Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra dan Nonmitra

76 2. Biaya Tidak Tunai Yang Diperhitungkan a. Bibit Cabai Rawit Merah pohon 15.431 30 462.919,90 0,55 b. TKDK HOK 376,5 15.000 5.647.286,82 6,72 c. Penyusutan Peralatan Rp 5.193.396,52 6,18 d. Sewa Lahan Rp 7.066.508,314 8,41 Total Biaya Yang Diperhitungkan 18.370.111,55 21,87 C. Total Biaya Usahatani B1+B2 84.014.177,51 100,00 D. Pendapatan Atas Biaya Tunai A-B1 138.466.236,61 E. Pendapatan Atas Biaya Total A-C 120.096.125,06 F. RC ratio Atas Biaya Tunai AB1 3,11 G. RC ratio Atas Biaya Total AC 2,43 Besar nilai RC atas biaya tunai petani cabai rawit merah yang tidak bermitra pada lahan satu hektar adalah 3,11. Artinya setiap Rp 1,00 rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,11. Selisih antara nilai RC rasio atas biaya tunai dengan nilai RC rasio atas biaya total adalah 0,68. Selisih nilai yang relatif kecil ini menunjukka bahwa kegiatan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani yang tidak bermitra pada lahan satu hektar di Desa Cigedug termasuk kedalam kegiatan komersil.

7.3. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra dan Nonmitra

Bedasarkan analisis pendapatan usahatani yang dilakukan pada petani yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur dan petani yang tidak menjalin kemitraan maka dapat diketahui bahwa besar pendapatan usahatani atas biaya total yang diperoleh petani mitra yaitu sebesar Rp 224.233.027,36 lebih besar dibandingkan pendapatan usahatani atas biaya total yang diperoleh petani nonmitra yaitu sebesar Rp 120.096.125,06. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan penerimaan yang dipengaruhi oleh produktivitas cabai rawit merah. Perbedaan produktivitas dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan antara petani mitra dan nonmitra terhadap tanaman cabai rawit merah yang dibudidayakan. Petani mitra memiliki kemampuan produktivitas lebih tinggi dibandingkan petani nonmitra. Dalam menjalankan kegiatan usahataninya petani mitra cenderung berfokus pada peningkatan produktifitas karena harga dan pasar yang sudah jelas. Sedangkan bagi petani nonmitra motivasi pada kegiatan usahatani yang dijalankan lebih kepada penambah pendapatan dari tanaman tumpang sari 77 yang di budidayakan. Selain itu harga yang diterima oleh petani nonmitra juga tidak jelas sehingga petani hanya berperan sebagai price taker. Pendampingan dan pembinaan yang dilakukan oleh pada agrofield Indofood dilakukan untuk menjaga kestabilan pasokan cabai rawit merah ke perusahaan. Hal itu berdampak pada kestabilan produktivitas usahatani cabai rawit merah yang dijalankan petani mitra. Sedangkan petani nonmitra hanya menjalankan usahatani cabai rawit merahnya tanpa tujuan tujuan tertentu sehingga perlakuan terhadap kegiatan usahataninya belum maksimal. Usia produktif tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas tanaman. Pada petani responden nonmitra terdapat beberapa responden yang memiliki usia produktif tanaman cabai rawit merah lebih rendah dibandingkan usia produktif tanaman pada petani mitra. Intensitas panen juga mempengaruhi produktivitas tanaman cabai rawit merah per hektar. Intensitas panen satu kali dalam satu minggu merupakan intensitas yang paling tepat untuk dilakukan karena mencegah buah terlalu matang di pohon sehingga mengurangi potensi terkena serangan hama dan penyakit. Perbedaan nilai RC rasio antara petani mitra dengan petani nonmitra dapat menunjukkan perbedaan efisiensi atas kegiatan usahatani yang dilakukkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai RC rasio atas biaya total pada usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani mitra lebih besar dibandingkan dengan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani nonmitra di Desa Cigedug. Bagi petani mitra, setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,69 sedangkan petani nonmitra hanya menghasilkan Rp 2,43 sehingga petani mitra dapat dikatakan memiliki efisiensi usahatani lebih tinggi daripada petani nonmitra di Desa Cigedug. Secara umum berdasarkan pada hasil perbandingan pendapatan usahatani cabai rawit merah antara petani mitra dan nonmitra tersebut dapat dilihat bahwa proses kemitraan lebih memberikan manfaat bagi usahatani yang dijalankan oleh petani cabai rawit di Desa Cigedug. Namun, tidak semua petani yang tertarik untuk menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur. Hal ini terjadi karena faktor harga pasar yang dapat meningkat secara drastis menjadi harapan utama bagi para petani nonmitra. Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya 78 petani yang tidak berkomitmen saat harga cabai rawit merah di pasar mengalami peningkatan drastis melebihi harga kontrak yang di tetapkan. 79 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan