Latar Belakang Model Pengendalian Pencemaran Perairan Danau Laut Tawar Di Kabupaten Aceh Tengah

memiliki satu outlet sepanjang 130.80 km yang melintasi lima kabupatenkota, diantaranya Aceh Tengah, Bener Meriah, Bireuen, Aceh Utara dan Lhokseumawe BPS Kab. Aceh Tengah 2014. Danau ini tidak luput dari permasalahan penurunan kualitas perairan. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran terutama parameter lingkungan Chemical Oxygen Demand COD = 90.29 mgl di Stasiun Boom, Dissolved Oxygen DO = 3.31 mgl, nitrit-N = 0.07 mgl, timbal = 0.30 mgl, Total Phosphorus TP = 0.21 mgl dan coliform = 2 400 Most Probable Number MPN100 ml di beberapa stasiun perairan danau BLHKP Kab. Aceh Tengah 2012. Hal ini diperkuat oleh hasil Facus Group Discussion FGD tahun 2013 bahwa masalah pencemaran merupakan salah satu isu prioritas bagi pemanfaat dan pengelola sumberdaya perairan Danau Laut Tawar Nasution 2015. Kualitas perairan danau yang semakin menurun akibat terjadinya pencemaran, akan mengganggu kehidupan banyak spesies di perairan termasuk jenis endemik. Pencemaran dapat menyebabkan kematian tiba-tiba pada ikan dan eutrofikasi di perairan, bahkan pencemaran limbah Bahan Berbahaya dan Beracun B3 selain mengakibatkan kerusakan pada berbagai organ tubuh ikan sehingga tidak layak konsumsi juga mengakibatkan kecacatan pada larva hewan air Riani 2015; Riani et al. 2014. Salah satu spesies endemik Danau Laut Tawar yang terancam punah dengan populasi yang menurun secara drastis dalam dua dekade terakhir adalah ikan depik Rasbora tawarensis, bahkan tergolong sebagai ikan yang terancam punah vurnerable dalam International Union Conservation of Nature tahun 2003 Muchlisin et al. 2011; Nasution 2015. Jumlah produksi perikanan tangkap ikan depik di Danau Laut Tawar per tahunnya terus mengalami penurunan. Pada tahun 2007 hasil tangkapan ikan depik mencapai 18.4 ton, kemudian menurun menjadi 15.0 ton 2008, 14.8 ton 2009, 14.6 ton 2010 dan hanya 8.6 ton 2011 Disnakkan Kab. Aceh Tengah 2012. Menurut Muchlisin 2010, hasil upaya tangkapan ikan depik per unit Catch Per Unit Effort, CPUE pada tahun 1970 sebesar 1.17 kgm 2 jaring menjadi 0.02 kgm 2 jaring di tahun 2009. Kualitas perairan yang baik mencerminkan status mutu air yang baik, begitu juga sebaliknya. Status mutu air Danau Laut Tawar berkisar antara kelas A sampai D atau memenuhi baku mutu air sampai cemar berat di beberapa stasiun perairan danau BLHKP Kab. Aceh Tengah 2012. Penanganan masalah pencemaran danau oleh pemerintah daerah masih terbatas pada upaya pemantauan. Belum terlihat adanya upaya strategis, seperti pengelolaan limbah di daerah permukiman, penegakan hukum lingkungan, optimaliasi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan danau, pembatasan penggunaan pupuk dan herbisida, pengendalian pakan ikan di KJA dan lain sebagainya. Pengelolaan danau yang dilakukan saat ini belum dilaksanakan secara terpadu dan lebih ditekankan kepada kegiatan sektoral. Hal ini menyebabkan permasalahan pencemaran bukan menjadi isu utama Satuan Kerja Perangkat Kabupaten SKPK. Beban pencemaran yang masuk ke perairan danau terus meningkat apabila kebiasaan masyarakat yang berdomisili di sekitar danau kurang berwawasan lingkungan. Prinsip-prinsip ekologis bahwa perairan danau memiliki daya tampung assimilative capacity terhadap limbah, belum dipahami secara baik oleh sebagian besar masyarakat pengguna danau. Ketidak-pahaman tersebut juga terjadi pada pemerintah, pihak swasta dan pihak terkait lainnya. Oleh karena itu evaluasi secara menyeluruh terhadap pengendalian pencemaran perairan danau perlu dilakukan. Evaluasi status keberlanjutan pengendalian pencemaran perairan danau harus memperhatikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Ketiga aspek tersebut merupakan komponen penting dan setiap komponen dapat saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Pencemaran perairan danau merupakan masalah yang kompleks, sehingga penanganannya tidak dapat dilakukan secara parsial seperti yang dilakukan selama ini, namun harus secara komprehensif. Penelitian pengendalian pencemaran perairan danau telah banyak dilakukan, meskipun tidak sebanyak pengendalian kualitas air sungai. Di daerah tropis, penelitian pengendalian pencemaran perairan danau memfokuskan pada pengendalian nutrien, perlindungan habitat perairan dari spesies invasif dan minimalisasi perubahan hidrologi di sungai masuk ke danau. Di Indonesia, penelitian pengendalian pencemaran perairan danau masih difokuskan pada pengendalian nutrien dan bahan organik, seperti penelitian di Danau Maninjau dan Sentani. Penelitian di Danau Laut Tawar ini juga masih terbatas pada pengendalian nutrien dan bahan organik, namun dalam penelitian ini dilakukan metode etimasi yang berbeda terhadap limbah yang bersumber dari wisata. Pendekatan tersebut bersandar pada jumlah wisatawan yang berkunjung ke Danau Laut Tawar dan limbah yang dihasilkan selama pengunjung berada di tempat wisata. Hasil penelitian ini juga mengungkap atribut pengungkit status keberlanjutan pengendalian pencemaran perairan danau serta efisiensi aktivitas masyarakat di sekitar danau berdasarkan rasio potensi nilai ekonomi dan beban pencemaran. Berdasarkan fakta tersebut di atas, maka pada ekosistem Danau Laut Tawar sangat perlu dilakukan penelitian tentang model pengendalian pencemaran perairan danau secara holistik dengan menggunakan pendekatan kesisteman. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu skenario model pengendalian pencemaran perairan danau yang dapat menjadi salah satu acuan untuk menyusun kebijakan pengendalian pencemaran perairan Danau Laut Tawar pada masa yang akan datang.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan model pengendalian pencemaran perairan Danau Laut Tawar, sehingga menghasilkan skenario yang dapat menjadi salah satu acuan bagi penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran perairan danau di masa yang akan datang. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan : 1. Menganalisis kualitas air Danau Laut Tawar. 2. Menganalisis total beban pencemaran dan daya tampung perairan Danau Laut Tawar. 3. Menganalisis nilai ekonomi aktivitas masyarakat sebagai sumber pencemaran di perairan Danau Laut Tawar. 4. Menganalisis status keberlanjutan pengendalian pencemaran perairan Danau Laut Tawar. 5. Membangun model pengendalian pencemaran perairan Danau Laut Tawar.

1.3 Kerangka Pemikiran

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah terkait dengan pencemaran di Danau Laut Tawar berdampak kepada aktivitas dan pemanfaatan ruang oleh masyarakat setempat dan wisatawan yang berkunjung, baik di sekitar dan di dalam perairan danau. Pemanfaatan ruang oleh masyarakat khususnya di sekitar danau berupa pemanfaatan lahan untuk permukiman penduduk, pertanian dan pariwisata sedangkan di dalam perairan danau berupa kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Aktivitas dan pemanfaatan ruang tersebut menghasilkan limbah yang masuk ke danau melalui sungai maupun air limpasan sedangkan untuk kegiatan masyarakat di dalam perairan danau masuk secara langsung ke perairan danau. Semua limbah yang masuk ke perairan danau berpotensi menurunkan kualitas perairan danau. Di lain pihak, aktivitas penduduk yang berada di sekitar dan di dalam danau akan meningkatkan manfaat ekonomi yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan penduduk. Pendapatan penduduk yang meningkat, diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk melakukan peningkatan pendidikan masyarakat usia sekolah dan kesadaran untuk menjaga lingkungan. Kesadaran ini akan menjadi pendorong bagi masyarakat untuk berpartisipasi menurunkan beban pencemaran di perairan. Disamping itu, peningkatan pendapatan masyarakat dapat mendorong perilaku atau gaya hidup masyarakat untuk cenderung konsumtif, sehingga pada akhirnya berdampak pada peningkatan limbah atau beban pencemaran. Dualisme sudut pandang, antara aktivitas masyarakat yang menghasilkan limbah dan aktivitas masyarakat yang memberikan manfaat ekonomi dapat dibandingkan guna melihat jenis aktivitas masyarakat yang paling efisien limbah. Jenis aktivitas masyarakat yang memberikan manfaat ekonomi namun efisien limbah tersebut dapat menjadi pertimbangan pemerintah daerah untuk pengembangan perekonomian daerah di masa mendatang. Berdasarkan kondisi eksisting Danau Laut Tawar yang meliputi kualitas perairan danau, kondisi sosial ekonomi serta sumber limbah yang ada di dalam dan di sekitar danau, dapat dibuat model pengendalian pencemaran perairan danau. Model dibangun dengan empat sub model yakni, sub model limbah permukiman, limbah pertanian, limbah wisata dan limbah KJA. Di dalam permodelan dilakukan intervensi terhadap peubah-peubah yang membangun model sehingga ditemukan output skenario terbaik. Penentuan atribut pengungkit dalam mempengaruhi kinerja sistem dapat diketahui dari laverage of atributes yang merupakan output dari Rapid Appraisal for Water Pollution Control in Laut Tawar Lake Rap-WAPOLCO dalam analisis status keberlanjutan pengendalian pencemaran perairan Danau Laut Tawar. Penanganan pencemaran akan lebih efektif apabila mampu mensinergikan aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan, sehingga model yang dibangun mengandung makna pembangunan berkelanjutan. Permodelan akan menghasilkan model yang terintegrasi dan nantinya dapat diskenariokan. Hasil skenario tersebut diharapkan menjadi rekomendasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah khususnya terkait dengan pengendalian pencemaran perairan Danau Laut Tawar. Bagan alir kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.