68
7.2.1. Penerimaan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra
Penerimaan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani yang menjalin kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur dihitung berdasarkan
perkalian antara total produksi cabai rawit merah yang dihasilkan dengan harga kesepakatan antara petani dengan vendor PT. Indofood Fritolay Makmur yaitu
sebesar Rp 10.000,00kg serta produk hasil tanaman pokok tumpang sari yakni tomat dan kol yang dikalikan dengan harga rata-rata yang berlaku. Harga yang
diterima petani mitra dapat menjadi lebih tinggi apabila petani dapat melakukan tugas Gapoktan Cagarit sebagai vendor indofood untuk mengumpulkan, menyortir
ulang, dan melakukan pembuangan tangkai buah sehingga margin sebesar Rp 5000,00kg yang diterima oleh Gapoktan Cagarit dapat meningkatkan penerimaan
dari petani yang bermitra dengan Indofood Jumlah produksi rata-rata cabai rawit merah petani mitra per hektar luas
lahan per musim tanam adalah 19.979,34 kg. Maka besar penerimaan yang diperoleh petani mitra adalah hasil kali jumlah produksi rata-rata cabai rawit
merah per hektar per musim dengan harga kesepakatan kemitraan sebesar Rp 10.000kg yaitu sebesar Rp 199.793.382,5,-.
Penerimaan petani tidak hanya berasal dari cabai rawit merah saja. Petani mitra juga mendapatkan penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi
tanaman utama tumpang sari yakni tomat dan kol. Jumlah rata-rata produksi tomat dan kol per hektar luas lahan per musim secara berturut-turut adalah 37.803,67 kg
dan 25.284,09 kg. Sedangkan harga rata-rata tomat dan kol yang berlaku di tingkat produsen secara berturut-turut adalah sebesar Rp 1.785,00 dan Rp
1.600,00. Jadi besar penerimaan yang didapatkan oleh petani cabai rawit merah yang
berasal dari hasil produksi tomat dan kol per hektar luasan lahan per musim tanam secara berturut-turut adalah Rp 67.486.692,00 dan Rp 40.454.545,00. Maka Total
penerimaan yang diterima oleh petani mitra baik yang berasal dari cabai rawit merah, tomat, dan kol adalah sebesar Rp 307.734.619,5.
7.2.2. Biaya Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra
Analisis terhadap biaya yang dikeluarkan petani dilakukan dengan menganalisis input yang digunakan untuk usahatani cabai rawit meliputi bibit,
69
pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan peralatan pertanian. Menurut Soeharjo dan Patong 1977, biaya usahatani dapat berupa biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dibayar secara tunai dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi dan biaya upah tenaga kerja. Biaya
yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung seberapa besar pendapatan kerja petani yang sesungguhnya kalau modal dan nilai tenaga kerja dalam
keluarga diperhitungkan. Besarnya nilai tenaga kerja keluarga juga dihitung berdasarkan upah yang berlaku saat itu.
Petani mitra Desa Cigedug mengeluarkan biaya tunai dalam usahatani cabai rawit merah dalam bentuk pembelian terhadap sarana produksi seperti bibit,
pupuk alami yakni pupuk kandang dan pupuk kimia ZA, TSP, KCL,Phonska, NPK dan pupuk cair, obat-obatan baik yang berjenis padat maupun yang cair
serta upah tenaga kerja dari luar keluarga. Sewa lahan bagi petani yang tidak memilikin lahan dan pajak lahan bagi petani yang memiliki lahan sendiri juga
termasuk kedalam biaya tunai dalam usahatani cabai rawit pada petani yang bermitra.
Pada Tabel 11 tampak bahwa biaya pupuk memiliki persentase biaya sebesar 15,41 persen dari total seluruh biaya usahatani petani mitra. Bagi petani
mitra selain bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas pemberian pupuk dengan dosis yang tepat juga akan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
penyakit. Oleh karena itu petani mitra relatif menggunakan pupuk lebih banyak dan relatif mengurangi penggunaan obat-obatan kimia dibandingkan dengan
petani nonmitra. Biaya obat-obatan merupakan biaya kedua terbesar dalam kegiatan
usahatani pada petani mitra yaitu sebesar 16,31 persen. Ada 2 jenis obat berdasarkan bentuknya yakni padat dan cair. Obat-obatan padat termasuk kedalam
fungisida dan herbisida sedangkan yang berbentuk cair merupakan racun berupa insektisida, pestisida, pupuk daun dan perekat sebagai bahan aktifnya. Obat-
obatan padat yang digunakan oleh petani mitra antara lain Anthrakol, Kurset, Afidor, Dakonil, Mankosep,Klorotaronil, Polaram, Akrobat, Gita dan Smoksan.
Sedangkan obat-obatan cair antara lain Prepaton, Demolish, Kolikron, Confidor, Petrogenol, Gramaxon, Confidor ABSA, Supergo Dan Napel.
70
Biaya pembelian bibit termasuk kedalam biaya tunai yaitu sebesar 0,86 persen. Biaya sewa lahan sebesar 1,97 persen merupakan biaya yang benar-benar
dikeluarkan oleh petani mitra yang menyewa lahan untuk menjalankan usahataninya. Bagi petani mitra yang memiliki lahan sendiri biaya atas lahan yang
dimilikinya dimasukkan kedalam biaya yang diperhitungkan. Upah tenaga kerja luar keluarga sebesar 43,47 persen merupakan
komponen biaya tertinggi diantara komponen biaya lainnya. Tingginya biaya tenaga kerja luar keluarga disebabkan oleh intensitas kegiatan pemanenan yang
dapat mencapai 48 hingga 52 kali menggunakan sistem borongan. Jadi total biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani mitra adalah sebesar Rp. 68.681.023,27
atau sebesar 82,25 persen dari total biaya usahatani cabai rawit merah yang dilakukan
oleh petani mitra. Tabel 11 menunjukkan bahwa total biaya yang diperhitungkan dalam
kegiatan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani mitra di lokasi penelitian rata-rata per hektar adalah sebesar Rp14.820.568,99. Biaya yang
diperhitungkan ini meliputi biaya untuk bibit, tenaga kerja dalam keluarga, dan penyusutan peralatan. Biaya untuk bibit cabai rawit merah hanya 0,14 persen dari
total biaya sedangkan biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga sesuai dengan tingkat upah yang berlaku sebesar Rp. 15.000,- per HOK adalah sebesar 2,88
persen, serta besar biaya untuk penyusutan peralatan sebesar 6,22 persen dari total biaya.
7.2.3. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra