72
Salah satu alat untuk menganalisis efisiensi pendapatan usahatani adalah dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya RC ratio
analysis. Dari analisis RC yang telah dilakukan menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani mitra di Desa Cigedug selama satu
musim tanam memiliki penerimaan yang lebih besar dibandingkan biaya usahatani yang dikeluarkan. Hal ini ditunjukkan dari nilai RC yang lebih besar
dari satu. Besar nilai RC atas biaya tunai sebesar 4,48 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp
4,48. Petani mitra di Desa Cigedug lebih banyak menggunakan faktor produksi dengan biaya tunai, daripada biaya tidak tunai. Hal tersebut ditunjukkan dari
perbedaan nilai RC atas biaya tunai dan RC atas biaya total yang tidak berbeda jauh. Selisih tersebut juga dapat menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit merah
yang dilakukan petani mitra di Desa Cigedug dikelola secara komersial. Nilai RC yang ada juga dapat menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit
merah yang dilakukan petani mitra telah efisien dan menguntungkan untuk dikembangkan karena penerimaannya lebih besar dibandingkan biaya yang
dikeluarkan dan masih memberikan keuntungan bagi petani cabai rawit merah yang bermitra di Desa Cigedug.
7.2.4. Penerimaan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra
Besar penerimaan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani nonmitra juga di peroleh dari jumlah produksi cabai rawit merah, tomat dan kol
dikalikan dengan rata-rata harga yang berlaku. Namun, perbedaannya adalah pada petani mitra harga cabai rawit merah yang berlaku merupakan harga kesepakatan
antara Gapoktan Cagarit dengan PT. Indofood Fritolay Makmur sedangkan bagi petani yang tidak bermitra harga didapat dari rata-rata harga yang diterima oleh
petani hasil kesepakatan dengan tengkulak. Tengkulak khususnya tengkulak tingkat desa merupakan komponen lembaga terpenting dalam penentuan harga
cabai rawit merah kepada petani nonmitra. Harga yang diterima oleh tengkulak sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga yang terjadi di pasar induk acuan seperti
Ps. Induk Kramat Jati Jakarta. Berdasarkan data harga pada Lampiran 7 dapat
73
diperoleh bahwa rata-rata harga cabai rawit merah yang diterima oleh petani cabai rawit merah yang tidak menjalin kemitraan adalah sebesar Rp 10.397,00kg.
Harga cabai rawit merah yang berfluktuatif dapat berpengaruh secara langsung terhadap besar penerimaan usahatani cabai rawit merah pada petani
nonmitra. Besar total penerimaaan yang diperoleh petani nonmitra berdasarkan harga yang berlaku adalah sebesar Rp 204.110.302,57. Sebanyak 50,23 persen
penerimaan diperoleh dari hasil produksi cabai rawit merah, artinya fluktuasi harga yang terjadi di pasar dapat memberikan pengaruh terhadap nilai penerimaan
usahatani cabai rawit merah petani nonmitra sebesar 25,11 persen. Sedangkan untuk produksi tomat dan kol mampu memberikan kontribusi terhadap
penerimaan usahatani cabai rawit merah pada petani nonmitra sebesar 32,05 persen dan 17,72 persen.
Total penerimaan yang diterima oleh petani nonmitra relatif lebih sedikit dibandingkan dengan total penerimaan yang diperoleh petani mitra. Hal tersebut
dikarenakan adanya perbedaan perlakuan pada proses budidaya masing-masing petani. Petani mitra yang diberikan pengarahan dan pembinaan oleh para
Agrofield Indofood relatif merawat tanamannya dengan baik. Sedangkan petani nonmitra relatif kurang merawat tanamannya dengan teratur. Perawatan yang baik
akan berdampak pada produktivitas yang tinggi. Sebaliknya, perawatan yang kurang baik akan menurunkan tingkat produktivitas karena tanaman akan mudah
terserang penyakit dan hama.
7.2.5. Biaya Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra