241.30 mm. Spawning occurs throughout the year and the peak occurred in April and June. Catching occurred all year round and peak in August. The rate of exploitation (E) = 0.58 / year indicated that over fishing has occurred but did not achieve the maximum sustainable production. Maximum production is reached when the value of exploitation rate of 0.80 / year. Dolosi blue production at Guarici sea on May 2010 till April 2011 amounted to 49 361 kg / year. Maximum sustainable yield (MSY) amounted to 52 974 kg / year. To prevent overfishing, dolosi blue fish that first caught (Lc) maintained on the size 247.83 mm equivalent to the size of the mesh used in the bag is 0.75 inches and 2 inches on the wing, by maintaining the rate of exploitation of 0.58 / year, equivalent to the effort (trip) catching as many as 1956/year.


(6)

(7)

RINGKASAN

Kusdi Hi Iksan. Strategi Pengelolaan Ikan Dolosi biru (Caesio caerulaurea) di Perairan Kepulauan Guraici Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. Dibimbing oleh MENNOFATRIA BOER, KADARWAN SOEWARDI DAN YUNIZAR ERNAWATI

Kegiatan yang menonjol di Kepulauan Guraici adalah kegiatan penangkapan ikan. Kegiatan ini telah memberikan manfaat yang besar dalam membantu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pulau-pulau kecil dan pesisir sekitarnya. Ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) adalah salah satu ikan yang bernilai ekonomis tinggi, sebagai ikan konsumsi baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan. Ikan dolosi biru adalah salah satu ikan yang menjadi target tangkapan nelayan dalam jumlah yang besar. Kondisi ini dikuatirkan pada suatu saat akan terjadi pemanfaatan stok yang melampaui tingkat optimum lestari bahkan terjadinya lebih tangkap yang dapat mengancam sumberdaya tersebut, dan pada gilirannya berpengaruh pada tingkat pendapatan dan kesejahteraan nelayan

.

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian evaluasi sumberdaya perikanan ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) sebagai dasar strategi pengelolaan ikan yang lestari dan diharapkan keberlanjutan usaha dapat dipertahankan. Penelitian di laksanakan di perairan Kepulauan Guraici Kabupaten Halmahera Selatan, waktu penelitian selama satu tahun, mulai April 2010-Mei 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji aspek biologi reproduksi ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) dan distribusi (spasial dan temporal) untuk mengidentifikasi waktu dan daerah pemijahan, mengkaji pola penambahan baru (rekruitmen), mengkaji stok ikan dolosi biru untuk mengetahui tingkat eksploitasi optimum, produksi maksimum berkelanjutan secara biologi (MSY) sehingga dapat dirumuskan konsep dan strategi pengelolaan yang didasarkan pada kemampuan alamiah pembentukan stok, agar kelestarian stok dan keberlanjutan usaha dapat dipertahankan

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survei deskreptif, Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan mengikuti operasi penangkapan alat tangkap muroami satu kali sebulan selama satu tahun dan pencatatan seluruh hasil tangkapan ikan dolosi biru menggunakan kuisioner. Ikan dolosi biru memijah sepanjang tahun, puncaknya pada bulan April dan Juni. Daerah pemijahan diduga terdapat di seluruh stasiun perairan karang terutama pada stasiun perairan pulau Laigoma. Rekruitmen terjadi sepanjang tahun, puncaknya pada bulan Agustus. Ukuran panjang ikan pertama tertangkap alat tangkap moroami adalah 247.83 mm dan ukuran ikan pertama kali matang gonad adalah 241.30 mm. Panjang infiniti (L∞) jantan 341.78 mm, betina 330.23. Koofisien pertumbuhan (K) ikan jantan 0.57/tahun dan betina 0.59/tahun. Laju kematian total (Z)= 1.51/tahun, laju kematian alami (M) 0.64/tahun dan laju kematian penangkapan (F) 0. 87/tahun. Laju eksploitasi (E) 0.58/tahun. Berdasarkan analisis Y/R’ dan B/R’ pada kondisi sekarang di perairan Kepulauan Guraici pemanfaatan ikan dolosi biru (C. caerulaurea) berada pada tingkat eksploitasi sebesar 0.58/tahun, ukuran relatif panjang total ikan pertama kali tertangkap muroami C= 0.72 (Lc=247.83 mm). Pada tingkat eksploitasi dan ukuran tangkapan tersebut didapatkan Y/R’ sebesar 0.0820 dengan nilai B/R’ sebesar 0.28 (28%), namun tidak mencapai Y/R’maks (MSY). Y/R’maks sebesar 0.0880, dengan niali B/R’ sebesar 11%. Kondisi sekarang ketika dihubungkan


(8)

viii

dengan batas eksploitasi optimum, maka eksploitasi ikan dolosi biru sudah melewati batas optimum tangkap lestari (Eopt= 0.50/tahun).

Laju eksploitasi yang terjadi terindikasi telah tejadi lebih tangkap namun tidak mencapai produksi maksimum lestari. Produksi maksimum dicapai pada laju eksploitasi 0.80/tahun. Produksi ikan dolosi biru di perairan Guarici (Mei 2010-April 2011) sebesar 49.361 kg/tahun. Produksi maksimum berkelanjutan secara biologi (MSY) sebesar 52.974 kg/tahun. Untuk mencegah terjadinya penangkapan lebih (overfishing), ukuran panjang ikan dolosi biru pertama kali tertangkap (Lc) tetap di pertahankan pada ukuran 247.83 mm setara dengan ukuran mata jaring bagian kantung yang digunakan sekarang yaitu 0.75 inci dan 2 inci pada bagian sayap, dengan tetap memertahankan laju eksploitasi 0.58/tahun, setara dengan upaya (trip) penangkapan sebanyak 1956/tahun.


(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(10)

(11)

STRATEGI PENGELOLAAN IKAN DOLOSI BIRU

(Caesio caerulaurea) DI PERAIRAN KEPULAUAN GURAICI

KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

PROVINSI MALUKU UTARA

KUSDI HI IKSAN

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(12)

xii

Penguji pada Ujian Tertutup : 1. Dr. Ir. Rahmat Kurnia, M.Si 2. Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si

Penguji pada Ujian Terbuka : 1.Dr. Ir. Mukhlis Kamal, M.Sc


(13)

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul Disertasi : Strategi Pengelolaan Ikan Dolosi Biru (Caesio

caerulaurea) di Perairan Kepulauan Guraici

Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara

Nama Mahasiswa : Kusdi Hi Iksan

NRP : C261070031

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Perairan (SDP)

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA Ketua

Prof. Dr. Ir. Kadarwan Soewardi Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS

Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


(14)

(15)

PRAKATA

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, inayah dan petunjukNya, sehingga dapat terselesainya disertasi dengan judul Strategi Pengelolaan Ikan Dolosi biru (Caesio caerulaurea) di Perairan Kepulauan Guraici Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. Disertasi ini berisi kajian distribusi spasial temporal, bioreproduksi, pertumbuhan dan evaluasi stok, dalam menentukan strategi pengelolaan ikan dolosi di Perairan Kepulauan Guraici Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara

Terima kasih tak terhingga penulis ucapkan kepada komisi pembimbing

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA; Prof.Dr. Ir. Kadarwan Soewardi dan Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.S selaku komisi pembimbing yang dengan rela dan

ikhlasnya membimbing penulis. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian Disertasi ini. Terima kasih yang tak terhingga kepada ibunda tersayang Haja Siti Hawa Musa dan ayahanda Yusuf Hi. Ichsan (alm). Terima kasih yang tak terhingga kepada istri tercinta Urfa Salim, SP., ananda Najla Syifah, Aura Khumairah, dan Fadil Sains atas curahan perhatian, doa, kesabaran dan dorongan semangat demi keberhasilan studi. Disertasi ini di persembahkan kepada Ibunda Siti Hawa Musa dan Ayahanda Yusuf Hi. Ichsan (alm)

Bogor, Agustus 2012 Kusdi Hi. Iksan


(16)

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Ternate tanggal 4 Mei 1973, anak ketiga dari pasangan ayahanda Yusuf Hi. Ichsan (alm) dan Siti Hawa Musa. Menyelesaikan Program Strata satu (S1) di Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) Fakultas Pertanian Universitas Khairun Ternate tahun 1997. Tahun 2002 penulis diangkat sebagai dosen tetap di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Kesempatan melanjutkan Program Strata Dua (S2) di Program Pascasarjana Ilmu Perairan (AIR) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Peranian Bogar, selesai tahun 2005. Tahun 2007 melanjutan ke jenjang Strata Tiga (S3) di Sekolah Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan (SDP), dengan biaya beasiswa BPPS Dikti (2007-2010).

Selama mengikuti program S3, penulis menerbitkan dua buah artikel yang merupakan bagian dari disertasi penulis. Artikel pertama berjudul Reproduksi dan Pertumbuhan Ikan Dolosi biru (Caesio caerulaurea) di Perairan Kepulauan guraici Provinsi Maluku Utara pada Jurnal Ilmia Sorihi Vol. 1 No.3 ,Juli 2011. Artikel kedua berjudul Evaluasi Sumberdaya Sebagai Dasar Strategi Pengelolaan Ikan Dolosi Caesio (Studi Kasus Perikanan Ikan Dolosi biru Caesio caerulaurea

di Perairan Kepulauan Guraici Provinsi Maluku Utara) pada Jurnal Ilmia Sorihi Vol. 2 No.3, Desember 2011.


(18)

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……… xiv

DAFTAR GAMBAR ……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xviv

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….………. 1

1.2 Perumusan Masalah ……….……… 2

1.3 Pendekatan Masalah ……….……….. 3

1.4 Tujuan Penelitian …………..……… 4

1.5 Manfaat Penelitian ……… 4

1.6 Hipotesis ………..……….. 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ciri dan Morfologi Ikan Dolosi biru (Caesio caerulaurea)…. 5 2.2 Makanan dan Kebiasaan Makanan ………..……… 6

2.3 Karakteristik Habitat dan Penyebaran …………..………… 7

2.4 Perikanan Ikan Dolosi (Caesionidae) ………..………. 11

2.5 Struktur dan Dinamika Stok ……….………….. 12

2.6 Siklus Hidup dan Reproduksi ………..……….. 14

2.7 Hubungan Stok dengan Tempat ……….………... 19

2.8 Hubungan Stok dengan Musim ……….…………. 20

2.9 Pertumbuhan ……….……… 21

2.10 Hubungan panjang berat ……….………... 22

2.11 Mortalitas ……….………... 24

2.12 Rekrutmen ……….. 25

2.13 Eksploitasi ……….………. 26

2.14 Penangkapan Ikan Dolosi (Caesio)…….……… 26

2.15 Evaluasi Sumberdaya Perikanan………..………. 28

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………...………. 31

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ……….. 31

3.3 Metode Pengumpulan Data ………...………. 32

3.4 Metode Pengukuran dan Pengamatan ………. 32

3.5 Analisis Data ………. 34

4 HASIL PENELITIAN 4.1 Distribusi Ukuran Panjang Ikan Dolosi Biru (Caesio caerulaurea) di Kepulauan Guraici…………..….. 47

4.2 Nisbah Kelamin ……….…… 48

4.3 Faktor Kondisi………..….……. 50

4.4 Tingkat Kematangan Gonad………..….………. 51

4.5 Indeks Kematangan Gonad ……… 54

4.6 Fekunditas ………. 54


(20)

xx

4.8 Hubungan Panjang Berat Ikan Dolosi Biru

(Caesio caerulaurea) ………. 57

4.9 Pergeseran Modus Panjang Ikan Dolosi biru (C. Caerulaurea) ………. 63

4.10 Ukuran ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) pertama kali tertangkap muroami ………. 65

4.11 Parameter Pertumbuhan ..………. 68

4.12 Mortalitas ……….. 69

4.13 Laju Eksploitasi (E) ………. 70

4.14 Pola Penambahan Baru (Rekrutmen) ……….… 71

4.15 Produksi ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea)………… 75

4.16 Hasil Tangkapan Persatuan Upaya (CPUE) ………….. 76

4.17 Analisis Stok Berdasarkan Hasil Tangkapan per Penambahan Baru Relatif (Y/R)’……… 77

4.18 Analisis Stok berdasarkan Biomassa per Penambahan Baru Relatif (B/R)’ ………. 85

4.19 Parameter lingkungan ……… 87

5 PEMBAHASAN 5.1 Distribusi Ukuran Ikan Dolosi Biru ……… 93

5.2 Reproduksi Ikan Dolosi Biru (Caesio caerulaurea)…….. 93

5.3 Pertumbuhan Populasi Ikan Dolosi Biru (C. caerulaurea) di Perairan Kepulauan Guraici ……… 98

5.4 Pola Hubungan Penambahan baru (rekrutmen) dan Pemijahan ……….. 101

5.5 Mortalitas Ikan Dolosi biru di Perairan Kepulaun Guraici ……… 104

5.6 Parameter Lingkungan ……… 105

5.7 Status Perikanan Ikan Dolosi Biru di Perairan Kepulauan Guraici ………. 106

5.8 ProduksiMaksimum Berkelanjutan (MSY)Guraici ….. 107

5.9 Strategi Pengelolaan Ikan Dolosi Biru (Caesio caerulaurea) di Perairan Kepulauan Guraici… 111 5.10 Kebaruan (Novelty) ... 117

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ……….. 119

6.2 Saran ………. 119

DAFTAR PUSTAKA ………. 121


(21)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Klasifikasi tingkat kematangan gonad ……….. 34 2 Nisbah kelamin (jantan:betina) ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea)

di Kepulauan Guraici ………... 48

3 Nisbah kelamin (jantan:betina) ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea)

berdasarkan struktur ukuran di Kepulauan Guraici …..……….. 49 4 Jumlah ikan C. caerulaurea jantan belum matang gonad dan matang

gonad berdasarkan waktu sampling………. 51

5 Jumlah ikan C. caerulaurea betina belum matang gonad dan matang

gonad berdasarkan waktu sampling………..….. 52

6 Distribusi ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) betina matang gonad berdasarkan lokasi dan waktu sampling di Perairan Kepulauan

Guraici ……….………..……….….. 53

7 Ukuran panjang total ikan betina pertama kali matang gonad (Lm50%)

secara umum maupun berdasarkan lokasi penelitian (stasiun) ……… 56 8 Hubungan panjang berat ikan dolosi biru jantan, betina dan

gabungan jantan betina ……….……. 58

9 Hubungan panjang berat ikan dolosi biru jantan dan betina

berdasarkan waktu sampling (bulan) ……….…………... 59

10 Hubungan panjang berat ikan dolosi biru jantan dan betina

berdasarkan lokasi sampling (stasiun) ………. 63

11 Ukuran ikan pertama tertangkap alat tangkap muroami (Lc)

berdasrkan lokasi penelitian (stasiun) ……….………. 66 12 Parameter pertumbuhan ikan dolosi biru (C. caerulaurea) di Perairan

Kepulauan Guraici ……….………. 68

13 Parameter pertumbuhan ikan dolosi biru (C. caerulaurea) berdasarkan lokasi sampling (stasiun) di Perairan Kepulauan

Guarici……….……….. 69

14 Nilai mortalitas total (Z), mortalitas alami (M), mortalitas penangkapan (F), suhu rata-rata tahunan (0C) dan status Eksploitasi

(E) pada stasiun 1 sampai 5 ……….……. 70

15 Proporsi bulanan penambahan baru ikan dolosi biru di Perairan

Kepulauan Guraici ………..…………. 71

16 Proporsi bulanan penambahan baru ikan dolosi biru di Stasiun 1

perairan Pulau Gunange Kepulauan Guraici ………..…... 72 17 Proporsi bulanan penambahan baru ikan dolosi biru di Stasiun 2

perairan Pulau Talimau Kepulauan Guraici ………...…. 72

18 Proporsi bulanan penambahan baru ikan dolosi biru di Stasiun 3

perairan Pulau Laigoma Kepulauan Guraici ………..……. 73 19 Proporsi bulanan penambahan baru ikan dolosi biru di Stasiun 4 74


(22)

xxii

perairan Pulau Siko Kepulauan Guraici ………... 20 Proporsi bulanan penambahan baru ikan dolosi biru di Stasiun 5

perairan Pulau Gafi Kepulauan Guraici ………..……. 74 21 Produksi ikan dolosi biru, upaya (trip) dan CPUE bulanan alat

tangkap muroami ( Mei 2010-April 2011) di Perairan Kepulaun

Guraici ………..……… 76

22 Variabel yang dibutuhkan dalam perhitungan hasil per penambahan

baru relatif (Y/R)’ ………. 78

23 Nilai rata-rata parameter kualitan air pada perairan Kepulaun Guarici

berdasarkan waktu sampling (bulan) ………...………. 87

24 Nilai rata-rata parameter kualitan air pada perairan Kepulaun Guarici

berdasarkan lokasi sampling (stasiun) ………..……... 87 25 Kondisi stok ikan dolosi biru di Perairan Kepulauan Guraici …………. 113


(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pendekatan masalah ……… 3

2 Ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) ... 5 3 Peta distribusi ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) ……...……... 10 4 Jaring Muroami dan Operasi penangkapan (Sumber: Carpenter

1988) ………..…. 27

5 Lokasi pengambilan sampel ... 31 6 Diagram Alir Kerangka Penelitian …………...………... 45 7 Distribusi ikan dalosi biru (Caesio caerulaurea) berdasarkan

Panjang total (mm) pada waktu sampling dan lokasi sampling ... 47 8 Nisbah kelamin ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea)

berdasarkan (a) waktu sampling dan (b) lokasi sampling ……….. 49 9 Faktor kondisi ikan jantan dan betina berdasarkan waktu (bulan).. 50 10 Faktor kondisi ikan jantan dan betina berdasarkan lokasi

sampling (stasiun) ……….. 50

11 Tingkat kematangan gonad (TKG) Ikan C. caerulaurea (a) jantan dan (b) betina berdasarkan waktu sampling di perairan

Kepulauan Guraici ……….. 52

12 Ikan C. caerulaurea betina matang gonad berdasarkan lokasi

(stasiun) pengamatan di perairan Kepulauan Guraici …..………… 53 13 Ikan C. caerulaurea betina matang gonad berdasarkan waktu

(bulan) pengamatan di perairan Kepulauan Guraici …………..….. 54 14 Fluktuasi IKG pada ikan matang gonad di perairan Kepulauan

Guraici Mei 2010 sampai April 2011 ……….……… 54 15 Hubungan panjang total dan fekunditas ikan dolosi biru (Caesio

caerulaurea) pada ikan matang gonad TKG 4 ……….. 55

16 Ukuran rata-rata panjang total ikan dolosi biru (C .caerulaurea)

betina pertama matang gonad ………..……….. 56

17 Hubungan panjang berat total jantan betina ikan dolosi biru

(Caesio caerulaurea) …..………. 57

18 Hubungan panjang berat jantan betina ikan dolosi biru (Caesio

caerulaurea) ……… 58

19 Grafik hubungan panjang berat ikan dalosi biru jantan

berdasarkan waktu sampling (bulan) …..……… 60

20 Grafik hubungan panjang berat ikan dolosi betina berdasarkan

waktu sampling (bulan) ……….……… 61

21 Grafik hubungan panjang berat ikan dolosi biru jantan dan betina

berdasarkan stasiun sampling (lokasi) …………..………. 62 22 Ukuran rata-rata panjang total ikan dolosi biru (C.caerulaurea)

pertama tertangkap muroami di perairan Kepulauan Guraici

(a.gabungan jantan betina; b. jantan; c.betina ……….. 65 23 Ukuran rata-rata panjang total ikan dolosi biru (C.caerulaurea)


(24)

xxiv

Gunange Kepulauan Guraici ………..……….

24 Ukuran rata-rata panjang total ikan dolosi biru (C.caerulaurea) pertama tertangkap muroami di stasiun 2 perairan Pulau Talimau

Kepulauan Guraici ………..……….. 66

25 Ukuran rata-rata panjang total ikan dolosi biru (C.caerulaurea) pertama tertangkap muroami di stasiun 3 perairan Pulau Laigoma

Kepulauan Guraici ………. 67

26 Ukuran rata-rata panjang total ikan dolosi biru (C.caerulaurea) pertama tertangkap muroami di stasiun 4 perairan Pulau Siko

Kepulauan Guraici ……….……… 67

27 Ukuran rata-rata panjang total ikan dolosi biru (C.caerulaurea) pertama tertangkap muroami di stasiun 5 perairan Pulau Gafi

Kepulauan Guraici ………. 67

28 Kurva pertumbuhan ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) Gabungan jantan betina, jantan dan betina di perairan Kepulauan

Guraici ……….……… 69

29 Pola penambahan baru (rekruitmen) tahunan ikan dolosi biru (C.

caerulaurea) di perairan Kepulauan Guraici ………...……… 71

30 Pola penambahan baru (rekrutmen) tahunan ikan dolosi biru (C.

caerulaurea) di perairan Pulau Gunange Kepulauan Guraici ……. 72

31 Pola penambahan baru (rekruitmen) tahunan ikan dolosi biru (C.

caerulaurea) di perairan Pulau Talimau Kepulauan Guraici ……… 73

32 Pola penambahan baru (rekruitmen) tahunan ikan dolosi biru (C.

caerulaurea) di perairan Pulau Laigoma Kepulauan Guraici …….. 73

33 Pola penambahan baru (rekruitmen) tahunan ikan dolosi biru (C.

caerulaurea) di perairan Pulau Siko kepulauan Guraici ………….. 74

34 Pola penambahan baru (rekruitmen) tahunan ikan dolosi biru (C.

caerulaurea) di perairan Pulau Gafi kepulauan Guraici …………... 75

35 Hubungan antara hasil tangkapan per upaya (CPUE) ikan dolosi biru dengan upaya penangkapan (trip) alat tangkap muroami di

perairan Kepulauan Guraici ……….. 76

36 Hubungan antara laju eksploitasi (E) dengan hasil tangkapan per penambahan baru relatif (Y/R)’ pada berbagai panjang relatif

pertama kali tertangkap C (Lc/L∞) …………..………. 79 37 Hubungan antara laju eksploitasi (E) dengan hasil tangkapan per

penambahan baru relatif (Y/R)’ pada berbagai panjang relatif

pertama kali tertangkap C (Lc/L∞) ………….……….. 80 38 Hubungan antara laju eksploitasi (E) dengan hasil tangkapan per

penambahan baru relatif (Y/R)’ pada berbagai panjang relatif

pertama kali tertangkap C (Lc/L∞) ………….……….. 81 39 Hubungan antara laju eksploitasi (E) dengan hasil tangkapan per

penambahan baru relatif (Y/R)’ pada berbagai panjang relatif

pertama kali tertangkap C (Lc/L∞) ………….……….. 81 40 Hubungan antara laju eksploitasi (E) dengan hasil tangkapan per

penambahan baru relatif (Y/R)’ pada berbagai panjang relatif

pertama kali tertangkap C (Lc/L∞) ………... 81 41 Hubungan antara laju eksploitasi (E) dengan hasil tangkapan per


(25)

pertama kali tertangkap C (Lc/L∞) ………….……….. 42 Hubungan antara panjang relatif pertama kali tertangkap C

(Lc/L∞) dengan hasil tangkapan per penambahan baru relatif

(Y/R)’ pada berbagai tingkat eksploitasi (E) …..………. 82 43 Hubungan antara panjang relatif pertama kali tertangkap C

(Lc/L∞) dengan hasil tangkapan per penambahan baru relatif

(Y/R)’ pada berbagai tingkat eksploitasi (E) …..………. 83 44 Hubungan antara panjang relatif pertama kali tertangkap C

(Lc/L∞) dengan hasil tangkapan per penambahan baru relatif

(Y/R)’ pada berbagai tingkat eksploitasi (E) …..………. 83 45 Hubungan antara panjang relatif pertama kali tertangkap C

(Lc/L∞) dengan hasil tangkapan per penambahan baru relatif

(Y/R)’ pada berbagai tingkat eksploitasi (E) …..………. 84 46 Hubungan antara panjang relatif pertama kali tertangkap C

(Lc/L∞) dengan hasil tangkapan per penambahan baru relatif

(Y/R)’ pada berbagai tingkat eksploitasi (E) …..………. 84 47 Hubungan antara panjang relatif pertama kali tertangkap C

(Lc/L∞) dengan hasil tangkapan per penambahan baru relatif

(Y/R)’ pada berbagai tingkat eksploitasi (E) …..………. 84 48 Hubungan antara laju eksploitasi (E) dengan Biomassa per

penambahan baru relatif (B/R)’ pada berbagai panjang relatif

pertama kali tertangkap C (Lc/L∞) ……… 86 49 Distribusi suhu rata-rata permukaan bulanan dan lokasi

pengamatan ………. 88

50 Distribusi salinitas rata-rata permukaan bulanan dan lokasi

pengamatan ………. 89

51 Distribusi kecepatan arus permukaan rata-rata permukaan

bulanan dan lokasi pengamatan …...……….. 89

52 Distribusi kecerahan perairan rata-rata bulanan dan lokasi

pengamatan...………. 90

53 Distribusi pH rata-rata bulanan dan lokasi pengamatan ………... 90 54 Distribusi DO (mg/l) rata-rata permukaan bulanan dan lokasi

pengamatan ………. 91

55 Distribusi nitrat (mg/l) rata-rata permukaan bulanan dan lokasi

pengamatan …………..……….. 92

56 Distribusi ortofosfat (mg/l) rata-rata permukaan bulanan dan

lokasi pengamatan …..………... 92

57 Pola Hubungan pemijahan dan penambahan baru ikan dolosi biru

di perairan Kepulauan Guraici ………..……….. 102 58 Sebaran frekuensi ukuran panjang ikan dolosi biru (Caesio

caerulaurea) pada waktu pengamatan …..……… 103

59 Grafik hasil tangkapan per penambahan baru relatif maksimum (MSY) dengan laju eksploitasi pada ukuran tangkapan secara

umum diperairan Kepulauan Guraici ………. 108

60 Grafik hasil tangkapan per penambahan baru relatif maksimum (MSY) dengan laju eksploitasi pada ukuran tangkapan pada


(26)

xxvi

61 Grafik hasil tangkapan per penambahan baru relatif maksimum (MSY) dengan laju eksploitasi pada ukuran tangkapan pada

stasiun 2 (Perairan Talimau) Kepulauan Guraici ………. 109 62 Grafik hasil tangkapan per penambahan baru relatif maksimum

(MSY) dengan laju eksploitasi pada ukuran tangkapan pada

stasiun 2 (Perairan Laigoma)) Kepulauan Guraici ……… 109 63 Grafik hasil tangkapan per penambahan baru relatif maksimum

(MSY) dengan laju eksploitasi pada ukuran tangkapan pada

stasiun 4 (Perairan Siko) Kepulauan Guraici ……… 110 64 Grafik hasil tangkapan per penambahan baru relatif maksimum

(MSY) dengan laju eksploitasi pada ukuran tangkapan pada


(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Struktur ukuran panjang total gabung jantan betina ikan dolosi biru

(C. caerulaurea) ………. 129

2 Struktur ukuran panjang total ikan dolosi biru jantan (C.

caerulaurea) ……….. 130

3 Struktur ukuran panjang total ikan dolosi biru betina (C.

caerulaurea) ……….. 131

4 Kurva hasil tangkapan konfersi panjang (length converted catch

curve) total gabungan jantan betina berdasarkan model plot

Beverton dan Holt dengan bantuan program ELEFAN II ……… 132 5 Kurva hasil tangkapan konfersi panjang (length converted catch

curve) total gabungan jantan betina per stasiun berdasarkan model

plot Beverton dan Holt dengan bantuan program ELEFAN II ……… 133 6 Analisis standarisasi alat tangkap ………. 135 7 Hubungan hasil tangkapan per rekruitmen relative (Y/R)’ dan B/R’

dengan koofisien eksploitasi (E) pada berbagai nilai C = (Lc/Loo)

dan Y/R’ dengan C pada berbagai tingkata E, (M/K = 1.08)……….. 136 8 Perhitungan Hasil Tangkapan Total per rekrutmen terhadap

perubahan Laju Eksploitasi dan Ukuran Relatif C (= Lc/Loo) ………. 137 9 Hubungan hasil tangkapan per rekruitmen relative (Y/R)’ dengan

koofisien eksploitasi (E) pada berbagai nilai C = (Lc/Loo) dan Y/R’

dengan C pada berbagai tingkata E, berdasarkan stasiun …………. 138 10 Perhitungan hasil tangkapan per rekruitmen terhadap perubahan

Laju Eksploitasi dan Ukuran Relatif C (= Lc/Loo) berdasarkan

staiun ………. 141

11 Parameter Lingkungan ………. 144

12 Dokumentasi Lapangan ……… 148


(28)

(29)

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan ekonomi yang menonjol di Perairan Kepulauan Guraici Maluku Utara adalah kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan (penangkapan ikan). Kegiatan ini telah memberikan manfaat yang besar dalam membantu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pulau-pulau kecil dan pesisir sekitarnya. Namun demikian kegiatan ini juga berdampak biologi dan ekonomi yang cukup serius dalam jangka panjang, yang berdampak langsung terhadap keberadaan atau ketersedian populasi ikan dan kerusakan habitat yang pada gilirannya berpengaruh pada tingkat pendapatan dan kesejahteraan nelayan.

Beberapa jenis ikan demersal yang mendiami perairan karang Kepulauan Guraici yang menjadi target penangkapan antara lain adalah ikan-ikan dari genus

Caesio famili Caesionidae. Ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) adalah salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi, sudah lama dikenal oleh masyarakat setempat sebagai ikan konsumsi baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan (asapan dan pindang), ikan ini merupakan salah satu jenis ikan yang dominan tertangkap. Nilai ekonomisnya yang cukup tinggi sehingga ikan tersebut merupakan salah satu sasaran dalam usaha perikanan, akibatnya tingkat eksploitasi cenderung meningkat. Kondisi ini dikwatirkan pada suatu saat akan terjadi pemanfaatan stok yang melampaui tingkat optimum lestari.

Selain itu, sejauh ini informasi penelitian ikan-ikan karang di Kepulauan Guraici Maluku Utara masih sangat terbatas, seperti: penelitian model pemanfaatan sumberdaya perikanan karang (Studi kasus perikanan lencam

Letherinus lentjam di kawasan terumbu karang Kepulauan Guraici (Marsaoli

2001), dan penelitian identifikasi rencana kawasan konservasi laut daerah (PSL 2004). Informasi atau kajian bioekologi dan stok ikan dolosi biru secara umum di perairan Maluku Utara belum pernah dilakukan dan khususnya di perairan Kepulauan Guraici.

Tidak adanya informasi mengenai potensi lestari menyebabkan kesulitan dalam pengambilan keputusan pengelolaaan yang tepat, akibatnya terjadi pemanfaatan sumberdaya ikan yang tidak berdasarkan potensi stok, yang dapat mengancam sumberdaya tersebut, karena lebih tangkap. Lebih tangkap dapat berupa lebih tangkap pertumbuhan (growth overfishing) dan lebih tangkap rekrutmen (recruitment overfishing) (Pauly 1980). Lebih tangkap pertumbuhan


(30)

2

terjadi karena ikan-ikan muda yang masuk ke dalam perikanan atau ke daerah penangkapan sudah tertangkap sebelum mencapai ukuran yang boleh ditangkap, sedangkan lebih tangkap rekrutmen (recruitment overfishing) terjadi karena penangkapan secara besar-besaran terhadap ikan-ikan dewasa baik yang matang gonad maupun tidak. Sehingga makin lama jumlahnya makin berkurang, pada suatu saat tidak cukup induk-induk dari ikan dolosi biru (Caesio

Caerulaurea) yang tersedia untuk menghasilkan ikan-ikan muda untuk

mempertahankan dirinya. Sampai saat ini belum diketahui informasi stok ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) dan umumnya ikan dari famili ini, sehingga tidak dapat diketahui berapa jumlah stok lestari, bagaimana pola distribusi, pertumbuhan, kapan dan dimana ikan ini memijah kapan ikan ini bisa ditangkap dan berapa banyak yang harus ditangkap.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka di perlukan evaluasi status perikanan ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) saat ini. Untuk kepentingan pengelolaan suatu sumberdaya perikanan, diperlukan informasi bioreproduksi dan dinamika stok sebagai bagian dari dasar penyusunan konsep pengelolaan ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) di Kepulauan Guraici.

1.2 Perumusan Masalah

Eksploitasi ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) di Perairan Kepulauan Guraici dan sekitarnya sudah berlangsung lama dilakukan oleh masyarakat atau nelayan setempat. Hasil tangkapan nelayan semakin hari semakin berkurang, sedangkan frekuensi tangkapan semakin meningkat. Kemudian ukuran ikan tangkapan yang diperoleh didominasi oleh ikan-ikan berukuran kecil. Kecenderungan penurunan hasil tangkapan ini dapat terlihat dari salah satu sumber data produksi ikan dolosi (Caesio) dari Koperasi Nelayan Permata Biru Desa Lelei Kepulauan Guraici pada tiga tahun terakhir. Tahun 2006 produksi ikan dolosi (Caesio) sebesar 137.920 ton, tahun 2007 menurun 111.942 ton dan tahun 2008 turun menjadi 91.052 ton.

Penurunan hasil tangkapan atau produksi di atas mengindikasikan terjadinya penurunan kelimpahan ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) di perairan Kepulauan Guraici. Penurunan stok tersebut diduga akibat terjadi peningkatan intensitas penangkapan sumberdaya ikan dolosi (Caesio), sehingga terjadinya tangkap lebih. Peningkatan intensitas eksploitasi dilihat dari dua hal, yaitu: pertama: peningkatan upaya penangkapan (penambahan jumlah trip


(31)

3

tangkap) yang beroperasi di perairan Kepulauan Guraici, kedua: penangkapan menggunakan bahan dan alat yang tidak ramah lingkungan mengakibatkan penurunan daya dukung lingkungan atau atau kerusakan habitat. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian evaluasi sumberdaya perikanan ikan dolosi biru (Caesio

caerulaurea)) sebagai dasar strategi pengelolaan ikan yang lestari dan

diharapkan keberlanjutan usaha dapat dipertahankan.

1.3 Pendekatan Masalah

Dalam rangka merumuskan kerangka pengelolaan yang tepat untuk mempertahankan kelestarian suatu sumberdaya, perlu dilakukan kajian tehadap sifat-sifat biologi dan ekologi sumberdaya tesebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas terlebih dahulu diketahui informasi : 1) Aspek biologi reproduksi, dinamika stok dan potensi pembentukan biomassa/stok ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea). Stok ikan dari suatu perairan akan terbentuk dari hasil pertumbuhan (G) dan rekrutmen (R), dan akan berkurang oleh kematian alami (M) dan kematian akibat penangkapan (F). 2) Laju eksploitasi dan potensi stok ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea). Laju eksploitasi dan struktur stok dapat dipantau berdasarkan struktur ukuran hasil tangkapan yang dikumpulkan berdasarkan seri waktu. Bagan alir pendekatan masalah penelitian di sajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pendekatan masalah INPUT

Habitat

Stok Ikan

Alat Tangkap

Sesuai

PROSES

Pertumbuhan Rekrutmen Mortalitas Alami

Laju Penangkapan

Mortalitas Penangkapan

Stock ikan

C.caerulaurea

OUTPUT

Strategi Pengelolaan Ikan

C.caerulaure a

Hasil Tangkapan Optimum Lestari

tdk Ya


(32)

4

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah:

1. Mengkaji aspek biologi reproduksi ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) dan distribusi (spasial dan temporal) untuk mengidentifikasi waktu dan daerah pemijahan

2. Mengkaji pola penambahan baru (rekruitmen)

3. Mengkaji stok ikan dolosi biru (C. caerulaurea) untuk mengetahui tingkat eksploitasi optimum, produksi maksimum berkelanjutan secara biologi (MSY) 4. Merumuskan konsep dan strategi pengelolaan ikan dolosi biru (Caesio

caerulaurea) didasarkan pada kemampuan alamiah pembentukan stok,

sehingga kelestarian stok dan keberlanjutan usaha dapat dipertahankan

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah:

1. Menyediakan informasi dasar sebagai landasan bagi pengelolaan sumberdaya ikan dolosi (Caesio caerulaurea) di Perairan Kepulauan Guraici.

2. Tersedianya suatu konsep pengelolaan ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea)

yang didasarkan pada strategi pemanfaatan stok, sehingga kelestarian stok dan keberlanjutan usaha dapat dipertahankan.

1.6 Hipotesis

Apabila habitat sesuai, laju pertumbuhan dan rekrutmen optimal dan laju mortalitas alami kecil, sehingga stok ikan di alam tidak tergangu. Apabila laju eksploitasi dapat di kendalikan, laju mortalitas penangkapan optimum, sehingga hasil tangkapan maksimum dapat berkelanjutan.


(33)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ciri dan Morfologi Ikan Dolosi biru (Caesio caerulauea)

Badan memanjang dan agak pipih. Rahang dengan deretan gigi berbentuk kerucut. Lengkung kepala bagian atas cembung. Bentuk sirip ekor cagak dengan ujung sirip agak meruncing. Kepala bagian depan dan tulang penutup insang bagian bawah agak bersisik. Ujung belakang rahang mencapai garis tegak pinggiran pupil bagian depan. Lengkung garis rusuk sejajar lengkung dasar sirip punggung. Baris sisik datar memanjang. Sirip punggung dan sirip dubur sebagian besar tertutup sisik. Kepala dan badan bagian atas biru terang, bagian bawah putih kemerahan. Dari bagian belakang kepala sampai ke dasar sirip ekor terdapat garis kuning tepat di atas garis rusuk. Bercak hitam di atas dasar sirip dada. Punggung, sirip dada, sirip perut dan sirip dubur berwarna putih kemerahan. Sirip ekor merah, dengan bercak hitam panjang dan lebar pada bagian tengah masing-masing sisi ekor (Carpenter 1988).

Gambar 2 Ikan Dolosi Biru (Caesio caerulaurea) Sumber : Carpenter (1988)

Carpenter (1988) ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Bilateria

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata


(34)

6

Class : Osteichthyes

Subclass : Actinopterygii Superorder : Acanthopterygii

Order : Perciformes

Suborder : Percoidei

Family : Caesionidae

Genus : Caesio

Specific name : caerulaurea

Scientific name : Caesio caerulaurea Lacepede, 1801

2.2 Makanan dan Kebiasaan Makan

Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan oleh makanan yang tersedia. Makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan diserap oleh ikan sehingga dapat digunakan untuk menjalankan metabolisme tubuhnya. Kebiasaan makan ikan penting untuk diketahui, karena pengetahuan ini memberikan petunjuk tentang pakan, dan selera organisme terhadap makanan. Jenis-jenis makanan yang dimakan biasanya tergantung pada umur ikan, tempat dan musim. Cowx (1994) in Satria dan Kartamihardja (2002) melaporkan bahwa makanan merupakan kunci pokok bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Selanjutnya dikatakan bahwa kekurangan makanan merupakan faktor pembatas bagi perkembangan populasi ikan di perairan. Beberapa faktor makanan yang berhubungan dengan populasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, akses terhadap makanan, dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi tersebut. Adanya makanan di perairan selain dipengaruhi oleh kondisi biotik seperti di atas, ditentukan pula oleh kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan. Kebiasaan makan ikan meliputi jenis kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan (Lagler et al. 1977). Kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran ikan dalam memanfaatkan makanan yang tersedia, habitat hidupnya, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, ukuran dan umur ikan, periode harian mencari makanan dan jenis kompetitor (Hickley 1993 in Satria dan Kartamihardja 2002).

Kebanyakan spesies ikan memiliki kebiasaan makanan yang bervariasi. Tidak semua jenis makanan yang ada di lingkungan perairan disukai oleh ikan. Beberapa faktor yang menentukan dimakan atau tidaknya suatu jenis makanan


(35)

7

oleh ikan adalah ukuran, warna, tekstur, dan selera ikan terhadap makanan. Ikan mengawali hidupnya dengan memanfaatkan makanan yang sesuai dengan ukuran mulutnya. Setelah ikan bertambah besar, makanannya akan berubah baik kuantitas maupun kualitasnya (Effendie 1997). Umumnya ikan memperlihatkan tingkat kesukaan makanan terhadap jenis makanan tertentu dan hal ini terlihat dalam jenis makanan yang dominan dalam lambungnya (Weatherley and Gill 1987 in Effendie 1997). Adapun organ-organ tubuh yang berperan dalam pengambilan makanan adalah mulut, gigi, tapis insang, lambung dan usus.

Mark et al. (1988); Carpenter (1985), mengatakan bahwa ikan Caesio caerulaurea dan Caesio cuning adalah plankton fider atau pemakan plankton dari jenis zooplankton. Salah satu jenis ikan dari famili Caesionidae adalah ikan ekor kuning termasuk jenis ikan buas. Makanan untuk ikan ekor kuning muda adalah Copepoda sedangkan untuk ikan dewasa memakan ubur-ubur, larva dan jenis ikan-ikan kecil (Murniyati 2004).

2.3 Karakteristik Habitat dan Penyebaran

Ikan dolosi biru (Caesio caerulaurea) adalah salah satu spesies dari kelompok Caesionidae yang tergolong dalam kelompok ikan karang. Ikan karang merupakan jenis ikan yang umumnya menetap atau relatif tidak berpindah tempat (sedentary) dan pergerakannya relatif mudah dijangkau. Jenis substrat untuk dijadikan habitat biasanya pada karang hidup, karang mati, pecahan karang dan karang lunak (Suharti 2005). Berdasarkan periode aktif mencari makan, ikan karang dapat dikelompokkan menjadi tiga (Adrim 1983; Terangi 2004), yaitu :

1). Ikan nokturnal (aktif ketika malam hari), sekitar 10 % jenis ikan karang yang memiliki sifat nokturnal, ikan ini bersembunyi di celah-celah karang atau gua karang sepanjang siang hari dan akan muncul kepermukaan air untuk mencari makan pada malam hari. Contohnya pada ikan-ikan dari suku Holocentridae (swanggi), suku Apogoninade, suku Hamulidae, Priacanthidae, Muraenidae, Serranidae, dan beberapa dari suku Mullidae. 2). Ikan diurnal(aktif ketika siang hari), 75 % ikan yang hidup di daerah terumbu

karang dan sebagian dari ikan-ikan ini berwarna sangat menarik serta umumnya sangat erat berkaitan dengan terumbu karang, contohnya pada ikan-ikan dari suku Labraidae, Chaetodontidae, Pomacentridae, Scaridae,


(36)

8

Acanthuridae, Bleniidae, Balistidae, Pomaccanthidae, Monacanthidae, Ostracionthidae, Etraodontidae, Canthigasteridae dan beberapa dari Mullidae. 3). Ikan crepuscular (aktif pada pagi hari atau pada sore sampai menjelang malam) contohnya pada ikan-ikan dari suku Sphyraenidae, Serranidae, Carangidae, Scorpaenidae, Synodontidae, Carcharhinidae, Lamnidae, Spyrnidae dan beberapa dari Muraenidae.

Ada beberapa ikan karang yang umumnya berukuran kecil dan sangat pandai menyamarkan dirinya dan menghabiskan sebagian besar waktunya bersembunyi di dalam struktur karang yang kompleks. Jenis ikan karang ini juga sering disebut ikan yang bersifat kriptik (tidak mudah dilihat) yang jumlahnya kurang lebih 30%. Berdasarkan karakteristik habitat, sebagian kecil ikan di terumbu karang hidupnya menguburkan diri di pasir, lumpur atau pecahan karang (rubble), contohnya ikan bloso, ikan sebelah/lidah dan sebagian ikan gobi (suku Gobiidae). Sebagian kelompok ikan berlindung dan menjelajah di terumbu karang yang termasuk didalamnya adalah ikan butana (herbivora), dan kelompok karnivora seperti ikan kakap dan ikan kerapu (Adrim 1983).

Sebagian kecil ikan karang ada yang hidup di kolom air dan menjelajah di daerah terumbu karang untuk mencari makan dan aktivitas hidup lainnya merupakan ikan karnivora. Banyak jenis ikan karang yang hidupnya soliter, berpasangan atau berkelompok (baik dalam jumlah kecil ataupun besar), berkelompok (scholing) merupakan satu strategi di kehidupan ikan yang hidupnya lebih banyak menjelajah di kolom air terbuka (Suharti 2005).

Secara ekologi, perkembangan ikan karang disebabkan beberapa faktor. (1) mobilitas dan ukuran ikan, yaitu ikan karang umumnya relatif tidak berpindah-pindah (sedentary) dan berukuran relatif kecil. (2) aksesibilitas (habitat yang mudah dicapai) yaitu perairannya relatif dangkal, berada di lingkungan yang hangat dan jernih dibandingkan dengan perairan yang lain. (3) skala pemanfaatan ruang/habitat yaitu ikan karang baik larva maupun dewasanya hidup di perairan yang relatif dangkal, dekat dengan substrat yang solid dan dekat dengan daratan. Siklus hidup ikan karang umumnya telah diketahui dan banyak diantara mereka hidup hanya beberapa tahun walaupun beberapa diantaranya bisa berumur panjang.

William and Hatcher (1983) in Djamali and Mubarak (1998), ada sepuluh famili utama ikan karang sebagai penyumbang produksi perikanan karang di great barier reef. Pada perairan karang Indonesia paling sedikit ada 10 family utama


(37)

9

sebagai penyumbang produksi perikanan (1) Caesionidae, (2) Holocentridae, (3) Serranidae, (4) Siganidae, (5) Scaridae, (6) Letrinidae, (7) Priacanthidae, (8) Labridae, (9) Lutjanidae dan (10) Haemulidae. Dari sepuluh family ikan karang, Caesionidae (ekor kuning dan pisang-pisang) merupakan kelompok ikan karang yang dieksploitasi secara relatif besar-besaran karena sebagai pemakan plankton dan membentuk kelompok (school) yang relatif besar.

Dalam perkiraan potensi ikan karang telah disepakati hanya beberapa jenis, diantaranya yaitu kerapu (Seranidae), lencam (Lethrinidae), ekor kuning, pisang-pisang (Caesionidae), kakatua (scaridae), dan napoleon/maming (labridae). Komunitas ikan karang juga merupakan sumberdaya ikan hias pada ukuran kecil (DPPK 2007). Caesionidae adalah jenis ikan yang bergerombol. Perilaku mereka yang bergerombol diperkirakan berhubungan dengan tekanan, Caesionidae secara aktif dimangsa oleh hewan yang tinggal di karang seperti grouper, snapper, jacks dan tunnus. Selama aktivitas siang hari yang normal kelompok ikan berenang pada kedalaman sedang dekat dengan tepi atau karang dalam posisi yang sama. Ketika mereka menemukan lokasi makan yang sesuai (diperkirakan ketika predator minimal), dimana arus tetap dan bagian kelompok zooplankton cukup rapat). Mereka memecah formasi dan mulai aktivitas makan. Dalam kelompok ini mereka berenang perlahan dan tidak sama, secara cepat, sergapan singkat ke depan pada saat mengambil zooplankton dari kolom air. Mereka dapat diamati berenang di sekitar karang, dimana beberapa anggota dari kelompok melambat dan berinteraksi dengan ikan wrasses. Selama awal rekrutmen sampai juvenil Caesionidae umumnya masih di area terbatas dekat dengan substrat. Ketika terancam, mereka dengan cepat menghindar dan berputar dari pada masuk ke celah-celah karang, mereka diam dan masih berada dekat dengan karang, seringkali dalam patahan atau retakan karang (Carpenter 1988).

Caesionidae seringkali berkelompok dalam kelompok spesies yang bercampur, terdiri dari 3 atau 4 spesies. Spesies dengan tanda yang sama, khususnya tanda pada bagian punggung, cenderung untuk ditemukan pada kelompok besar, sementara anggota individual tidak mencolok. Individu yang mencolok dari kumpulan lebih mudah dikenali predator. Untuk itu, kelompok dengan bintik hitam pada ujung punggung, seperti pada sebagian besar genus

Pterocaesio dan genus Gymnocaesio, seringkali berkumpul bersama. Genus ini


(38)

10

varilineata, C. striata dan Pterocaesio tile dapat ditemukan pada kumpulan yang sama. Caesio cunning, C. xanthonda dan C. teres, semua dengan sirip punggung berwarna kuning seringkali berkumpul satu dengan yang lain. Juvenil

C. Lunaris seringkali memiliki sirip punggung berwarna kuning dan mereka dapat

dilihat berkumpul bersama dengan juvenil C. cunning dekat dengan karang. Pada saat dewasa, C. lunaris biasanya menghilangkan pewarnaan kuning pada punggung ini dan mereka tidak lagi terlihat berkumpul dengan C. cunning.

Kelompok ini terutama mendiami karang, meski jangkauan mereka kadang sampai dasar pada saat berenang antar karang. Bukti ini mengkonfirmasi mereka kadang tertangkap oleh trawl, jauh dari karang. Satu spesies, Dipterygonotus balteatus, ditemukan di karang hanya pada tahap juvenil. Pada stadia dewasa, mereka ditangkap bersama dengan sarden, anchovies dan spesies pelagis lain dekat pantai (Carpenter 1988). Habitat ikan ekor kuning (Caesio ertyhrogaster) adalah perairan karang dan ikan-ikan ini dijumpai hampir di seluruh perairan karang daerah di wilayah Indo-Pasifik (Subroto dan Subani 1994)

Ikan Caesionidae ini memiliki sifat bergerombol di atas karang, bila ada gangguan ikan ini bergerak ke dasar melalui pinggir karang dan memiliki kecepatan renang yang rendah serta tidak dapat berpindah jauh. Tetapi tidak dapat bergerak ke dasar (Murniyati 2004). Selanjutnya, dikatakan bahwa habitat ikan ekor kuning adalah di perairan pantai karang, perairan karang dengan suhu perairan lebih dari 200C dan kedalaman air kurang dari 50 m. Daerah penyebaran ikan ini adalah di perairan karang seluruh Indonesia, teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, bagian Selatan Ryukyu (Jepang) dan perairan tropis Australia (Murniyati 2004).


(39)

11

2.4 Perikanan Ikan Dolosi (Caesionidae)

Ikan Caesionidae ditangkap dengan bermacam alat tangkap, seperti muroami, jaring insang, pancing tangan, perangkap dan trawl. Mereka hidup pada kedalaman tengah perairan, merupakan ikan yang berkelompok untuk itu sebagian besar ditangkap dengan menggunakan jaring. Mereka ditangkap di atas karang oleh jaring insang dan bagian dasar yang lembut menggunakan jaring trawl. Caesionidae berlindung di karang pada malam hari dan biasanya ditanggap dengan alat tangkap ikan yang didesain khusus sesuai dengan prilaku. Caesionidae umumnya ditangkap oleh alat perikanan yang berupa sangkutan/pancing atau jaring. Caesionidae juga sering ditangkap menggunakan bahan peledak pada beberapa daerah. Metode ini, ilegal dan merusak lingkungan, khususnya pada habitat terumbu karang yang rentan.

Pengembangan perikanan karang pada daerah tertentu secara nyata ditentukan oleh metode perikanan yang digunakan dan nilai penting Caesionidae dari total produksi. Di Srilangka sebagai contoh, beberapa perikanan pantai terdiri dari sejumlah nelayan kecil, dengan perahu yang menggunakan pancing. Nelayan ini menggunakan pancing kecil dan teknik yang spesial untuk menangkap Caesionidae. Beberapa aspek umum dipasarkan di Srilangka dimana harganya tergolong menengah. Di teluk Thailand, trawl adalah alat tangkap utama dan perikanan karang tidak berkembang dengan baik. Disini

Caesio cunning dan C. caerulaurea adalah hasil tangkapan dalam porsi yang kecil dari keseluruhan tangkapan perikanan trawl. Di Thailand barat daya, Caesionidae merupakan perikanan dominan dengan alat tangkap jaring insang dan perangkap ikan. Di Philipina, Caesionidae didaratkan dan dikonsumsi pada jumlah yang lebih besar dibandingkan tempat lain di dunia, baik berdasarkan perkapita maupun dalam produksi perikanan total. Mereka adalah komponen tangkapan umum pada perikanan subsistem dari artisanal dan suatu fokus utama dalam perikanan spesifik karang. Perkiraan nilai penting Caesionidae dalam produksi perikanan skala kecil di Philipina secara umum tidak valid karena statistik ini sulit untuk dapat diperoleh. Alcala and Luchavez (1982) in Carpenter (1988), memantau suatu perikanan karang artisanal di Philipina tengah, dengan rata-rata hasil seluruh tangkapan 8 sampai 14 ton/km/tahun. Mereka menemukan bahwa Caesionidae adalah kelompok ketiga terpenting yang didaratkan dari 13 kelompok yang dilaporkan dalam perikanan ini. Mereka menempati 15% dari total hasil tangkapan pertahun dari total 0.48 metrik ton dari area karang seluas 1.56 km2.


(40)

12

Skala besar perikanan di Philipina muroami adalah satu-satunya perikanan karang di dunia yang memfokuskan pada famili Caesionidae sebagai suatu komponen utama. Alat tangkap ini bergantung pada beberapa ratus perenang yang menggunakan jaring vertikal untuk menakuti ikan yang menggiring ikan karang ke jaring yang bisa digerakkan. Perikanan Muroami menangkap sekitar 17.000 ton/tahun Caesionidae. Mereka adalah kelompok yang paling penting dalam berat dan merupakan 80% dari total tangkapan.

Caesionidae adalah umpan ikan yang penting pada banyak daerah dimana karang dekat dengan perikanan tuna. Hal ini terlihat jelas di sistem laut pulau kecil seperti pulau Laccadive dan Maldives pada samudra Hindia dan Pulau Caroline, Pulau Marshal dan Fiji di Pasifik. Pada wilayah ini, keberhasilan perikanan tuna tergantung pada keberadaan Caesionidae dan sejumlah kecil kelompok lain sebagai umpan. Caesionidae umumnya ditangkap dengan menggunakan jaring pada daerah tutupan karang. Jaring ini diberi umpan ikan yang dipotong kecil-kecil dan diangkat ketika ikan karang berkumpul untuk memakannya. Beberapa umpan ikan Caesionidae juga ditangkap pada saat malam hari dengan cahaya dan jaring dip. Caesionidae selamat dalam umpan dengan baik. Juvenil Caesio, Pterocaesio, Gymnocaesio dan Dipterygonotus

kecil umum digunakan sebagai umpan ikan. (Alcala and Luchavez 1982 in

Carpenter 1988).

2.5 Struktur dan Dinamika Stok

Di Perairan Kepulauan Guraici Iksan (2005) menemukan 6 jenis ikan famili Caesionidae yang terdiri dari jenis Caesio caerulaurea (Lacepede 1801), C. cunning (Bloch 1791), synonim C. erythrogaster; C. lunaris (Cuvier 1830); C. teres (Seale1909); C. xanthonota (Bleeker 1853) dan C. striata. Selain itu ditemukan Pterocaesio tile dari genus Pterocaesio.

Beberapa penelitian ikan Caesionidae di berbagai tempat diketahui antara lain : di Perairan Karimunjawa dari total hasil tangkapan ikan yang tercatat di Perairan Karimunjawa adalah 62.230 kg, terdiri dari 49 famili dan 287 spesies, didominasi oleh keluarga Caesionidae sebanyak 72,9%, disusul oleh Scombridae 14% dan Carangidae 3.1%. Ikan ekor kuning merupakan spesies ikan yang paling banyak ditangkap, yaitu 68.8% (Mukminin et al. 2006). Pada penelitian sebelumnya di Perairan Karimunjawa Marnane et al. (1993) menggunakan alat tangkap muroami memperoleh 43,63% adalah famili Caesionidae dari total ikan tangkapan, diluar jenis Caesio caerulaurea dan Pterocaesio lativittata (pisang-pisang) karena kedua jenis ini bukan target utama alat tangkap muroami.


(41)

13

Sui et al. (1994), melakukan penelitian stok ikan karang di Saparua dan Haruku Maluku Tengah dengan menggunakan metode transek garis dan sensus visual. Hasil penelitian memperoleh jenis ikan karang sebanyak 5.507 spesimen dari 62 genus dan 3 famili, yang didominasi oleh 5 genus diantaranya adalah genus Caesio pada urutan ke 3, total ikan yang berada pada 6 lokasi berkisar 224.000-227.000 ekor. Adrim (2007), memperoleh komunitas ikan karang di perairan pulau Enggano Provinsi Bengkulu selama penelitian sebanyak 56 spesies ikan target, 27 spesies ikan indikator, dan 103 jenis kelompok utama. Ikan target didominasi oleh jenis Lutjanus biguttatus, L. gibbus, Siganus guttatus, S. virgatus, dan Caesio lunaris. LIPI (2007), menyatakan dari sepuluh marga ikan terumbu karang yang dominan tertangkap berdasarkan lokasi pengamatan di Perairan Kabupaten Nias Selatan, Marga yang terbanyak adalah Caesio yaitu 339 ekor (18,15%), sembilan marga lainnya rata-rata dibawah 7%. Selanjutnya berdasarkan jenis dari 11 spesies yang tertangkap, didominasi oleh jenis Caesio

cunning yaitu 285 (15,26%) sepuluh jenis lainnya dibawah 5%.

Hasil tangkapan ikan Caesio spp di Perairan Kepulauan Guraici pada tiga tahun terakhir yang diperoleh dari Koperasi Nelayan Permata Biru Desa Lelei Kepulauan Guraici, yaitu Tahun 2006 produksi ikan dolosi Caesio sebesar 137.920 ton, tahun 2007 menurun 111.942 ton dan tahun 2008 turun menjadi 91.052 ton. Kondisi ini terlihat bahwa ada indikasi terjadi penurunan tangkapan atau produksi ikan Caesio spp di Perairan Kepulauan Guaraici. Marsaoli (2001) mengatakan bahwa dinamika hasil tangkapan ikan karang dengan menggunakan alat tangkap jaring insang dasar (bottom gillnet) di perairan terumbu karang Kepulauan Guraici sangat berfluktuasi berdasarkan tingkat permintaan hasil tangkapan ikan. Apabila permintaan hasil tangkapan ikan meningkat, maka mempengaruhi jumlah trip tangkapan ikan.

Beberapa dinamika tangkapan ikan Caesio spp di beberapa tempat sebagai berikut: Ikan ekor kuning (Caesio cunning) adalah spesies tangkapan utama di kepulauan Karimunjawa. Data hasil tangkapan muroami selama kurun waktu 3 tahun (2003-2005), ditemukan terjadi penurunan rata-rata ukuran ikan tangkapan. Pada tahun 2003 ikan yang terbanyak ditangkap berada dalam kisaran panjang 26-30 cm dan tahun 2005 pada kisaran panjang 22-25 cm kondisi ini menunjukkan kecenderungan adanya penurunan ukuran ikan tangkapan, diduga tingkat regenerasi (recruitment) tidak sebanding dengan tingkat eksploitasi (Mukminin et al. 2006). Penelitian pada daerah yang sama


(42)

14

pada tahun sebelumnya oleh Marnane et al. (1993) memperoleh rata-rata tangkapan alat tangkap muroami perhari 6,76 kg ikan ekor kuning pada bulan Januari jauh lebih besar pada hasil tangkapan bulan September pada tahun yang sama.

Hasil penelitian ikan Caesio cunning di Pulau Seribu pada bulan Juli oleh Jabbar (2008) memperoleh kisaran ukuran panjang di bawah 7 cm – di atas 58 cm, namun yang terbanyak berada pada ukuran di bawah 7 cm (70%), ukuan 7-20 cm (23%), ukuan 7-20-58 cm (4%) dan di atas 58 cm (2%). Namun setelah dua tahun kemudian penelitian yang dilakukan oleh Nggajo (2009) pada bulan yang sama memperoleh kisaran panjang ikan Caesio cunning pada ukuran antara 11.30–33.10 cm. Kisaran ukuran panjang tersebut dikelompokkan dalam interval kelas 3.11 cm, membentuk 7 kelas frekuensi panjang. Sebaran frekuensi panjang ikan berada pada kisaran kelas 11.30-14.41 cm dan kisaran kelas 29.99-33.10 cm. Modus kelas frekuensi panjang tertinggi pada ukuran 23.76–26.87 cm dengan panjang rata-rata 25.88 cm (26%) sedangkan frekuensi panjang ikan yang paling kecil pada ukuran 17.53–20.64 cm dengan panjang rata-rata 19.09 cm (2%).

2.6 Siklus Hidup dan Reproduksi

Siklus kehidupan dari kebanyakan ikan karang dapat dibagi dalam tiga tahap biologi ekologi (Tissot 2003) yaitu (1) tahap dalam bentuk larva pelagik, (2) tahap ikan muda dan (3) tahap ikan dewasa. Sepanjang tahap pelagik, telur-telur/larva mengapung di dalam air terbuka sebagai komponen plankton laut. Fase ikan dimulai pada saat ikan-ikan muda menempati terumbu karang dalam suatu proses yang dikenal sebagai perekrutan. Ikan-ikan muda cenderung untuk memikirkan diri sendiri dan lebih sedikit nampaknya dibandingkan ikan dewasa. Tahap ikan dewasa ditandai oleh kedewasaan seksual dan bisa disertai oleh suatu transisi dari ikan muda sampai pewarnaan ikan dewasa atau morfologi.

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenis atau kelompoknya. Reproduksi merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan suatu sumberdaya perairan. Keberhasilan suatu spesies ikan dalam daur hidupnya ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi di lingkungan yang berfluktuasi guna menjaga keberadaan populasinya (Moyle & Cech 1988). Ikan ekor kuning


(43)

15

merupakan jenis hewan ovipar, yakni jenis yang menghasilkan telur dan membuahinya diluar tubuh, dengan jumlah telur yang banyak, berukuran kecil, dan mengapung (www.fishbase.com).

Beberapa aspek biologi reproduksi dapat memberi keterangan yang berarti mengenai frekuensi pemijahan, keberhasilan pemijahan, lama pemijahan, dan ukuran ikan pertama kali matang gonad. Aspek reproduksi tersebut meliputi rasio kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), ukuran pertama kali matang gonad, fekunditas, diameter telur, dan pola pemijahan (Nikolsky 1963). Biologi reproduksi dapat memberikan gambaran tentang aspek biologi yang terkait dengan proses reproduksi, mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkannya individu baru atau larva (Affandi & Tang 2002). Penyatuan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (telur) akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru (Fujaya 2004).

Pada umumnya proses reproduksi pada ikan dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni tahap pra-spawning, spawning, dan post-spawning (Sjafei et al.

1992). Pada ikan, perkembangan awal daur hidup juga terbagi lagi menjadi lima periode perkembangan utama, yaitu periode telur, larva, juvenile, dewasa dan periode tua (senescent) (Balon 1975 in Sjafei et al. 1992).

De Young (1940) in Effendie (1997) melakukan penelitian terhadap kebiasaan memijah tiga belas spesies ikan ekonomis penting di laut Jawa berdasarkan distribusi garis tengah telurnya. Hasilnya memperlihatkan bahwa pemijahan individu betul-betul berkala. Dari perbedaan yang khas dimungkinkan membedakan tiga macam atau pola pemijahan yang berlainan. Ikan ekor kuning termasuk dalam kelompok pola pemijahan kedua, dimana pada kelompok ini sebelum telur kelompok pertama mencapai kematangan, kelompok telur berikutnya sudah memisahkan dari stok telur yang lain. Sebelum terjadi pemijahan didapatkan dua kelompok telur yang berisah. Sesudah berpijah didapatkan selain kelompok stok telur yang umum ada pula sekelompok telur yang berukuran lebih besar yang sedang mematang dan akan dikeluarkan dalam pemijahan berikutnya.

Rasio kelamin, atau biasa disebut juga dengan nisbah kelamin, merupakan perbandingan antara ikan jantan dan betina dalam suatu populasi. Kondisi nisbah kelamin yang ideal di perairan adalah dengan rasio 1:1 (Nababan 1994 in


(44)

16

berpengaruh terhadap kestabilan populasi ikan. Perbandingan 1:1 ini sering kali menyimpang, antara lain disebabkan oleh perbedaan pola tingkah laku ikan jantan dan ikan betina.

Perbedaan laju mortalitas, terjadi perubahan nisbah jantan dan betina secara teratur, yaitu pada awal pemijahan didominasi oleh ikan jantan kemudian seimbang pada saat terjadi pemijahan dan didominasi oleh betina sampai pemijahan selesai (Nikolsky 1963).

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) merupakan salah satu aspek biologi reproduksi yang merupakan tahapan-tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Keterangan tentang TKG ikan diperlukan untuk mengetahui perbandingan antara ikan yang ada di perairan, ukuran atau umur ikan pertama kali matang gonadnya dan apakah ikan sudah memijah atau belum. Selanjutnya ikan pertama kali mencapai matang gonad dipengaruhi oleh beberapa faktor luar seperti suhu, arus, adanya individu yang berjenis kelamin yang berbeda dan faktor dalam seperti umur, ukuran dan perbedaan spesies (Niklosky 1963; Effendie 1997).

Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Pencatatan perubahan kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi atau tidak. Dari pengamatan perkembangan tingkat kematangan gonad ini juga didapatkan informasi kapan ikan tersebut akan memijah, baru akan memijah, atau sudah selesai memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya. Untuk ikan di daerah tropis, faktor suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat masak lebih cepat. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yakni secara histologis dan morfologis. Pengamatan secara histologis dilakukan di laboratorium untuk mengetahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail. Sedangkan pengamatan secara morfologis dapat dilakukan langsung di lapangan (Effendie 1997).

Pemijahan dalam proses reproduksi dapat diketahui dengan melihat perubahan gonad yaitu menjadi besar dan berat. Berat gonad akan mencapai maksimum saat ikan akan memijah, kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan sampai selesai (Effendie 1997). Untuk mengetahui perubahan gonad


(45)

17

tersebut secara kualitatif dapat dinyatakan dengan Indeks Kematangan Gonad (IKG). IKG adalah suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan 100%. IKG ini akan bertambah besar sampai mencapai maksimum ketika akan terjadi pemijahan (Effendie 1997). Selanjutnya dikatakan bahwa perubahan nilai IKG berhubungan erat dengan tahap perkembangan telur. Dengan memantau perubahan IKG dari waktu ke waktu, maka dapat diketahui ukuran ikan waktu memijah. Pada TKG yang sama, IKG ikan jantan akan berbeda dengan ikan betina. Umumnya kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG ikan jantan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan ukuran gonad antara ikan jantan dan betina. Biasanya ovarium pada ikan betina akan lebih berat daripada testis pada ikan jantan (Effendie 1997).

Royce (1984), ikan dapat memijah jika nilai IKG betina berkisar antara 10-25% dan nilai IKG jantan berkisar antara 5-10%. Royce (1984), menyatakan semakin banyak makanan tersedia, pertumbuhan ikan semakin cepat dan fekunditas semakin besar. Fekunditas ikan berhubungan erat dengan lingkungan dimana fekunditas spesies akan berubah bila keadaan lingkungan berubah (Musa dan Bhuiyan 2007).

Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada saat ikan memijah. Fekunditas terdiri dari dua istilah, yaitu fekunditas individu dan fekunditas relatif. Fekunditas individu atau fekunditas mutlak adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah. Sedangkan fekunditas relatif atau fekunditas nisbi adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang ikan. Fekunditas lebih sering dihubungkan dengan panjang daripada berat, karena panjang penyusutannya relatif kecil dan panjang akan cepat mengalami perubahan pada waktu musim pemijahan (Effendie 1997). Umumnya ikan teleostei perairan laut memiliki tingkat fekunditas tinggi, mencapai ribuan sampai jutaan setiap ikan betinanya pertahun. Jumlah telur yang dihasilkan akan meningkat sejalan dengan perkembangan ukuran tubuh. Fekunditas meningkat lebih cepat dengan pertambahan ukuran panjang dibanding dengan pertambahan berat ikan(Jennings et al. 2001).

Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan betina antara lain fertilitas, frekuensi pemijahan, perlindungan induk (parental care), ukuran telur, kondisi lingkungan, dan kepadatan populasi (Moyle & Cech


(46)

18

1988). Spesies ikan yang mempunyai fekunditas besar pada umumnya memijah di daerah permukaan, sedangkan spesies yang fekunditasnya kecil umumnya melindungi telurnya dari pemangsa atau menempelkan telurnya pada tanaman atau habitat lainnya (Nikolsky 1963).

Ukuran ikan pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan serta strategi reproduksinya. Tiap spesies ikan tidak sama ukuran dan umur pertama kali matang gonad, bahkan ikan-ikan pada spesies yang sama juga akan berbeda bila berada pada kondisi dan letak geografis yang berbeda (Nasution 2004). Umumnya ikan akan terus menerus memijah setelah pertama kali matang gonad, namun bergantung kepada daur pemijahannya, ada yang satu tahun sekali, beberapa kali dalam satu tahun, dan sebagainya (Reay 1984 in Nasution 2004). Dikatakan pula bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi dan menentukan daur reproduksi antara lain adalah suhu, oksigen terlarut dalam perairan dan hormon yang berperan dalam reproduksi yang dapat memacu organ-organ reproduksi untuk berfungsi (Nasution 2004). Ukuran ikan pada waktu pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya (Affandi & Tang 2002). Setiap spesies ikan pada waktu pertama kali matang gonad memiliki ukuran yang tidak sama walaupun ikan tersebut masih satu spesies. Hal tersebut diakibatkan karena adanya perbedaan kondisi ekologis perairan (Blay & Egeson 1980 in Makmur & Prasetyo 2006). Umur pada awal reproduksi bervariasi terhadap jenis kelamin. Bagi ikan jantan maupun betina, umur pertama kali memijah bergantung kepada kondisi lingkungan yang sesuai. Pada lingkungan yang tidak sesuai untuk tumbuh dan mempertahankan sintasan, ikan-ikan cenderung akan menangguhkan pemijahan, karena akan menurunkan tingkat pertumbuhan dan sintasan, sehingga reproduksi cenderung akan berlangsung pada umur lebih muda (Nasution 2004).

Reproduksi Caesionidae telah diteliti pada beberapa spesies, memiliki waktu kematangan yang awal dan fekunditas yang tinggi. Mereka memiliki musim pemijahan yang panjang, namun puncak pemijahan terjadi satu sampai dua kali dalam satu tahun. Prilaku pemijahan telah dilaporkan pada Caesio teres (Bell


(47)

19

memijah pada kelompok yang besar disekitar bulan penuh (purnama). Mereka melakukan migrasi ke daerah terumbu karang pada saat gelap atau hari senja dan mulai memijah selama air surut. Pada Caesio teres bertelur, pada periodik pasang surut pada kedalaman kurang lebih 1 m dari permukaan. Selama pemijahan mereka tetap berada dekat dengan permukaan dan subgroup dalam massa keramaian yang pesat di mana gamet jantan dilepaskan. Mereka selanjutnya turun dan kemudian naik kembali ke permukaan untuk pemijahan lanjutan. Hal ini berulang beberapa kali dalam periode waktu 10-15 menit (Carpenter 1988). Selanjutnya Jabbar (2008), menyatakan bahwa pemijahan ikan ekor kuning (Caesio cunning) terjadi di sekitar perairan terumbu karang dan terjadi sepanjang tahun.

2.7 Hubungan Stok dengan Tempat

Sumberdaya ikan karang merupakan ikan yang kehidupannya terikat dengan perairan karang. Keterkaitan antara berbagai organisme di ekosistem terumbu karang sangat ditentukan oleh kondisi terumbu karang. Apabila terjadi degradasi pada suatu komunitas organisme akan dapat berakibat buruk bagi organisme lainnya, secara ekologis, terumbu karang memiliki peranan yang penting bagi ekosistem lainnya seperti ekosistem padang lamun dan ekosistem mangrove (Lalamentik 1991).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan jenis dari komunitas ikan karang dalam hubungannya dengan terumbu karang adalah tutupan karang hidup (Bel and Galzin 1984; Anderson 2002) Keanekaragaman subtratum (Robert and Ormond 1987) dan (3) Keanekaragaman struktural (Mc Clanahan 1994). Hal ini didukung oleh studi Chabanet et al. (1997)yang me laporkan bahwa keanekaragaman dan kekayaan jenis dari kumpulan ikan karang adalah dihubungkan dengan banyak variabel karang seperti kompleksitas bangunan (architectural) atau tutupan karang bercabang, keanekaragaman, kekayaan jenis, kelimpahan, ukuran koloni, tutupan karang hidup, tutupan karang padat dan tutupan karang pipih/merayap.

Acosta and Robertson (2002) mengatakan bahwa kelimpahan dan keanekaragaman ikan karang ditentukan pula oleh besar kecilnya luasan terumbu karang, terumbu karang yang lebih luas kelimpahan dan


(48)

20

keanekaragaman jenis ikan karang akan lebih tinggi dibandingkan dengan terumbu karang yang luasannya kecil. Hubungan antara terumbu karang sebagai habitat dan distribusi komunitas ikan karang adalah dapat dijelaskan oleh ketergantungan ikan karang pada terumbu karang yang menyediakan tempat makan, perlindungan dan reproduksi.

2.8 Hubungan Stok dengan Musim

Musim juga dapat mempengaruhi kondisi suatu perairan yang berdampak pada kondisi stok ikan. Fluktuasi hasil tangkapan dipengaruhi oleh keberadaan ikan, jumlah upaya penangkapan dan tingkat keberhasilan penangkapan. Respon ikan terhadap musim antara lain akan mendekati atau menjauhi suatu daerah, mudah atau sulit untuk ditangkap, menyebar atau bergerombol dan terjadinya perubahan stok perikanan karena kondisi oseanografi. Respon upaya penangkapan ikan terhadap musim diantaranya adalah banyaknya ikan yang ditangkap, keadaan cuaca dan keuntungan yang diperoleh. Untuk melakukan penangkapan dengan efisien diperlukan informasi yan tepat, seperti saat musim penangkapan yang baik. Informasi mengenai pola musim penangkapan digunakan untuk menentukan waktu yang tepat dalam operasi penangkapan.

Kondisi Kepulauan Guraici di pengaruhi oleh dua musim besar, yaitu musim Barat pada bulan Desember sampai Maret dan musim Timur pada bulan Juni-Oktober. Di wilayah Kepulauan Guraici ini daerah bertekanan tinggi terjadi di belahan bumi Utara mengakibatkan angin terbanyak bertiup dari arah Utara yang terjadi pada bulan Januari sampai April. Sedangkan pada bulan Mei sampai Oktober angin terbanyak bertiup dari arah Selatan. Selanjutnya pada bulan Nopember sampai Desember angin bertiup dari arah Barat (BMG 2009). Sedangkan kondisi suhu berkisar antara 28-34 OC. Suhu maksimum terjadi pada bulan Desember sampai Januari dan Suhu minimum pada bulan Juli sampai Agustus. Kondisi salinitas berkisar antara 32-38 ppm. Salinitas maksimum terjadi pada bulan Juli sampai Agustus. Gelombang, tinggi gelobang berkisar antara 0.60-1.10 meter. Gelombang tertinggi terjadi pada bulan Juni (DISHIDROS TNI-AL 2009). Arus air erat kaitannya dengan sirkulasi massa air di suatu kawasan perairan. Di Perairan Kepulauan Guraici, kecepatan arus rata-rata bulanan berkisar antara 1 cm/detik hinga 45 cm/detik dengan kecepatan maksimum terjadi pada bulan Maret dan Mei. Pasang surut berdasarkan data pasang surut


(49)

21

tahun 2009 (DISHIDROS TNI-AL 2010) diperoleh data tipe pasang surut di Kepulauan Guraici adalah tipe semi diurnal.

2. 9 Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan salah satu aspek penting dipelajari dalam biologi perikanan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan merupakan indikator yang baik untuk mengetahui kondisi individu maupun populasi. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat, dalam satuan waktu (Moyle and Cech 1988). Pertumbuhan adalah perubahan panjang atau berat dari suatu hewan selama waktu tertentu atau peningkatan biomassa suatu populasi yang dihasilkan oleh akumulasi bahan-bahan dari dalam lingkungan (Effendie 1992). Sebagian besar ikan memiliki kemampuan untuk meneruskan pertumbuhan selama hidup bila kondisi lingkungannya sesuai dan ketersediaan makanan cukup baik, walaupun pada umur tua, pertumbuhan ikan hanya sedikit. Ikan tidak memiliki limit tertentu untuk membatasi pertumbuhan (undeterminate growth) (Effendie 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sulit untuk dikontrol, diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin, umur, parasit, dan penyakit (Effendie 1997). Menurut Moyle (1988), umur dan kedewasaan pun ikut menjadi faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Beberapa faktor eksternal yang ikut mempengaruhi pertumbuhan antara lain suhu, oksigen terlarut, kadar amonia, salinitas, kompetisi dan ketersediaan makanan (Moyle and Cech 1988). Selain itu, Effendie (1997) juga menyatakan bahwa fotoperiod (panjang hari) juga ikut mempengaruhi pertumbuhan.

Tujuan utama dari mengetahui pertumbuhan ikan adalah (1) mengetahui sebaran kelompok umur yang menunjang produksi sektor perikanan yang bersangkutan, (2) menduga laju mortalitas (alami dan penangkapan) yang mempengaruhi stok ikan tersebut, (3) menilai tingkat ”sustaining power” dan ”potential yield ” stok tersebut.

Analisis pertumbuhan dapat digunaan untuk (1) memprediksi ukuran ikan rata-rata pada beberapa titik waktu dan (2) membandingkan keunggulan ikan pada perikanan yang berbeda. Effendie (1992) mengatakan bahwa metode yang banyak digunakan untuk mengetahui aspek umur dan pertumbuhan adalah


(1)

Lampiran 11 (lanjutan)

Kecepatan Arus

Lokasi Sampling

Waktu Gunage Talimau Laigoma Siko Gafi

Jlh

Rata-rata Sampling (Stasiun 1) (Stasiun 2) (Stasiun 3) (Stasiun

4) (Stasiun 5)

Mei 0.2300 0.2500 0.2400 0.2400 0.2600 1.2200 0.2440

Jun 0.2600 0.2700 0.2900 0.2700 0.2900 1.3800 0.2760

Jul 0.2600 0.2800 0.2700 0.2800 0.3000 1.3900 0.2780

Agu 0.2800 0.2700 0.2800 0.2800 0.2800 1.3900 0.2780

Sep 0.2700 0.2800 0.2900 0.2700 0.2900 1.4000 0.2800

Okt 0.2700 0.2900 0.3100 0.2700 0.3300 1.4700 0.2940

Nov 0.2800 0.3000 0.3200 0.2800 0.2900 1.4700 0.2940

Des 0.3400 0.3500 0.3100 0.3100 0.3400 1.6500 0.3300

Jan 0.3300 0.3300 0.3600 0.3300 0.3500 1.7000 0.3400

Feb 0.3500 0.3400 0.3200 0.3200 0.3400 1.6700 0.3340

Mar 0.2000 0.2200 0.2600 0.2600 0.2600 1.2000 0.2400

Apr 0.2100 0.2300 0.2300 0.2300 0.2300 1.1300 0.2260

Jlh 3.2800 3.4100 3.4800 3.3400 3.5600

Rata-rata 0.2733 0.2842 0.2900 0.2783 0.2967

Kecerahan

Lokasi Sampling

Waktu Gunage Talimau Laigoma Siko Gafi

Jlh

Rata-rata Sampling (Stasiun 1) (Stasiun 2) (Stasiun 3) (Stasiun 4) (Stasiun 5)

Mei 35 38 37 36 35 181 36.2

Jun 37 38 35 36 36 182 36.4

Jul 36 36 36 38 36 182 36.4

Agu 39 39 36 35 37 186 37.2

Sep 39 38 37 37 37 188 37.6

Okt 39 37 37 36 38 187 37.4

Nov 36 37 37 38 37 185 37

Des 35 38 37 38 38 186 37.2

Jan 34 36 36 36 37 179 35.8

Feb 36 38 35 36 38 183 36.6

Mar 37 35 35 37 39 183 36.6

Apr 39 38 38 37 37 189 37.8

Jlh 442 448 436 440 445


(2)

Lampiran 11 (lanjutan)

pH air

Lokasi Sampling

Waktu Gunage Talimau Laigoma Siko Gafi

Jlh

Rata-rata Sampling (Stasiun 1) (Stasiun 2) (Stasiun

3) (Stasiun 4) (Stasiun 5)

Mei 7.39 7.42 7.47 7.51 7.45 37.24 7.4480

Jun 7.43 7.53 7.44 7.61 7.48 37.49 7.4980

Jul 7.65 7.62 7.66 7.77 7.57 38.27 7.6540

Agu 7.73 7.65 7.55 7.72 7.79 38.44 7.6880

Sep 7.68 7.32 7.85 7.91 7.52 38.28 7.6560

Okt 7.46 7.69 8.15 7.34 7.44 38.08 7.6160

Nov 7.53 8.12 7.61 7.82 7.6 38.68 7.7360

Des 7.57 8 7.66 7.77 7.81 38.81 7.7620

Jan 7.71 7.9 7.94 7.5 7.77 38.82 7.7640

Feb 7.82 7.78 7.83 7.54 7.69 38.66 7.7320

Mar 7.74 7.66 7.52 7.62 7.61 38.15 7.6300

Apr 7.61 7.54 7.59 7.53 7.68 37.95 7.5900

Jlh 91.32 92.23 92.27 91.64 91.41

Rata-rata 7.61 7.69 7.69 7.64 7.62

DO (mg/l)

Lokasi Sampling

Waktu Gunage Talimau Laigoma Siko Gafi

Jlh

Rata-rata Sampling (Stasiun 1) (Stasiun 2) (Stasiun 3) (Stasiun

4) (Stasiun 5)

Mei 6.61 6.24 6.21 6.41 7 32.47 6.4940

Jun 6.74 6.54 6.5 6.59 6.11 32.48 6.4960

Jul 6.39 6.69 6.52 6.62 6.44 32.66 6.5320

Agu 6.46 6.56 6.66 6.36 6.41 32.45 6.4900

Sep 6.29 6.09 5.25 6.69 6.7 31.02 6.2040

Okt 6.81 6.31 6.61 6.74 6.51 32.98 6.5960

Nov 5.67 5.87 5.6 6.67 5.9 29.71 5.9420

Des 6.13 6.33 6.83 6.14 6.83 32.26 6.4520

Jan 6.2 6.72 6.29 6.34 6.48 32.03 6.4060

Feb 5.95 6 6.35 5.75 5.65 29.7 5.9400

Mar 7.11 6.73 6.88 7.61 7.17 35.5 7.1000

Apr 6.63 7.55 6.71 6.83 6.6 34.32 6.8640

Jlh 76.99 77.63 76.41 78.75 77.8


(3)

Lampiran 11 (lanjutan)

NO

3

-N (mg/l)

Lokasi Sampling

Waktu Gunage Talimau Laigoma Siko Gafi

Jlh

Rata-rata Sampling (Stasiun 1) (Stasiun 2) (Stasiun 3) (Stasiun 4) (Stasiun 5)

Mei 0.1220 0.1300 0.1340 0.1410 0.1230 0.6500 0.1300

Jun 0.1280 0.1250 0.1220 0.1260 0.1350 0.6360 0.1272

Jul 0.1310 0.1350 0.1340 0.1270 0.1230 0.6500 0.1300

Agu 0.1360 0.1340 0.1380 0.1260 0.1270 0.6610 0.1322

Sep 0.1290 0.1340 0.1310 0.1360 0.1210 0.6510 0.1302

Okt 0.1220 0.1220 0.1270 0.1230 0.1310 0.6250 0.1250

Nov 0.1330 0.1300 0.1310 0.1270 0.1230 0.6440 0.1288

Des 0.1310 0.1270 0.1290 0.1370 0.1320 0.6560 0.1312

Jan 0.1420 0.1400 0.1450 0.1430 0.1390 0.7090 0.1418

Feb 0.1400 0.1240 0.1340 0.1260 0.1310 0.6550 0.1310

Mar 0.1330 0.1410 0.1360 0.1380 0.1400 0.6880 0.1376

Apr 0.1360 0.1260 0.1280 0.1330 0.1310 0.6540 0.1308

Jlh 1.5830 1.5680 1.5890 1.5830 1.5560

Rata-rata 0.1319 0.1307 0.1324 0.1319 0.1297

PO

4

3-P

Lokasi Sampling

Waktu Gunage Talimau Laigoma Siko Gafi

Jlh

Rata-rata Sampling (Stasiun 1) (Stasiun 2) (Stasiun 3) (Stasiun 4) (Stasiun 5)

Mei 0.0223 0.0322 0.0311 0.0281 0.0301 0.1438 0.0288

Jun 0.0220 0.0232 0.0317 0.0270 0.0212 0.1251 0.0250

Jul 0.0234 0.0221 0.0243 0.0319 0.0222 0.1239 0.0248

Agu 0.0321 0.0242 0.0238 0.0214 0.0222 0.1237 0.0247

Sep 0.0212 0.0262 0.0212 0.0320 0.0209 0.1215 0.0243

Okt 0.0227 0.0261 0.0320 0.0222 0.0301 0.1331 0.0266

Nov 0.0237 0.0331 0.0233 0.0272 0.0211 0.1284 0.0257

Des 0.0272 0.0271 0.0277 0.0292 0.0303 0.1415 0.0283

Jan 0.0300 0.0262 0.0259 0.0279 0.0212 0.1312 0.0262

Feb 0.0220 0.0242 0.0319 0.0282 0.0202 0.1265 0.0253

Mar 0.0300 0.0327 0.0215 0.0291 0.0201 0.1334 0.0267

Apr 0.0311 0.0329 0.0317 0.0322 0.0200 0.1479 0.0296

Jlh 0.3077 0.3302 0.3261 0.3364 0.2796


(4)

Lampiran 12 Dokumentasi Lapangan

Alat tangkap muroami dan operasi penangkapan

Alat tangkap jaring insang


(5)

Lampiran 12 (lanjutan)

Operasi penangkapan

Operasi penangkapan


(6)