34
V.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut
Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten Garut masih merupakan sektor
andalan karena secara geografis Kabupaten Garut bedekatan dengan Kota Bandung yang menjadi ibukota propinsi Jawa Barat. Oleh karena itu Kabupaten
Garut dapat dikatakan sebagai daerah penyangga bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Peran sektor pertanian Kabupaten Garut yang strategis dalam
memasok kebutuhan lokal Garut sekaligus warga Kota dan Kabupaten Bandung menjadi salah satu penunjang perkembangan agroekonomi Kabupaten Garut.
Berdasarkan produktivitasnya, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut menyatakan bahwa terdapat enam komoditas andalan tanaman
pangan dan sayuran Kabupaten Garut yakni padi, jagung, kentang, tomat, cabai merah dan ubi kayu.
9
Gambar 2.
Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun 2007- 2011
9
Disampaikan dalam acara Hari Krida Pertanian Jawa Barat oleh Ir. Tatang Hidayat Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Garut pada 3 Juli 2012.
- 50
100 150
200 250
300
2007 2008
2009 2010
2011
Pr o
d u
kt iv
itas K
w h
a
Kentang Tomat
Cabe Besar Cabe Rawit
Padi Jagung
Ubikayu
35
Bedasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa sejak tahun 2007-2011 komoditas tomat memiliki tingkat produktivitas tertinggi dengan rata-rata
produktivitas sebesar 276,32 kwha per tahun disusul dengan kentang sebesar 228,54 kwha per tahun dan ubi kayu sebesar 221,44 kwha per tahun. Dapat
diketahui juga rata-rata tingkat produktivitas cabai rawit sebesar 99,73 kwha per tahun masih berada di bawah cabai besar dengan rata-rata produktivitas sebesar
146,05 kwha per tahun. Sedangkan untuk padi dan jagung secara berturut-turut hanya memiliki rata-rata produktivitas sebesar 59,12 kwha dan 65,18 per tahun.
Secara geografis dan iklim di beberapa daerah Kabupaten Garut sangat mendukung penanaman dan pengembangan komoditas sayuran seperti tomat,
kentang, serta cabai baik cabai besar maupun cabai rawit. Iklim dataran tinggi dan dekatnya dengan sejumlah sumber mata air yang berada di sejumlah wilayah
Kabupaten Garut memang merupakan salah satu faktor utama tanaman sayuran seperti kentang, tomat dan cabai dapat dibudidayakan dengan baik. Perbandingan
luas lahan tanam keempat komoditi sayuran tersebut di Kabupaten Garut dapat terlihat seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan Rata-rata Luas Tanam Kentang, Tomat, Cabe Besar, dan
Cabai Rawit di Kabupaten Garut tahun 2011-2012
No Komoditi
LUAS TANAM Ha Jumlah
Rata - rata
2007 2008
2009 2010
2011 1
Kentang ha
5,448 5,230
5,342 5,919
6,065 28,004
5,601 2
Tomat ha 3,080
3,102 3,478
3,285 3,401
16,346 3,269
3 Cabe
Besar ha 848
852 972
870 933
4,475 895
4 Cabe
Rawit ha 1,341
1,285 1,476
1,149 2,186
7,422 1,484
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Garut
Beberapa daerah dataran tinggi di Kabupaten Garut yang cocok sebagai tempat budidaya kentang antara lain Kecamatan Pamulihan, Cikajang,
Bayongbong, Cigedug, Cisurupan, Samarang, Wanaraja dan Pasirwangi. Terdapat dua jenis varietas kentang yang dominan digunakan oleh para petani di Kabupaten
Garut yaitu Granola dan Atlantik. Varietas Granola biasa dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan pasar-pasar tradisional sedangkan untuk varietas Atlantik
36
biasa dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan industri-industri seperti keripik kentang baik dalam skala industri kecil maupun besar.
PT. Indofood Fritolay Sukses Makmur merupakan salah satu pelaku industri yang memberi pengaruh terhadap perkembangan penggunaan varietas
kentang di Kabupaten Garut. Perusahaan industri makanan tersebut memang sengaja menjalin sebuah hubungan kemitraan dengan banyak petani kentang di
berbagia daerah termasuk Kabupaten Garut guna memenuhi kebutuhan supply input ke pabriknya. Harga yang ditentukan oleh PT. Indofood Fritolay Makmur
bersama petani kentang adalah berkisar antara Rp 5.000,00-5.250,00 Rpkg. Harga tersebut berada diatas rata-rata harga pasar yang hanya berkisar Rp 4.000-
4.500kg untuk kentang yang termasuk varietas Atlantik. Berbeda dengan kentang, pada komoditi tomat petani di Garut cenderung
menggunakan benih hibrida yang dihasilkan baik oleh perusahaan lokal maupun luar negeri. Varietas yang digunakan antara lain adalah maya, memara, seminis,
martha, warani, natama, permata dan livino. Kemudahan akses petani dalam memperoleh benih tomat hibrida serta sulitnya melakukan kegiatan pembenihan
sendiri oleh petani terhadap benih lokal telah mendorong sebuah ketergantungan terhadap benih impor. Tingginya kemampuan produktivitas pada tomat
merupakan salah satu potensi bagi Kabupaten Garut. Namun, tingginya produktivitas para petani tomat tidak diikuti dengan harga pasar yang baik. Harga
rata-rata tomat di tingkat pasar berkisar antara 3.000-6.000 Rpkg sedangkan di
tingkat petani hanya berkisar 500,00-3.000,00kg.
Pada cabai besar, varietas dominan yang digunakan oleh para petani di Kabupaten Garut antara lain varietas Biola, Fantastic, dan Tanjung. Varietas-
varietas tersebut termasuk kedalam jenis varietas hibrida yang cukup mudah untuk diperbanyak sendiri pembenihannya. Adapun kisaran harga rata-rata yang
diterima di tingkat produsen berkisar antara Rp 5.000,00-7.000,00kg. Namun, harga cabai besar dapat mencapai Rp 70.000,00 kg di tingkat pasar. Hal tersebut
terjadi akibat tingginya permintaan di pasar pada saat Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan untuk cabai rawit di Kabupaten Garut didominasi oleh varietas
lokal yang sering disebut dengan sebutan “cengek” atau “cabai inul”. Varietas lokal tersebut dianggap paling cocok dibudidayakan oleh para petani di
37
Kabupaten Garut karena lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit daripada cabai sejenisnya. Besar perbandingan jumlah produksi antara cabai besar
dan cabai rawit merah di Kabupaten Garut dapat di lihat pada Gambar 3.
Gambar 3 . Perbandingan Jumlah Produksi Cabai Besar dan Cabai Rawit
Kabupaten Garut Tahun 2001-2011. Berdasarkan data pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan tren jumlah produksi yang terjadi antara cabai besar dengan cabai rawit. Pada cabai besar terjadi peningkatan jumlah produksi yang cukup signifikan
pada tahun 2008 hingga tahun 2010. Tercatat sebesar 61.045 ton produksi cabai besar pada tahun 2008 kemudian meningkat menjadi 79.492 ton pada tahun 2010.
Sedangkan untuk jumlah produksi cabai rawit tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan produksi tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar 22.628 ton.
Cabai rawit khususnya jenis cabai rawit merah memang merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Garut yang mendapat perhatian karena tren
harga yang sangat berfluktuasi tiap pekannya. Dalam waktu satu tahun harga rata- rata ditingkat petani Desa Cigedug mencapai Rp 9000,00 per kilogram sedangkan
di tingkat pasar lokal Rp 12.000,00. Beberapa kecamatan penghasil utama cabai rawit di Kabupaten Garut antara lain adalah Kecamatan Cigedug, Caringin,
Talegong, dan Bungbulan. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui perbandingan luas panen, produksi, dan produktivitas antara keempat kecamatan tersebut.
- 10,000
20,000 30,000
40,000 50,000
60,000 70,000
80,000 90,000
2007 2008
2009 2010
2011
Ju m
lah Pr
o d
u ksi
to n
Cabe Besar Cabe Rawit
38
Tabel 4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Rawit di Tingkat
Kecamatan Kabupaten Garut Tahun 2009-2011 Kecamatan
Luas Panen Ha 2009
2010 2011
Caringin 318
180 283
Talegong 266
107 152
Bungbulang 162
142 139
Cigedug 162
152 254
Produksi Ton Caringin
4.410 231
3.667 Talegong
3.134 1.220
1.831 Bungbulang
1.963 1.601
1.669 Cigedug
1.865 1.869
3.304 Produktivitas TonHa
Caringin 138,68
128,17 129,58
Talegong 117,82
113,99 120,46
Bungbulang 121,17
112,75 120,07
Cigedug 115,12
122,94 130,08
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Garut 2012
5.2. Keadaan Umum Wilayah Desa Cigedug