Budidaya ikan nila menjadi primadona bagi petani KJA di perairan Danau Laut Tawar. Lama waktu pemeliharaan berkisar antara 5-6 bulan dengan
frekuensi panen dua kali dalam setahun. Produksi rata-rata ikan nila sebesar 417.86 kgpetaktahun atau 3 199.62 kgpetanitahun yang dijual dengan kisaran
harga Rp 23 000 – Rp 26 000 di tingkat petani KJA. Komponen biaya produksi
yang harus dikeluarkan oleh petani KJA berupa penyusutan modal fisik KJA, benih ikan, pakan, obat-obatan, listrik dan tenaga kerja.
Nilai ekonomi KJA diestimasi dengan menggunakan pendekatan produktivitas sumberdaya KJA. Hasil perhitungan diperoleh nilai surplus
konsumen manfaat KJA per tahun sebesar Rp 148 464 637 per petani dan nilai ekonomi KJA sebesar Rp 36 397 782 015 per ha per tahun lihat Lampiran 9.
5.3.5 Perbandingan Potensi Nilai Ekonomi dan Beban Pencemaran
Aktivitas Masyarakat di DTA Danau Laut Tawar Berdasarkan hasil analisis potensi Nilai Ekonomi NE dan Beban
Pencemaran BP aktivitas masyarakat di DTA Danau Laut Tawar yang berbasis pada parameter pencemaran, yakni BOD
5
, COD, TN, TP dan deterjen dirangkum pada Tabel 30.
Tabel 30 Rangkuman potensi NE dan BP aktivitas masyarakat di Danau Laut Tawar
Jenis Aktivitas Luas Eksisting
Potensi NE Potensi BP
BP ha
Rphatahun tonhatahun
tontahun Permukiman
1 379.00 1 649 324 508
1.59 2 189.90
Pertanian 12 523.00
894 589 072 0.07
882.00 Wisata
28.62 1 667 840 482
23.26 665.79
KJA 0.31
36 397 782 015 40.17
12.45 Sumber : BPS Kab. Aceh Tengah
2014; Kholik 2014; diolah 2014
Tabel 30 menunjukkan bahwa beban pencemaran kondisi eksisting tertinggi berasal dari aktivitas permukiman yakni 2 189.90 ton per tahun atau
setara dengan 58.40 , sedangkan potensi beban pencemaran tertinggi berasal dari KJA sebesar 40.17 ton per ha per tahun dan terendah berasal dari aktivitas
pertanian sebesar 0.03 ton per ha per tahun. Untuk menentukan jenis aktivitas masyarakat yang lebih efisien ditinjau dari potensi beban pencemaran yang
minimum dapat dilakukan dengan melihat rasio NE dan BP yang disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31 Rasio potensi NE dan BP di Danau Laut Tawar
Jenis Aktivitas Rasio NE
Rasio BP NEBP
Pemukiman 1.84
22.55 0.08
Pertanian 1.00
1.00 1.00
Wisata 1.86
330.30 0.01
KJA 40.69
570.40 0.07
Tabel 31 menunjukkan bahwa nilai rasio NE dan BP tertinggi adalah aktivitas pertanian, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas pertanian lebih efisien
jika dibandingkan dengan aktivitas masyarakat lainnya. Nilai rasio NE dan BP aktivitas masyarakat lainnya yang lebih rendah bermakna diperlukan upaya-upaya
untuk pengurangan limbah dan peningkatan nilai ekonomi terhadap aktivitas masyarakat di DTA Danau Laut Tawar. Pengurangan limbah dapat dilakukan
dengan upaya-upaya seperti penerapan program pengelolaan sampah 3R reduce, reuse dan recycle, pembangunan instalasi pengolahan air limbah, penyuluhan
kesadaran lingkungan dan penerapan pemberian pakan ikan yang tepat. Peningkatan potensi nilai ekonomi aktivitas masyarakat dilakukan dengan upaya-
upaya, seperti perbaikan sarana dan prasarana wisata serta fasilitas umum, menjaga kelestarian lingkungan dan lain sebagainya.
5.4 Indeks dan Status Keberlanjutan Pengendalian Pencemaran Perairan
Danau Laut Tawar
Berdasarkan pada referensi yang digunakan, keberlanjutan pengendalian pencemaran perairan Danau Laut Tawar dipengaruhi oleh lima dimensi yakni
ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan. Setiap dimensi memiliki atribut-atribut yang telah dilakukan skoring. Nilai skor pada setiap atribut
diperoleh dari analisis data sekunder dan penilaian pakar lihat Lampiran 9. Pakar terpilih terdiri dari tiga orang akademisi dan enam orang dari kalangan
birokrasi lihat Lampiran 10. Hasil rap analysis terhadap status keberlanjutan lima dimensi, yakni;
5.4.1 Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi
Hasil rap analysis menunjukkan bahwa keberlanjutan dimensi ekologi berada diurutan kedua dengan indekss keberlanjutan sebesar 46.56 atau pada
kategori kurang berkelanjutan. Atribut yang digunakan dalam menilai status keberlanjutan dimensi ekologi terdiri dari delapan yakni : 1 tingkat kesuburan
perairan, 2 frekuensi penggunaan pupuk organik, 3 luas lahan Keramba Jaring Apung KJA, 4 jumlah penduduk di sekitar danau, 5 jumlah kunjungan
wisata, 6 luas lahan pertanian, 7 jumlah rumah tangga penduduk tanpa jamban dan 8 kegiatan konservasi. Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi dapat
dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30 Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi untuk pengendalian
pencemaran perairan Danau Laut Tawar Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi masih dapat ditingkatkan
melalui atribut pengungkit. Berdasarkan hasil analisis leverage pada dimensi ekologi, diperoleh empat atribut pengungkit yang mempengaruhi status
keberlanjutan pengendalian pencemaran perairan danau, yakni jumlah penduduk di sekitar danau, jumlah kunjungan wisatawan, luas lahan KJA dan luas lahan
pertanian. Hasil analisis laverage dapat dilihat seperti Gambar 31.
Jumlah penduduk di sekitar danau dan wisatawan yang berkunjung dengan berbagai aktivitasnya, akan menghasilkan limbah sebagai penyebab pencemaran
perairan. Limbah tersebut dapat berupa bahan organik maupun non organik. Besar bahan organik di perairan dapat diketahui dari hasil pengujian BOD dan COD.
Khususnya parameter COD, sebagian perairan danau telah tercemar dengan konsentrasi di atas 10 mgl BLHKP Kab. Aceh Tengah.
Luas KJA di perairan Danau Laut Tawar ± 0.31 ha dengan laju peningkatan sebesar 4.74 per tahun BPS Kab. Aceh Tengah 2014. Kebutuhan ikan nila
Oreochromis nilotica yang berasal dari danau, yakni perikanan tangkap dan budidaya, masih belum mencukupi kebutuhan konsumen di Kabupaten Aceh
Tengah. Namun dari aspek lingkungan, keberadaan KJA selain memberikan manfaat ekonomi juga menghasilkan limbah yang mencemari perairan danau.
Limbah KJA berasal dari pakan ikan pellet yang memiliki kandungan diantaranya nitrogen dan fosfor. Parameter nitrogen dan fosfor dalam keadaan
berlebih, dapat menurunkan kualitas perairan sehingga mengganggu kehidupan organisme termasuk ikan KJA dan keindahan perairan danau. Bahkan menurut