Eksploitasi Penangkapan Ikan Dolosi Caesio

27 pengoperasiannya melakukan “penggiringan” atau “penghalauan” ikan-ikan yang akan ditangkap agar masuk jaring yang telah dipasang terlebih dahulu. Jaring ini termasuk tipe trap net. Pada awalnya muroami diartikan untuk menangkap ikan- ikan karang, namun perkembangan terakhir hanya dikhususkan untuk menangkap ikan dolosi Caesio saja. Muroami di Kepulauan Guraici di perkenalkan oleh nelayan Hiri sekitar tahun sembilan puluhan. Jaring muroami memiliki beberapa komponen, yaitu : 1. Jaring Jaring terdiri dari dua bagian yaitu kantong dan sayapkaki. Jaring bagian kantong dan sayap terbuat dari bahan poly etelen PE. Ukuran jarring muroami berukuran panjang kantong sekitar 25 meter lebar 9 meter tinggi 15 meter, ukuran mata jaring bagian kantong 0,75 inch 1.9 cm Panjang sayap bagian dalam dan bagian luar berbeda, panjang sayap bagian luar 75 meter sedangkan bagian dalam 45 meter. Tinggi sayap bagian dalam dan luar yaitu 15 meter dengan besar mata jaring 2 inci. Gambar 4 Jaring Muroami dan Operasi penangkapan Sumber: Carpenter 1988 2. Pelampung Pemberat dan Tali Serei Agar mulut jaring terbuka mata jaring dilengkapi dengan pelampung dan pemberat dan dilengkapi dengan tali serei yang gunanya menarik jaring sewaktu operasi penangkapan 28 3. Alat Bantu Pengoperasian alat tangkap muroami dilakukan dengan cara menggiring ikan oleh belasan ABK yang bertindak selaku penyelaman. Selain itu juga menggunakan satu unit armada pembantu yaitu perahu sampan tanpa mesin untuk menaruh jaring yang diikatkan dibelakang kapal motor. Awak kapal terdiri dari 13-16 orang yang berada di armada induk dan 2 orang di perahu sampan, dilengkap dengan jaring pembantu atau sayap untuk menggiring ikan ke jaring kantung. Selain itu dibutuhkan alat penyelaman berupa kompresor yang dilengkapi dengan selang yang panjangnya kurang lebih 100 meter, tabung oksigen dan masker. Operasi penangkapan dilakukan pada waktu fajar sampai pagi hari dan pada waktu sore hari sampai menjelang malam. Dalam satu hari operasi penangkapan dapat dilakukan 5-9 trip. Daerah penangkapan di lakukan di Perairan Kepulauan Guraici pada kedalaman 25-35 m. Trip penangkapan muroami ada yang harian one day fishing maupun mingguan tergantung hasil tangkapan yang diperoleh.

2.15 Evaluasi Sumberdaya Perikanan

Untuk mengevaluasi keberlanjutan dalam mengeksploitasi sumberdaya perikanan lebih difokuskan pada penentuan status stok relatif dari spesies target referensi biologi atau pada beberapa kasus, referensi ekologi, seperti tingkat kematian ikan, spawning biomass atau struktur umur Smith 1993. Pengelolaan sumberdaya ikan menggunakan referensi dan target points sebagai indikator dari status sumberdaya dan sinyal early warning bagi terlampauinya level ekstraksi dari yang seharusnya. Pendekatan ini membutuhkan informasi yang substansial, survei yang independen, dan model yang kompleks untuk megestimasi, baik untuk masa lalu maupun masa sekarang yang merepresentasikan pengelolaan perikanan yang objektif Fauzi dan Anna 2005. Tekanan penangkapan dapat memberikan suatu gambaran keberhasilan atau kegagalan dan peningkatan atau penurunan sumberdaya perikanan di suatu perairan tertentu. Bennet 1970, beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan penangkapan antara lain perbedaan tempat, musim penangkapan dan kepadatan populasi ikan. Selanjutnya dikatakan keberhasilan penangkapan dapat memberikan gambaran akan kelimpahan dan kepadatan stok ikan, pertumbuhan populasi ikan dan produksi perikanan di masa yang akan datang. 29 Pengelolaan sumberdaya perikanan pada dasarnya dimaksud sebagai upaya untuk: 1 Memperoleh produksi maksimum yang berkelanjutan, keberlanjutan stok alami dapat dipertahankan, 2 Memperoleh keuntungan stok ekonomi yang maksimum berkesinambungan bagi pengguna sumberdaya perikanan, 3 Mampu meningkatkan kesejahteraan para pihak pemanfatan sumberdaya perikanan, terutama nelayan. Prinsip dasar upaya pengelolaan adalah bahwa pemanfaatan sumberdaya harus didasarkan pada sistem dan kapasitas daya dukung carrying capacity alamiahnya. Besar kecil hasil tangkapan ikan tergantung pada jumlah stok alam yang tersedia di perairan dan kemampuan alamiah dari habitat untuk menghasilkan biomassa ikan. Upaya pengelolaan diawali oleh pengkajian stok, agar potensi stok alaminya dapat diketahui. King 1997, mengatakan bahwa konsep pengelolaan sumberdaya perikanan adalah keterkaitan antara pengkajian stok, tujuan, strategi dan pengaturan pengelolaan perikanan. Penentuan strategi pengelolaan diawali dengan pengkajian stok sumberdaya yang hendak dikelola. Pada saat yang sama juga dilakukan pemantauan terhadap upaya tangkap, terutama memantau apakah sudah terjadi penangkapan yang berlebihan atau belum, kalau belum bagaimana pengaturan penangkapan. Berdasarkan hasil kajian stok dan evaluasi stok tersebut, dengan memperhatikan resiko yang mungkin timbul ekologi, sosial budaya, ekonomi dan kelembagaan maka dibuat peraturan perikanan, terutama terkait dengan pengaturan upaya penangkapan jenis alat dan ukuran, jumlah alat, waktu dan lokasi dan pengaturan hasil tangkapan ukuran yang boleh ditangkap dan kuota penangkapan.