Analisis Keragaan Usahatani Analisis Pendapatan Usahatani

30 dengan karakteristik dan jenis tanaman tumpang sari yang dominan diusahakan bersama cabai rawit merah. Adapun definisi petani cabai rawit merah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah para petani Desa Cigedug yang membudidayakan tanaman cabai rawit merah secara tumpang sari dengan tanaman tomat dan kol minimal satu kali dalam satu musim tanam di lahan sendiri atau di lahan garapan, baik yang telah bermitra dengan PT. Indofood Fritolay Makmur maupun yang tidak bermitra.

4.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data. Metode analisis data kuantitatif menggunakan analisis pendapatan usahatani yang berdasarkan pada penerimaan dan biaya usahatani, sedangkan RC rasio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani tersebut. Metode analisis data kualitatif dianalisis secara deskriptif pada analisis keragaan usahataninya. Jadi analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis keragaan usahatani dan analisis pendapatan usahatani dari komoditi cabai rawit merah yang telah menjalin kemitraan dan tidak menjalin kemitraan.

4.4.1. Analisis Keragaan Usahatani

Analisis keragaan usahatani dianalisis secara deskriptif dengan mengamati secara langsung proses usahatani mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan. Analisis ini juga ditunjang dengan data-data primer yang diperoleh melalui proses wawancara langsung terhadap petani responden. Analisis keragaan usahatani digunakan untuk mengetahui secara detail kegiatan usahatani yang berlangsung mulai dari sarana produksi yang digunakan hingga teknik budidaya yang digunakan oleh masing-masing petani responden. Keragaan usahatani ini dapat memberi penjelasan tentang hasil produksi serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang dijalankan.

4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi dua, pertama pendapatan atas biaya tunai pendapatan tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan secara tunai oleh petani explicit cost. Kedua, pendapatan atas biaya 31 total pendapatan total dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya Siregar 2008. Penerimaan total usahatani total farm revenue merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani dapat diartikan sebagai penerimaan total dikurang dengan semua biaya yang telah dikeluarkan, baik biaya tunai maupun tidak tunai. Soekartawi 2006. Secara matematis tingkat pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut Soekartawi 1986 : TR = P x Q TC = biaya tunai + biaya diperhitungkan π atas biaya tunai = TR - biaya tunai π atas biaya total = TR – TC Keterangan : TR : total penerimaan usahatani Rp TC : total biaya usahatani Rp P : harga output RpKg Q : jumlah output Kg π : pendapatan atau keuntungan Rp Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tunai terdiri dari sarana produksi, tenaga kerja luar keluarga, dan pajak dan sewa lahan. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, bibit sendiri dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan meliputi, penyusutan alat, dan tenaga kerja dalam keluarga serta biaya bibit sendiri. Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai. Metode yang digunakan ini adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan 32 diasumsikan tidak laku bila dijual. Rumus yang digunakan yaitu Soekartawi 2006 : Biaya penyusutan : Dengan : Nb = Nilai pembelian Rp Ns = tafsiran nilai sisa Rp n = jangka usia ekonomis Tahun

4.4.3. Analisis Perbandingan Penerimaan dan Biaya RC-ratio