56
panen merah atau minimal lebih dari 70 persen telah berwarna merah, Warna cabai rawit merah yang digunakan untuk pabrik akan mempengaruhi warna dari
produk yang dihasilkan yakni sambal. Buah cabai rawit merah hasil panen petani mitra tidak boleh busuk atau terkena hama patek dan tidak boleh terlihat bekas
pestisida. Petani langsung melakukan proses penyortiran sendiri di kebun sebelum hasil panen diberikan kepada Gapoktan Cagarit sebagai vendor Indofood yang
berada di desa untuk kembali dilakukan penyortiran dan “pemipilan” atau
pembuangan tangkai cabai agar menjadi siap olah di pabrik. Bagi petani nonmitra, proses pemanenan tidak ada aturan khusus yang
mengikat. Petani hanya perlu memanen sesuai dengan kebutuhan. Setelah dipanen buah cabai rawit merah langsung dikemas menggunakan karung bekas pupuk
dengan ukuran 45-50 kg per karung. Kemudian dijual kepada “calo” atau
tengkulak untuk selanjutnya didistribusikan ke pasar lokal atau pasar induk. Proses penyortiran dilakukan oleh petani nonmitra dilakukan saat pemanenan
dikebun. Buah yang dipanen hanya buah yang sehat sedangkan buah yang terkena hama dibiarkan begitu saja di pohon.
6.1.6. Pemasaran Hasil Panen
Hasil cabai rawit merah yang telah dipanen oleh para petani mitra selanjutnya didistribusikan kepada pihak yang disebut sebagai vendor, yaitu
Gapoktan “Cagarit” dengan harga yang diterima petani antara Rp. 10.000,00kg dengan margin harga sebesar Rp 5.000,00kg yang diterima oleh vendor dari
pabrik menjadi Rp 15.000,00kg cabai rawit merah. Vendor merupakan pihak perwakilan para petani yang menjalin kemitraan dengan Indoofood dan memiliki
bukti hukum yang jelas yakni kontrak. Vendor indofood dalam kasus ini adalah Gapoktan “Cagarit”. Peran Gapoktan Cagarit sebagai vendor cukup membantu
bagi pihak Indofood untuk mengkoordinir hasil dari kemitraan dari petani agar sesuai dengan spesifikasi pabrik yang diinginkan baik dari kuantitas maupun
kualitas cabai rawit merah. Sedangkan petani nonmitra menjual cabai rawit merah yang telah dipanen
kepada tengkulak tingkat desa yang kemudian didistribusikan ke pasar lokal yaitu Pasar Cikajang ataupun didistribusikan langsung ke pasar-pasar induk seperti
Caringin Bandung, Tanah Tinggi Tanggerang, Cibitung Bekasi, dan Keramat Jati
57
Jakarta. Salah satu faktor yang menyebabkan fluktuasi harga yang diterima oleh petani cabai rawit merah yang tidak menjalin kemitraan adalah terdapat fluktuasi
harga pasar karena adanya perbedaan waktu tanam antara masing-masing daerah penghasil cabai rawit merah. Harga akan semakin meningkat di pasar saat
pasokan cabai rawit merah di pasar induk acuan dari daerah penghasil cabai rawit merah lain seperti di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur belum memasuki
musim panen. Informasi mengenai waktu tanam yang tepat belum dijadikan acuan bagi petani cabai rawit merah yang tidak menjalin kemitraan di Desa Cigedug
agar dapat menjual hasil panen cabai rawit merahnya dengan harga yang tinggi di pasar. Harga yang diterima oleh petani responden berbeda-beda tergantung
kepada masing-masing tengkulak yang menjalin kerja sama dengan petani tersebut. Namun rata-rata harga yang diterima oleh petani non mitra adalah
sebesar Rp 10.397,00.
6.2. Kondisi Kemitraan di Desa Cigedug
Bedasarkan sudut pandang perusahaan, kemitraan antara petani di Desa Cigedug dengan perusahaan mitra seperti PT. Indofood Fritolay Makmur telah
terjalin kurang lebih selama 5 tahun. Pada mulanya kemitraan antara petani Desa Cigedug dengan PT Indofood Fritolay Sukses makmur dilakukan pada komoditi
kentang. Jenis kentang yang dibudidayakan oleh petani merupakan jenis kentang impor yaitu kentang Atlantik. Jenis kentang ini berbeda dengan jenis kentang
impor lainnya yaitu kentang Granola karena kentang atlantik memiliki kadar air dan kandungan gula yang lebih rendah sehingga cocok untuk kebutuhan industri
Indofood. Selain itu, benih kentang atlalntik belum dapat dibudidayakan di Indonesia sehingga penggadaan benih kentang masih diatur oleh perusahaan.
PT. Indofood Fritolay Makmur melakukan pengembangan pada komoditas cabai rawit merah dan singkong untuk memenuhi kebutuhan pabrik. Pada tahun
2009 perusahaan melakukan riset di Desa Cigedug untuk komoditi cabai rawit merah dan mulai melakukan jalinan kemitraan pada komoditi cabai rawit merah.
Keberhasilan jalinan kemitraan pada komoditi cabai rawit merah di Cigedug mendorong perusahaan melakukan pengembangan di daerah Kabupaten Garut dan
Tasikmalaya pada tahun 2010. Namun, pada akhir 2010 terjadi peningkatan harga cabai rawit merah di pasaran yang sangat signifikan. Hal ini membuat sebagian