39
10 kurang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penanaman tanaman sepanjang tahun. Berdasarkan hasil analisis pengamatan curah hujan tiga tahun
terakhir menunjukan bahwa rata-rata jumlah hari hujan 156 hari dan tipe iklim untuk Kecamatan Cigedug termasuk tipe iklim C agak basah, dimana setiap
tahunnya antara 7-8 bulan basah dan 3-4 bulan kering. Keadaan iklim seperti ini membuat wilayah Desa Cigedug sesuai untuk pengembangan budidaya sayuran,
seperti tomat, kentang, kol, cabai, jagung, pecay, dan wortel.
5.3. Karakteristik Petani Cabai Rawit Merah
Petani Cabai Rawit Merah yang dipilih sebagai responden adalah sebanyak 30 responden di Desa Cigedug. Usahatani yang dilakukan responden
menggunakan sistem tumpang sari dengan tanaman pokok tumpangsari yaitu tomat dan kol
. Hal ini dilakukan karena tanaman cabai rawit merah di dataran
tinggi seperti di Desa Cigedug memiliki waktu siap panen yang cukup lama yakni 6 bulan sehingga akan lebih efisien dan ekonomis jika dijadikan sebagai tanaman
tumpang sari dari tomat dan kol yang hanya berumur 3-4 bulan. Karakteristik petani yang akan diuraikan meliputi usia dan pengalaman
petani, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan dan luas lahan yang digarap. Karakteristik petani responden selengkapnya diuraikan sebagai berikut.
5.3.1. Usia dan Pengalaman Petani Responden
Secara umum, rata- rata usia petani responden yang mengusahakan cabai rawit merah baik yang melakukan kemitraan maupun yang tidak adalah antara 30-
80 tahun. Sebaran umur petani ini dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu petani responden yang berusia muda dengan umur kurang dari 40 tahun, petani berusia
sedang dengan umur 41 sampai 60 tahun, dan petani responden berusia tua dengan umur lebih dari 60 tahun. Jika dilihat dari sebaran umur petani responden,
sebagian besar responden adalah petani yang usianya tergolong kategori petani berusia sedang yaitu pada kelompok usia 41-60 tahun sebesar 54,17. Sebaran
usia petani responden dapat dilihat pada Gambar 4.
40
Gambar 4. Perbandingan Kelompok Usia Responden
Menurut Nainggolan 2001 diacu dalam Iryanti 2005 bahwa umur seseorang dapat mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu tersebut.
Semakin muda umur petani diduga akan mempengaruhi kemampuan dan kemauan dalam mengadopsi inovasi. Para petani tersebut melakukan kegiatan usahatani
sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan sehingga tingkat adopsi mereka terhadap inovasi dan sistem yang baru tinggi.
Dari 24 responden yang ada diketahui bahwa sebanyak 58,33 persen memiliki pengalaman usahatani antara 3 hingga 5 tahun, 37,50 persen telah
berusahatani cabai rawit merah kurang dari 3 tahun, dan sebanyak 4,17 persen dari petani responden telah menjalankan usahatani cabai rawit merah selama lebih
dari 5 tahun. Bagi petani di Desa Cigedug budidaya cabai rawit merah bukanlah hal yang relatif sulit dilakukan. Teknik budidaya cabai rawit merah tidak jauh
berbeda dengan tanaman lain sejenisnya seperti tomat dan cabai merah besar atau cabai keriting. Pengalaman usahatani yang berbeda-beda pada setiap petani sangat
berpengaruh terhadap teknik budidaya cabai rawit merah terutama pada penggunaan jenis dan dosis pupuk serta obat-obatan yang digunakan.
Petani yang berusia lebih tua tidak selalu memiliki pengalaman usahatani cabai rawit merah lebih lama dibandingkan petani yang berusia lebih muda. Para
petani di Desa Cigedug rata-rata baru membudidayakan tanaman cabai rawit merah akibat adanya peningkatan harga secara signifikan di pasaran. Usahatani
37.50
54.17 8.33
Usia 4 Usia 41 - 60
Usia 6
41
cabai rawit merah dianggap sebagai usahatani yang kurang menguntungkan sebelum terjadinya ledakan harga di pasar. Kemitraan bukan merupakan alasan
para petani membudidayakan cabai rawit merah.
Tabel 5. Sebaran Petani responden berdasarkan pengalaman usahatani cabai
rawit merah di desa cigedug tahun 2012 Lama Berusahatani tahun
Jumlah jiwa Persentase
kurang dari 3 9
37,50 3 hingga 5
14 58,33
lebih dari 5 1
4,17 Total
24 100,00
5.3.2. Tingkat Pendidikan Petani Responden