Pendekatan TCM dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Menentukan nilai laju kunjungan wisata Xi dalam setahun.
2. Menduga biaya perjalanan dari lokasi asal ke lokasi yg dituju, dengan asumsi bahwa biaya perjalanan per kilometer jarak adalah konstan, dimana tidak ada
perbedaan antar konsumen. 3. Menduga jumlah kunjungan X berdasarkan fungsi biaya perjalanan C,
pendapatan I, kualitas objek wisata D atau : X = f C, I, D
4. Menduga surplus konsumen individu dengan pendekatan ekonometrik yaitu melalui identifikasi hubungan antara jumlah kunjungan dengan biaya
perjalanan dan faktor penunjang lainnya. Secara matematik, fungsi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
V = a – b
1
X
1
+ b
2
X
2
+..+b
n
X
n
Keterangan : V = jumlah kunjungan dalam setahun
X
1
= travel cost Rp X
2
= tingkat pendidikan X
3
= umur pengunjung tahun X
4
= lama waktu berwisata jam X
5
= persepsi pengunjung terhadap danau X
6
= jumlah pendapatan rumah tangga Rpbulan X
7
= jumlah anggota keluarga
Melalui penggunaan teknik regresi sederhana Ordinary Least Square, OLS, maka parameter
a dan b
1
dapat diestimasi. Selanjutnya surplus konsumen rata-rata pengunjung dan nilai ekonomi wisata dapat diestimasi seperti halnya nilai
ekonomi pertanian.
3.6.4 Nilai Ekonomi Keramba Jaring Apung KJA
Penentuan nilai manfaat langsung perikanan KJA juga menggunakan pendekatan produktivitas Effect on Production Approach, EOP sama seperti
penentuan estimasi nilai ekonomi pertanian. Fungsi permintaan KJA digambarkan sebagai berikut :
Q = a – b
1
X
1
+ b
2
X
2
+..+b
n
X
n
Keterangan : Q = Produksi ikan nila kgtahun
X
1
= harga ikan nila Rp.kg X
2
= umur respondentahun X
3
= tingkat pendidikan X
4
= jumlah pendapatan rumah tangga Rpbulan X
5
= jumlah anggota keluarga X
6
= luas KJA m
2
X
7
= jumlah pakan ton
3.7 Analisis Status Keberlanjutan Pengendalian Pencemaran Perairan
Danau Laut Tawar
Analisis indeks dan status keberlanjutan pengendalian pencemaran perairan Danau Laut Tawar dilakukan melalui metode Rapid Appraisal for Water Pollution
Control Rap-WAPOLCO berbasis Multi Dimensional Scaling MDS. Rap- WAPOLCO merupakan modifikasi dari Rapid Appraisal for Fisheries Rapfish.
Rapfish pertama kali digunakan untuk mengukur status keberlanjutan perikanan, namun secara prinsip dapat dikembangkan untuk mengukur aktivitas lain dengan
modifikasi dimensi dan atribut Fauzi 2014. Atribut dari dimensi Rapfish dapat dimodifikasi atau dikembangkan sedemikian rupa melalui penetapan atribut baru,
seperti tingkat kesuburan perairan, luas KJA, ketersediaan fasilitas wisata dan banyak lagi atribut lainnya sehingga berkesesuaian dengan tujuan penelitian.
Hasim et al. 2011 memodifikasi atribut Rapfish sehingga menggunakan istilah Rap-LAKE dalam analisis keberlanjutan pengelolaan Danau Limboto Provinsi
Gorontalo. Multi Dimensional Scaling pada dasarnya adalah teknik statistik yang mencoba melakukan transformasi multi dimensi ke dalam dimensi yang lebih
rendah Fauzi Anna 2002.
Atribut setiap dimensi dan kriteria baik atau buruk mengikuti konsep Rapfish. Skor maksimum atribut, yakni 3 untuk kondisi baik good, 0 berarti
buruk bad dan di antara 0-3 untuk keadaan di antara baik dan buruk. Skor yang diperoleh dari penilaian pakar, dipilih berdasarkan skala penilaian modus, artinya
pemilihan skor ditentukan berdasarkan pendapat pakar terbanyak.
Hasil skor yang telah teragregasi dari hasil wawancara dengan pakar terpilih serta data sekunder pada setiap atribut, dianalisis dengan MDS untuk menentukan
titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan terhadap dua titik acuan yaitu titik baik good dan titik buruk bad. Indeks perkiraan setiap dimensi dinyatakan
dengan skala terburuk bad 0 sampai dengan yang terbaik good 100 . Kategori indeks setiap dimensi disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Nilai indeks keberlanjutan
No Nilai Indek
Kategori 1.
0.00 – 25.00
Buruk 2.
25.01 – 50.00
Kurang 3.
50.01 – 75.00
Cukup 5.
75.01 – 100.00
Baik Sumber : Hasim et al. 2011; Adriman et al. 2012
Metode Rapfish memungkinkan untuk melakukan analisis Leverage dalam menentukan atribut pengungkit dari setiap dimensi. Atribut pengungkit
merupakan atribut yang keberadaannya berpengaruh sensitif terhadap peningkatan atau penurunan status keberlanjutan. Atribut pengungkit ditentukan berdasarkan
nilai Root Mean Square RMS di tengah sampai tertinggi dari output leverage Adriman et al. 2012.
3.8 Membangun Model Pengendalian Pencemaran Perairan Danau Laut
Tawar
Model pengendalian pencemaran perairan Danau Laut Tawar dibangun melalui pendekatan sistem. Model dibangun didasarkan pada beban limbah
pencemaran, aktivitas masyarakat di dalam dan di sekitar danau serta faktor sosial ekonomi penduduk. Pendekatan sistem pada prinsipnya melalui enam tahap
analisis, yaitu analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi dan validasi serta implementasi Eriyatno 2012.
Model dibangun untuk menggambarkan pecemaran pada sistem nyata dibantu dengan alat pemodelan sistem Stella versi 9.0.2 . Model ini dibangun
dengan melibatkan empat sub model yakni; 1. sub model limbah permukiman penduduk, 2 sub model limbah pertanian, 3 sub model limbah wisata, dan 4 sub
model limbah KJA.
3.8.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan setiap pelaku yang terlibat dalam sistem pengendalian pencemaran. Selain itu analisis
kebutuhan juga menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang atau lembaga terhadap jalannya sistem. Pelaku yang terlibat didalam sistem
pengendalian pencemaran perairan Danau Laut Tawar ini adalah 1 masyarakat lokal, 2 pemerintah derah, 3 PDAM Tirta Tawar, 4 pemilik tempat wisata,
5 PT. PLN Persero, dan 6 LSM. Analisi kebutuhan pelaku sitem pengendalian pencemaran disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10 Kebutuhan pelaku sistem pengendalian pencemaran perairan Danau
Laut Tawar
No. Pelaku
Kebutuhan 1.
Masyarakat lokal -
Kualitas air danau baik -
Hasil tangkapan ikan tidak menurun -
Usaha perikanan KJA dapat berjalan -
Populasi ikan tidak menurun -
Adanya pengolahan limbah cair terpadu 2.
Pemerintah daerah -
Kualitas air danau baik -
Pendapatan masyarakat meningkat -
PAD meningkat -
Jenis spesies endemik tetap lestari -
Adanya pengelolaan limbah pada sumbernya -
Adanya penataan
penempatan KJA
dan pengendaliannya
- Pemberian pakan yang optimal
- Adanya ketaatan terhadap RTRWK khususnya
pengembangan permukiman dll di sempadan danau
- Pertumbuhan penduduk terkendali
- Kesadaran penduduk meningkat
3. PDAM Tirta Tawar
- Kualitas air danau baik
- Pendapatan perusahaan meningkat
- Masyarakat dan pemerintah berkontribusi dalam
pengendalian pencemaran
No. Pelaku
Kebutuhan 4.
Pemilik tempat wisata -
Kualitas air danau baik -
Danau dapat dijadikan tempat wisata -
Tidak sulit dan hemat biaya pengelolaan limbah -
Usaha penyediaan tempat rekreasi terus berjalan 5.
PT. PLN Persero -
Kualitas air danau baik -
Masyarakat dan pemerintah berkontribusi dalam pengendalian pencemaran
6. LSM
- Kualitas air danau baik
- Pendapatan masyarakat meningkat
- Keaslian fisik danau tetap terjaga
- Jenis spesies endemik tetap terjaga
- Adanya sanksi bagi pelaku yang membuang
sampah ke danau -
Adanya kegiatan terkoordinir untuk pembersihan sampah di danau
- Pertumbuhan penduduk terkendali
- Kesadaran penduduk meningkat
3.8.2 Formulasi Masalah
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, maka dapat dilihat kebutuhan- kebutuhan yang sejalan sinergis maupun yang kontradiktif. Menurut Hartrisari
2007, kebutuhan yang saling kotradiktif dapat dikenali berdasarkan dua hal yaitu kelangkaan sumberdaya lack of resources dan perbedaan kepentingan conflict
of interest. Tujuan sistem akan sulit tercapai apabila pada tahap analisis kebutuhan teridentifikasi kebutuhan yang saling kontradiktif. Kebutuhan yang
kontradiktif dapat menimbulkan permasalahan antar pelaku. Dengan demikian rincian dari aktor yang saling bertentangan memerlukan solusi penyelesaian untuk
dapat mengintegrasikan kebutuhan pelaku sistem. Formulasi masalah disajikan dalam Tabel 11.
Tabel 11 Formulasi masalah kebutuhan pelaku sistem di Danau Laut Tawar
Kebutuhan Kontradiktif Alternatif Solusi
Jumlah dan penyebaran Keramba Jaring Apung KJA belum diatur dengan baik
Penetapan peraturan daerah qanun Pengelolaan limbah belum optimal
Penyediaan IPAL terpadu dan komunal Penegakan hukum lingkungan belum berjalan
Penetapan peraturan daerah qanun dan penyadaran masyarakat
Belum ada pengendalian pembangunan rumah di sempadan danau oleh otoritas daerah
Pelaksanaan RTRWK Aceh Tengah Tidak terorganisasinya dengan baik program
kegiatan pembersihan danau Penetapan
program kegiatan
pembersihan danau secara periodik dengan melibatkan masyarakat
Belum ada pengedalian jumlah tempat wisata di sekitar perairan danau
Penetapan peraturan daerah qanun dan penyadaran masyarakat
3.8.3 Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem ditujukan untuk memberikan gambaran terhadap komponen-komponen yang terlibat di dalam sistem yang dikaji. Komponen
tersebut digambarkan dalam sebuah diagram hubungan sebab akibat cousal loop diagram. Data komponen diperoleh berdasarkan studi kepustakaan dan hasil
wawancara mendalam dengan masyarakat dan pelaku usaha terkait dengan pencemaran di perairan Danau Laut Tawar.
Peubah yang berpengaruh dalam peningkatan beban pencemaran adalah berupa aktivitas manusia dan alam. Namun dalam penelitian ini akan dibatasi dan
hanya berupa aktivitas manusia saja sedangkan penyebab alam dianggap diluar kendali dan menjadi input tak terkontrol. Aktivitas manusia dalam hal ini dapat
dilakukan secara kolektif sehingga dapat disebut aktivitas masyarakat antara lain; aktivitas permukiman penduduk, pertanian, wisata dan KJA.
Meningkatnya jumlah penduduk akan memicu peningkatan pemanfaatan lahan berupa permukiman penduduk, pertanian dan perkebunan, wisata, dan
keramba jaring apung. Peningkatan aktivitas masyarakat akan meningkatkan beban pencemaran yang masuk ke perairan sungai dan danau. Sebaliknya
peningkatan beban pencemaran tersebut akan menurunkan kualitas perairan. Namun apabila kualitas perairan dapat ditingkatkan, akan mendorong peningkatan
kelimpahan ikan dan kesehatan lingkungan. Meningkatnya kesehatan lingkungan akan mendorong peningkatan kesehatan masyarakat dan pertumbuhan penduduk.
Hubungan sebab akibat tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Diagram sebab akibat causal loop diagram model pengendalian pencemaran perairan Danau Laut Tawar