Kerangka Pemikiran Operasional Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) Petani Mitra PT. Indofood Fritolay Makmur dan Petani Nonmitra Di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut

25 keluarga tidak usah dihitung sebagai pengeluaran. Ada pula usahatani yang menggunakan tenaga kerja yang diupah. Dalam hal yang demikian, upah kerja dihitung sebagai pengeluaran. Prinsip penting yang perlu diketahui dalam menganalisis mengenai pendapatan pada usahatani adalah keterangan mengenai keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran. Penerimaan didapat dari hasil perkalian antara berapa besar produksi yang dicapai dan dapat dijual dengan harga satuan komoditi tersebut di pasar. Pengeluaran usahatani dapat diperoleh dari perolehan nilai penggunaan faktor produksi serta seberapa besar penggunaanya pada suatu proses produksi yang bersangkutan Soekartawi et al, 1986.

3.1.5. Imbangan Penerimaan dan Biaya RC Rasio

Salah satu ukuran efisiensi usahatani adalah rasio imbangan penerimaan dan biaya Return and Cost. Rasio RC ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi tiap satuan produksi. Alat analisis ini dapat dipakai untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan financial sehingga dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan petani untuk menjalankan usahatani tertentu. Titik tekan pada konsep ini adalah unsur biaya merupakan unsur modal. Dalam analisis ini akan dikaji seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usahataninya dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya Soeharjo dan Patong 1973. Usahatani efisien apabila RC lebih besar dari 1 RC1 artinya untuk setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan lebih dari Rp. 1,00. Sebaliknya jika rasio RC lebih kecil satu RC1 maka dikatakan bahwa untuk setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan akan memberikan penerimanaan lebih kecil dari Rp. 1,00 sehingga usahatani dinilai tidak efisien. Semakin tinggi nilai RC, semakin menguntungkan usahatani tersebut Gray et al 1992.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Salah satu komoditi sayuran unggulan nasional adalah cabai. Kebutuhan akan komoditi ini khususnya cabai rawit terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan industri di Indonesia 26 Lampiran 1. Penelitian ini dilakukan berdasarkan kecenderungan yang terjadi pada permasalahan agribisnis cabai rawit di Indonesia. Permasalahan tersebut menyebabkan ketidakpastian pendapatan petani akibat dari terjadinya fluktuasi harga di pasar nasional. Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut merupakan desa yang memiliki potensi untuk mengembangkan tanaman hortikultura khususnya cabai rawit sebagi komoditas unggulan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi alam dan kondisi sosial masyarakatnya yang mendukung produksi cabai rawit hingga mencapai 5,5 ton dari total potensi sebesar 7,5 ton Programa 2012 BP3K Cigedug. Berdasarkan potensi tersebut, PT Indofood Fritolay Makmur menjalin kemitraan dengan petani cabai rawit merah di Desa Cigedug. Namun, tidak semua petani cabai rawit merah di Desa Cigedug memilih menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur. Resiko dari segi pasar akibat fluktuasi harga cabai rawit merah yang tinggi dirasakan oleh petani cabai rawit merah di Desa Cigedug yang lebih memilih untuk tidak menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur. Sedangkan bagi petani cabai rawit merah yang memilih untuk menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur mendapatkan manfaat berupa harga yang tetap, pasar yang tetap dan pembinaan dalam menjalankan usahatani cabai rawit merah dari pihak Indofood. Perubahan harga cabai rawit merah tersebut kemudian digunakan sebagai dasar pemikiran bahwa perubahan harga cabai rawit merah akan berdampak kepada perubahan penerimaan yang diperoleh oleh petani cabai rawit merah di desa Cigedug. Perbedaan penerimaan petani juga akan menyebabkan perbedaan pendapatan yang diterima petani cabai rawit merah di Desa Cigedug. Hubungan kemitraan antara petani cabai rawit merah dan perusahaan yang bermitra dapat dijadikan salah satu alternatif solusi yang telah dilakukan oleh beberapa petani cabai rawit merah di Desa Cigedug. Hal tersebut didasarkan kepada manfaat yang diterima oleh para petani berupa kepastian harga yang tetap sehingga keuntungan yang didapat oleh petani tergantung dari kemampuan efisiensi biaya produksi yang dikeluarkan. 27 Kegiatan usahatani cabai rawit merah sebagai suatu proses produksi harus dilakukan secara efisien, sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum. Kondisi keuntungan kegiatan usahatani cabai rawit merah didekati dengan analisis pendapatan usahatani. Identifikasi biaya dan penerimaan diperlukan dalam analisis pendapatan usahatani tersebut. Identifikasi biaya dilakukan agar biaya- biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani dapat diketahui. Harga jual juga diperlukan karena merupakan komponen penerimaan cabang usahatani. Keuntungan diperoleh dari total penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan. Penerimaan yang diterima untuk setiap satuan unit biaya yang dikeluarkan dapat dihitung dengan pendekatan rasio RC. Usahatani yang dilakukan menguntungkan jika rasio tersebut lebih besar dari satu. Oleh karena itu, seberapa jauh setiap nilai rupiah yang diterima petani cabai rawit merah dalam kegiatan usahataninya dapat memberikan gambaran sejumlah nilai dan pengeluaran sebagai biayanya. Sehingga dapat diketahui sistem pertanian mana yang lebih efisien antara petani bermitra dan petani yang tidak bermitra. Berdasarkan hasil analisis pendapatan dan efisiensi maka penelitian dapat dijadikan bahan masukan untuk para petani dalam membudidayakan cabai rawit, baik dengan pola kemitraan maupun non-kemitraan. Bagan Alur kerangka pemikiran dari usahatani cabai rawit dengan bermitra dan cabai rawit tanpa mitra dapat dilihat pada Gambar 1. 28 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Capsicum frutescens Kasus : Petani Mitra PT Indofood Fritolay Makmur dan Petani Nonmitra Di Desa Cigedug Kec. Cigedug Kab. Garut Potensi Pengembangan Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut Petani Cabai Rawit Merah Bermitra Dengan PT Indofood Fritolay Makmur Harga Tetap Petani Cabai Rawit Merah yang tidak Bermitra Dengan PT Indofood Fritolay Makmur Harga Berfluktuasi Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah RC Rasio RC Rasio Rekomendasi 29 IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian