Ar Ar Strategi pengelolaan ikan dolosi biru (caesio caerulaurea) di perairan kepulauan guraici Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara

92 Gambar 55 Distribusi Nitrat mgl rata-rata permukaan bulanan dan lokasi pengamatan Gambar 56 Distribusi ortofosfat mgl rata-rata permukaan bulanan dan lokasi pengamatan 0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 M ei Ju n Ju l A g u S ep O k t N o v D es Ja n F eb M a r A p r NO3 -N m g l Axis Title 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 Gunage Talimau Laigoma Siko Gafi N 3 -N m g l Lokasi sampling stasiun 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 Mei Jun Jul A g u S e p O k t Nov D e s Jan F e b M ar A pr P O 43 -P m g l Waktu Bulan 0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 Gunage Talimau Laigoma Siko Gafi P0 4 3 -P m g l Waktu sampling stasiun 93 5 PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Ukuran Ikan Dolosi Biru

Ukuran ikan dolosi total jantan betina yang tertangkap selama penelitian berkisar dari ukuran 165 –327 mm. Ikan jantan berada pada kisaran panjang 165 –327 mm, ikan betina 177-320 mm. Dari data ukuran tersebut menggambarkan, bahwa pada ukuran juvenil dan ikan-ikan kecil tidak diperoleh, Kondisi ini diduga ikan-ikan pada ukuran juvenil atau ikan-ikan kecil tidak mencapai daerah penangkapan, ikan-ikan tersebut berada pada daerah pembesaran, Diduga daerah pembesaran ikan-ikan ini adalah daerah karang yang dangkal. Pada daerah karang yang berada pada perairan dangkal banyak terdapat makanan dan tempat asuhan yang baik buat ikan-ikan kecil. Pada kenyataan dilapangan nelayan melakukan penangkapan di daerah tubir atau slop. Selain itu diduga ikan-ikan kecil dapat lolos dari jeratan jaring bagian sayap sewaktu menggiring ikan kearah kantung pada saat melakukan operasi penangkapan. Ukuran mata jaring yang digunakan nelayan pada bagian kantung 0.75 inci dan bagian sayap 2 inci Berdasarkan ukuran terbesar yang ditemukan selama penelitian, diperoleh ukuran panjang total 327 mm, pada ukuran ini belum mencapai ukuran maksimal dari ikan dolosi biru. Ukuran maksimal dari ikan dolosi biru menurut Carpenter 1988, adalah 350 mm. Kondisi ini diduga disebabkan oleh tingginya intensitas penangkapan sehingga kesempatan ikan untuk tumbuh dan berkembang sampai batas ukuran panjang maksimal tidak terjadi. Hal ini sesui dengan hasil analisis pertumbuhan menunjukan nilai L ∞ dari panjang total ikan secara umum di perairan kepulauan Guraici, maupun dibedakan berdasarkan masing-masing lokasi stasiun berada di bawah 350 mm. Panjang L ∞ secara umum adalah 343.35, Stasiun 1 Perairan Gunange 342.30 mm, Stasiun 2 P.Talimau 340.58 mm, Stasiun 3 P.Laigoma 329.49 mm, Stasiun 4 P. Siko 340.63 mm, dan Stasiun 5 P.Gafi 333.96 mm.

5.2 Reproduksi Ikan Dolosi Biru Caesio caerulaurea

Berdasarkan hasil analisis beberapa parameter reproduksi ikan dolosi biru Caesio caerulaurea yang ditampilkan pada bab hasil maka dapat dijelaskan sebagai berikut: Nisbah kelamin suatu organisme perairan sangat penting untuk dikaji, karena terkait dengan kemampuan dan potensi reproduksi organisme 94 tersebut kedepan. Apabila keseimbangan alamiah nisbah kelamin terganggu, maka kesinambungan stok alamiahnya dapat terganggu. Secara umum nisbah kelamin ikan dolosi biru Caesio caerulaurea adalah sebesar 1 : 0,93, artinya setiap 100 ekor ikan dolosi biru jantan akan di temukan 93 ikan betina. Adapun rasio nisbah kelamin jantan:betina dibedakan berdasarkan stasiun yaitu: satasiun 1 Perairan Gunage 1 : 0.89; Stasiun 2 P. Talimau 1 : 0.88; Stasiun 3 P.Laigoma 1 : 0.96; Stasiun 4 P. Siko 1 : 1.01; Stasiun 5 P. Gafi 1 : 0.94. dilihat dari rasio nisbah kelamin secara umum maupun berdasarkan stasiun meggambarkan tidak ada perbedaan rasio jantan:betin yang mencolok, peluang 1 ekor ikan jantan mendapatkan 1 ekor ikan betina. Gambaran nisbah kelamin berdasarkan waktu bulan relatif sama, perbedaannya sangat kecil. Berdasarkan bulan pengamatan yaitu, bulan Mei ikan jantan relatif lebih sedikit tertangkap dibanding ikan betina sedangkan pada bulan Juni sampai September ikan jantan lebih dominan tertangkap, pada bulan Oktober ikan betina lebih banyak tertangkap. Selanjutnya bulan November sampai Februari ikan jantan yang dominan tertangkap, dan pada bulan Maret sampai April tangkapan didominasi ikan betina. Nisbah kelamin yang besar terjadi pada bulan Februari yaitu 1 : 0.51, artinya setiap 100 ikan jantan ditemukan 51 ekor ikan betina atau dapat dikatakan pada bulan Februari ikan betina berpeluang mendapatkan pasangan dua ekor ikan jantan. Perbedaan rasio nisbah kelamin setiap bulan, mengindikasikan bahwa dinamika tiap jenis kelamin ikan relatif berbeda dari karakter tingkah laku, baik pertumbuhan dan reproduski, lingkungan dan aktivitas penangkapan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bal dan Rao 1984, yang mengatakan bahwa perbedaan nisbah kelamin disebabkan oleh faktor tingkah laku ikan itu sendiri, perbedaan laju mortalitas dan pertumbuhannya. Selain itu perbedaan jumlah ini juga dapat disebabkan oleh adanya aktifitas selama pemijahan Nikolsky 1963 dalam Effendie 1997. Pada bulan-bulan tertentu ikan betina lebih banyak tertangkap, ini disebabkan pada saat itu ukuran rata-rata ikan betina relatif lebih besar dari ukuran ikan jantan. Kondisi ini bila dihubungkan dengan rasio jantan betina berdasarkan ukuran, pada ukuran dewasa 262-301 mm ikan betina lebih banyak tertangkap dibanding ikan jantan. Kondisi ini ikan betina berada pada ukuran ikan yang siap memijah. Diduga ikan-ikan betina tertangkap ketika memasuki daerah penangkapan pada saat beruaya mencari daerah pemijahan, kondisi ini sesuai dengan pendapat Carpenter 1988, mengatakan bahwa selama pemijahan ikan dari kelompok Caesionidae mereka 95 melakukan migrasi ke daerah terumbu karang pada saat gelap atau hari senja dan mulai memijah selama air surut. Pada Caesio teres bertelur, pada periodik pasang surut pada kedalaman kurang lebih 1 m dari permukaan. Selain itu ikan ikan betina relatif tumbuh lebih cepat dibanding ikan. Kondisi ini dibuktikan laju pertumbuhan ikan betina lebih cepat dari ikan jantan, ditandai dengan nilai Koofisien pertumbuhan ikan betina lebih besar dari ikan jantan. Sedangkan pada ukuran rata-rata 314 tidak ditemukan ikan betina, disebabkan ukuran maksimum ikan betina di capai pada ukuran 320 mm. hal ini sesuia dengan L ∞ ikan betina 330.23 mm lebih kecil dari L ∞ ikan jantan. Sedangkan gambaran nisbah kelamin berdasarkan perbedaan lokasi sampling relatif sama di setiap lokasi sampling. Kondisi ini diduga bahwa ikan dolosi biru yang berada pada kelima lokasi sampling masi berada pada batasan daerah teritorial atau dari satu daerah distribusi yang sama, hal ini di dukung oleh kondisi karakter lingkungan yang ada diperairan Kepulauan Guraici relatif sama di semua tempat atau lokasi sampling. Sehingga diduga ikan Dolosi biru adalah ikan yang distribusinya sangat terbatas pada area tertentu, sehingga tidak terjadi penambahan stok atau populasi yang masuk maupun keluar dari wilayah tiritorialnya. Faktor kondisi ikan dolosi biru C. caerulaurea baik jantan maupun betina berdasarkan bulan pengamatan selama penelitian diperoleh nilai faktor kondisi FK 3, yang berarti ikan dolosi biru yang berada di perairan Kepulauan Guraici secara umum berada pada kondisi tubuh kurang pipih. Nilai faktor kondisi FK selama bulan penelitian relatif berbeda, walaupun perbedaanya relatif kecil, dimana selisih nilai FK 1 yaitu berada pada kisaran 0.91- 1.52 pada ikan jantan, dan ikan betina kisaran nilai antara 0.83-1.48. sedangkan nilai faktor kondisi ikan dolosi biru berdasarkan tempat lokasi sampling relatif sama. Faktor kondisi relatif sama bila di bandingkan dengan faktor kondisi ikan dari genus yang sama ekor kuning Caesio cunning di perairan Kepulauan Seribu yang di teliti April- Juli 2010, kisaran nilai rata-rata faktor kondisi selama pengamatan berkisar antara 0,66-1,57. Habibin, 2011. Jumlah total ikan dolosi biru C. caerulaurea betina matang gonad sebanyak 1303 ekor 23.02 dari 5661 ekor ikan sampel. Berdasarkan total ikan betina yang tertangkap 2735 ekor, jumlah ikan betina matang gonad 1303 ekor 46.92, sedangkan ikan betina belum matang gonad 1432 ekor 53.08. Dari data ini menjelaskan bahwa ikan yang tertangkap selama 96 penelitian di dominasi oleh ikan-ikan yang belum matang gonad atau ikan-ikan yang belum memijah. Ikan matang gonad terdapat di semua lokasi stasiun, ditemukan sepanjang tahun . Pemijahan ikan dolosi biru terjadi di perairan karang, dimana di seluruh lokasi penelitian adalah merupakan daerah perairan karang yang merupakan satu kesetuan hamparan karang dalam satu gugusan Kepulauan Guraici. Pemijahan ikan dolosi biru di perkirakan terjadi pada perairan karang yang dangkal. Sebagai larva plantonik, selama masa larva berada di perairan karang yang dangkal sampai ke tahap juvenil ikan ini masi tetap berada pada daerah karang, ikan muda tumbuh dan berkembang di daerah pembesaran tetap di perairan karang. Pada ukuran dewasa ikan dolosi biru beruaya keluar dari karang terjadi pada siang hari dan kembali ke karang pada waktu malam hari. Kondisi ini terjadi sepanjang masa apabila tidak terjadi tekanan lingkungan yang drastis. Berdasarkan jumlah ikan matang gonad terbanyak ditemukan, indeks kematangan gonad IKG maka puncak pemijahan ikan dolosi terjadi beberapa kali dalam setahun, puncak tertinggi terjadi pada bulan April dan Juni, walaupun terlihat ada beberapa puncak indeks matang gonad yang lain terjadi di bulan Maret, Oktober dan Desember, tetapi masih kecil di bawah dua puncak sebelumnya. Pernyataan ini diperkuat oleh Carpenter 1988, Selama aktivitas siang hari yang normal kelompok ikan dari famili Caesionidae berenang pada kedalaman sedang dekat dengan tepi atau karang dalam posisi yang sama. Ketika mereka menemukan lokasi makan yang sesuai diperkirakan ketika predator minimal, dimana arus tetap dan bagian kelompok zooplankton cukup banyak. Kelompok ini akan memecah formasi dan mulai aktivitas makan. Dalam kelompok makan ini, mereka berenang perlahan dan tidak sama, secara cepat, sergapan singkat kedepan pada saat mengambil zooplankton dari kolom air. Caesionidae dapat diamati berenang disekitar karang. Selama awal recruitment ikan ini berada di sekitar karang, juvenil caesionidae umumnya masih diarea terbatas dekat dengan substrat. Ketika terancam, mereka dengan cepat berlari berputar, daripada masuk ke cela karang dan batu untuk tujuan melarikan diri. Pada saat malam hari kelompok ini berdiam diri dan masih berada dekat dengan karang. Dilanjutkan dengan pernyataan bahwa kelompok Caesionidae terutama mendiami karang, meski jangkauan mereka kadang sampai dasar pada saat berenang antar karang. Bukti ini mengkonfirmasi mereka kadang tertangkap oleh trawl, jauh dari karang. Satu spesies, Dipterygonotus balteatus, ditemukan dikarang hanya pada tahap juvenil.