Pengolahan Lahan Kondisi Usahatani Cabai Rawit Merah Desa Cigedug

46 Gambar 6 . Alur Proses Produksi Usahatani Cabai Rawit Merah Di Desa Cigedug

6.1.1. Pengolahan Lahan

Pada umumnya pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani mitra maupun nonmitra di Desa Cigedug dimulai dengan membersihkan sampah, plastik mulsa dan sisa-sisa tanaman pada periode tanam sebelumnya. Kemudian untuk mengembalikan kondisi kesuburan tanah agar tetap gembur, hampir 80 persen petani mengolah tanah menggunakan cangkul. Penggunaaan cangkul dilakukan karena hampir 80 persen petani memiliki lahan dengan luas kurang dari 0,5 ha sehingga akan lebih efisien dibandingkan menggunakan traktor. Tanah dicangkul hingga menjadi gembur. Kedalaman cangkul berkisar antara 20 cm hingga 30 cm agar akar tanaman dapat dengan leluasa memperoleh zat hara yang ada di dalam tanah. Setelah gembur tanah dibuat bedengan setinggi 30 cm hingga 40 cm, dengan lebar bedengan ± 100 cm, serta jarak antar bedengan ± 40 cm hingga 50 cm dengan tujuan agar bisa dilalui oleh petani. Sedangkan untuk panjang bedengan bergantung pada bentuk dan luas lahan yang dimiliki oleh petani. Setelah tanah selesai dibedeng kemudian dilakukan pemupukan dasar. Pemupukan dasar perlu dilakukan petani untuk menjaga kebutuhan akan unsur hara tanah bagi tanaman yang telah hilang pada periode sebelumnya. Pemupukan Pengolahan Lahan Pembersihan, Pencangkulan, Pemasangan Mulsa Pemupukkan Dasar pupuk kandang Penanaman Perawatan Pemupukkan, Pengobatan, Pengairan Pemanenan Penyortiran dan Pemipilan oleh Vendor Petani Mitra Pemasaran Oleh Tengkulak Desa Petani Nonmitra 47 dasar yang dilakukan petani menggunakan jenis pupuk kandang baik yang berasal dari kotoran ayam maupun dari kotoran kambing atau domba. Pada petani mitra dosis rata-rata pupuk kandang yang digunakan yang diberikan berkisar 18 ton per hektar sedangkan pada petani nonmitra dosis rata- rata pupuk kandang yang digunakan hanya sebesar 9,5 ton per hektar. Penambahan zat kapur dapat ditambahkan jika kondisi tanah telah jenuh dan bersifat asam. Tanah kembali diaduk rata dikubur pada bedengan agar kandungan pada pupuk dasar yang diberikan merata. Pada umumnya petani cabai rawit merah di Desa Cigedug melakukan pemasangan mulsa pada lahannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari serangan gulma, hama dan penyakit, menjaga kelembaban dan suhu tanah agar relatif stabil. Plastik mulsa juga berfungsi untuk mencegah pupuk terbawa oleh air hujan. Agar bedengan dapat tertutup rapat pemasangan mulsa dapat dilakukan pada waktu menjelang siang hari sehingga plastik mulsa dapat sedikit memanjang akibat pemuaian. Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara ditarik pada kedua ujung mulsa sepanjang bedengan yang dibuat. Plastik mulsa direkatkan ke tanah menggunakan pasak yang terbuat dari bilah bambu berbentuk U kemudian ditancapkan pada setiap sisi bedengan hingga permukaan atas bedengan tertutup rapat. Setelah mulsa terpasang dengan rapih, selanjutnya mulsa diukur untuk menentukan jarak tanaman yang diinginkan sesuai dengan pola tumpang sari yang digunakan. Rata-rata petani mitra menggunakan pola menyilang pada setiap bedengan. Dua lubang pada kedua sisi kanan dan kiri dengan masing jarak antar lubang 50 x 50 cm dan satu lubang yang berada di tengah kedua lubang kanan dan kiri dengan jarak antar lubang 75 x 75 cm. Sedangkan petani nonmitra biasanya menggunakan pola tanam sejajar pada setiap bedengan. Jarak antar masing-masing lubang adalah 30 x 30 cm. Plastik mulsa yang telah diukur kemudian dilubangi menggunakan alat pembolong mulsa yang dapat dibeli pada toko Saprotan seharga Rp. 50.000buah. 48 a b Gambar 7. a Pola Tanam Sejajar ; b Pola Tanam Menyilang

6.1.2. Penyemaian Benih dan Pembibitan