Hasil Tangkapan per Satuan Upaya CPUE

79 Gambar 36. YR’ maks di peroleh pada C = 0.72 L c = 247.63 mm, dengan nilai E maks = 0.80tahun yaitu sebesar 0.0970. Apabila C diperkecil menjadi 0.57-0.61 L c = 197-210 mm nilai YR’ maks menjadi sebesar 0.0870 terjadi pada E = 0.70tahun. Jika ditetapkan nilai C = 0.50-0.54 L c = 171.5-185.5 mm maka YR’ maks sebesar 0.0780 terjadi pada E= 60tahun. Pada penelitian ini kondisi sekarang belum mencapai YR’ maks 0.0880, YR’ yang diperoleh sebesar 0.0820 terjadi pada C = 0.72 L c =247.83, E = 0.58tahun. Dari kondisi eksploitasi yang terjadi sekarang mengindikasikan di perairan kepulauan Guraici telah terjadi lebih tangkap. Untuk mencapai nilai eksploitasi E opt maka YR’ berkurang sebesar 8.54 dari YR’ sekarang menjadi 0.0750. Gambar 36 Hubungan antara laju eksploitasi E dengan hasil tangkapan per penambahan baru relatif YR’ pada berbagai panjang relatif pertama kali tertangkap C LcL ∞ Simulasi hasil per penambahan baru relatif YR’ sebagai fungsi dari C pada bebagai tingkat E berdasarkan lokasi penelitian Gambar 37-41. Dengan menetapkan nilai C konstan, dan E sebagai peubah, terlihat bahwa pola yang terbentuk seperti yang terjadi pada pola secara umum, yaitu makin kecil nilai C maka makin kecil nilai Y R’ maks yang di peroleh. Kondisi ini terjadi pada seluruh stasiun. Pada stasiun 1 perairan Gunange MK= 1.03, kondisi sekarang tingkat eksploitasi E = 0.61tahun yang terjadi pada C= 0.72 Lc=247.63 di peroleh YR’ sebesar 0.0880, untuk mencapai YR maks 0.0940 di capai pada E = 80tahun. Stasiun 2 P. Talimau kondisi sekarang MK = 1,20, di peroleh C = 70, E = 32tahun, YR’= 0.0440, YR’ maks terjadi pada E = 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 Y R Eksploitasi E Secara umum MK = 1.08 C = 0.50 C = 0.60 C = 0.72 C = 0.80 C = 0.90 80 0.8tahun yaitu 0.077. Stasiun 3 P. Laigoma MK=1.04 , C = 0.80, E = 0.6 8tahun, YR’ di peroleh sebesar 0.092, YR’ maks di capai pada E= 0.9tahun yaitu 0.0990. Stasiun 4 P. Siko MK = 0.92, C= 0.77, E= 0.71tahun, YR’ di peroleh sebesar 0.1090, YR’ maks = 0.1160 terjadi pada E = 0.9tahun. Stasiun 5 P. Gafi M K = 1.06, C= 0.72, E= 0.58tahun, YR’ sebesar 0.085, YR’ maks terjadi pada E = 0.8tahun sebesar 0.090. Gambar 37-41. Kondisi eksploitasi E di semua lokasi penelitian stasiun, telah terjadi lebih tangkap kecuali pada Stasiun 2 Perairan Talimau. Untuk mencapai eksploitasi E opt = 0.50tahun, maka nilai E perlu dikurangi sebagai berikut: stasiun 1 perairan Gunage di kurangi sebesar 9.09 dari YR’ sekarang 0.088, maka YR’ menjadi 0.080 ; Stasiun 2 P. Talimau belum mencapai E optim um E = 0.32, YR’ sekarang 0.044, perlu penambahan E menjadi 0.50 maka terjadi kenaikan YR sebesar 45.45 0.064; Stasiun 3 P. Laigoma dikurangi sebesar 19.57 dari YR sekarang 0.092 menjadi 0.074: Stasiun 4 P. Siko di kurangi sebesar 18.35 , dari YR sekarang 0.109, YR’ menjadi 0.089; dan Stasiun 5 P. Gafi berkurang sebesar 12.20 dari YR’ sekarang 0.082, menjadi 0.072. Hasil analisis di sajikan pada Lampiran 8 dan 9. Gambar 37 Hubungan antara laju eksploitasi E dengan hasil tangkapan per penambahan baru relatif YR’ pada berbagai panjang relatif pertama kali tertangkap C LcL ∞ 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 Y R Eksploitasi E St.1 MK = 1.03 C = 0.50 C = 0.60 C = 0.70 C = 0.80 C = 0.90