4
yang semula memiliki luas arela tanam sebesar 1.061 hektar pada tahun 2005 serta belum menjalin kemitraan Lampiran 6.
Desa Cigedug Kecamatan Cigedug adalah salah satu daerah yang membudidayakan cabai rawit merah di Kabupaten Garut dan telah menjalankan
kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur. Petani mitra adalah petani cabai rawit merah yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur
karena lebih memilih untuk tidak mengambil risiko dalam menjalankan usahatani cabai rawit merah dengan harga jual yang berfluktuasi di pasar. Beberapa manfaat
yang ditawarkan oleh PT indofood Fritolay Makmur dalam menjalin proses kemitraan antara lain adalah harga jual yang tetap, pasar yang tetap serta sarana
berupa bantuan pinjaman modal dalam bentuk benih serta adanya pembinaan selama menjalankan usahatani cabai rawit merah. Sedangkan petani nonmitra
adalah petani cabai rawit merah yang lebih memilih untuk mengambil risiko untuk menjalankan usahatani cabai rawit merah dengan tetap berharap pada peningkatan
drastis harga cabai rawit merah di pasar pada waktu yang belum dapat ditentukan. Petani yang menjalankan kemitraan bersama PT Indofood Fritolay
Makmur tergabung kedalam Gabungan Kelompok Tani Cabai Garut Intan Gapoktan Cagarit yang berfungsi sebagai salah satu unit usaha pemasaran cabai
rawit merah di Desa Cigedug. Gapoktan Cagarit juga berperan sebagai vendor bagi PT. Indofood Fritolay Makmur yaitu merupakan sebuah lembaga dalam
rantai pemasaran yang berfungsi mengumpulkan hasil produksi dari petani Desa Cigedug, menyortir dan melakukan pengiriman, serta membuat kesepakatan harga
dengan PT. Indofood Fritolay Makmur.
1.2. Rumusan Masalah
Naiknya permintaan akan komoditi cabai rawit pada waktu tertentu menyebabkan terjadinya fluktuasi harga di pasar. Ketika harga cabai rawit
mengalami peningkatan, petani akan berlomba-lomba untuk menanam tanaman cabai rawit pada lahannya. Namun, jika harga cabai rawit di pasar sedang
mengalami penurunan maka petani dengan mudahnya mengganti komoditi yang mereka tanam dengan tanaman hortikultura lainnya selain cabai rawit. Informasi
harga cabai rawit merah yang akan datang di pasar tidak dapat diketahui secara
5
pasti oleh petani. Hal itu terjadi akibat penyebaran informasi yang tidak sempurna yang berasal dari pasar kepada petani selaku produsen.
Ketidakseimbangan antara jumlah pasokan dengan jumlah permintaan yang dibutuhkan konsumen merupakan faktor penyebab utama terjadinya
fluktuasi harga pada komoditas pertanian. Sesuai dengan hukum supply dan demand dalam pasar maka semakin tinggi jumlah pasokan supply hingga terjadi
sebuah excess supply akan berdampak pada turunnya harga suatu komoditas. Begitu juga sebaliknya, jika banyaknya permintaan demand lebih besar daripada
jumlah pasokan supply yang ada akan menyebabkan kenaikkan harga komoditi pertanian. Pola produksi secara alami on sesason dan off season dan pola tanam
yang digunakan oleh petani merupakan salah satu faktor penyebab ketidakseimbangan di sisi supply.
Tanaman cabai rawit termasuk tanaman musiman dengan waktu tanam mencapai 7 sampai 8 bulan mulai dari pembibitan hingga pemanenan. Penanaman
cabai rawit yang dilakukan oleh para petani cabai rawit di Desa Cigedug biasa dilaksanakan pada akhir musim penghujan ataupun pada awal musim kemarau.
Hal tersebut dilakukan untuk menghindari musim penghujan karena tanaman cabai rawit rentan akan penyakit saat musim penghujan.
Setiap daerah penghasil cabai rawit merah memiliki pola dan waktu tanam yang berbeda. Perbedaan inilah yang akan menyebabkan fluktuasi supply cabai
rawit di beberapa pasar induk yang menjadi acuan harga nasional seperti Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Induk Cibitung mengalami fluktuasi harga. Kondisi
ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi dan kerjasama antar kabupaten sentra produksi dalam hal jaringan informasi pasar, perkembangan produksi,
perkembangan luas tanam, penggunaan teknologi, dan tidak ada informasi alur distribusi atau jaringan pemasaran baik di tingkat regional maupun pasar lokal
6
. Petani menjadi pihak yang sering kali dirugikan akibat adanya fluktuasi
harga. Sebagai produsen petani tidak memiliki posisi tawar yang tinggi dalam hal penentuan harga dipasar sehingga petani hanya berperan sebagai price taker.
Petani juga harus menghadapi risiko produksi dalam kegiatan usahatani. Oleh
6
Dinas Tanaman dan Hortikultura kabupaten Garut. 2009. Profil Cabai http:www.garutkab.go.id [diakses tanggal 25.Januari 2012]
6
karena itu, fluktuasi harga yang terjadi sangat mempengaruhi penerimaan yang diterima oleh petani sehingga dapat menyebabkan adanya perbedaan tingkat
pendapatan usahatani. Kemitraan merupakan salah satu alternatif bagi petani agar mendapat kepastian harga pada hasil produksinya.
Kemitraan yang terjalin antara petani Desa Cigedug dengan PT Indofood Fritolay Makmur dilandasi oleh prinsip saling menguntungkan dan saling
membesarkan usaha .
Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: 1
adanya fluktuasi harga yang tajam dirasakan oleh petani; 2 modal petani yang terbatas; dan 3 kebutuhan pasokan cabai rawit merah bagi pabrik PT. Indofood
Fritolay Makmur. Kemitraan ini telah memberikan kepastian harga yang akan diterima oleh petani cabai rawit merah sebesar Rp 10.000,00kg yang berasal dari
vendor. Sementara itu, vendor menerima harga sebesar Rp 15.000kg dari PT. Indofood Fritolay Makmur. Sehingga terdapat margin sebesar Rp 5.000,00kg
yang diperoleh pihak vendor. Margin tersebut merupakan gambaran risiko biaya yang dikeluarkan oleh pihak vendor atas aktifitas-aktifitas seperti biaya
pengumpulan, penyortiran, biaya penyusutan dan biaya transportasi. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah : 1.
Bagaimana keragaan usahatani cabai rawit di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut?
2. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani petani cabai rawit merah yang
menjalin kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur? 3.
Bagaimana tingkat pendapatan usahatani petani cabai rawit merah yang tidak menjalin kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur?
1.3. Tujuan