Lahan Tenaga Kerja Sistem Usahatani Cabai Rawit Merah

62 lebih pedas. Dalam satu hektar lahan mampu ditanam sebanyak 15.000 hingga 20.000 bibit tergantung pada jarak dan pola tanam yang digunakan oleh petani. Harga bibit cabai rawit merah secara umum di Desa Cigedug adalah Rp. 50,00 per pohonnya sedangkan harga bibit tomat dan kol secara berturut-turut adalah sebesar Rp. 100,00 dan Rp. 50,00 per pohonnya. Bibit cabai rawit merah yang baik dan optimal dalam pertumbuhan dan perkembangannya memiliki kemampuan produktivitas mencapai 3,5 kg setiap pohonnya hingga habis satu musim tanam. Produktivitas tanaman tergantung dari iklim perawatan yang dilakukan oleh masin-masing petani terhadap tanaman.

7.1.2. Lahan

Lahan yang digunakan oleh petani untuk berusahatani cabai rawit merah baik oleh petani mitra maupun nonmitra di Desa Cigedug pada umumnya merupakan lahan milik sendiri. Namun, terdapat beberapa petani baik petani mitra maupun nonmitra masih ada yang menyewa lahan untuk usahatani cabai rawit merah agar dapat mencapai economic of scale dari usahatani cabai rawit merah ini. Petani yang tidak memilki lahan harus mengeluarkan biaya rata-rata sewa lahan setiap 1 patok atau setara dengan 0,04 ha adalah sebesar Rp 350.000,00 per musim tanam. Jadi jika dikonversikan ke dalam 1 ha luasan lahan maka biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk menyewa lahan adalah sebesar Rp. 8.750.000,-. Luas kepemilikan lahan cabai rawit merah di Desa Cigedug berkisar antara 0,1 hektar hingga 6 hektar dengan rata-rata luas sebesar 0,69 ha. Luas rata-rata lahan yang dimiliki oleh petani mitra adalah sebesar 1,06 hektar sedangkan petani non-mitra memiliki rata-rata luas lahan sebesar 0,43 hektar. Lahan petani cabai rawit merah di Desa Cigedug pada umumnya ditanami oleh lebih dari satu jenis tanaman. Hal tersebut dilakukan oleh petani dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mengurangi risiko produksi yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Pola tanam yang digunakan adalah tumpang sari. Pola tumpang sari juga dapat bermanfaat dalam menjaga kesuburan tanah agar tidak jenuh terhadap satu jenis tanaman saja. Tanaman tumpang sari yang dibudidayakan petani responden baik yang mitra mauupun nonmitra di Desa Cigedug dalam satu kali musim tanam adalah tomat dan kol. 63

7.1.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menetukan dalam sebuah kegatan usahatani. Tenaga kerja yang digunakan dalam sebuah kegiatan usahatani pada umumnya dapat berupa tenaga kerja dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal dari dalam anggota keluarga petani dan tenaga kerja luar keluarga yaitu merupakan tenaga kerja upahan. Pada kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani di Desa Cigedug pada umumnya tidak menganggap tenaga kerja dalam keluarga sebagai biaya usahatani yang harus dikeluarkan. Tenaga kerja dalam keluarga semata-mata hanya dianggap sebagai salah satu bentuk kewajiban masing-masing anggota keluarga yang ingin menikmati hasil panen dari usahatani yang dijalankan. Padahal untuk dapat menghitung biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani seharusnya tenaga kerja dalam keluarga dimasukkan kedalam komponen biaya yang diperhitungkan. Tabel 8. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra Per Ha Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam Di Desa Cigedug Tahun 2011 No Kegiatan Usahatani Penggunaan Tenaga Kerja HOK Total HOK Dalam Keluarga Luar keluarga L P L P 1 Persiapan Lahan 9,7 1,8 136,9 3,6 151,9 5,89 2 Penanaman 1,8 1,7 3,7 6,5 13,7 0,53 3 Penyulaman 13,6 0,0 27,6 38,6 79,8 3,09 4 Pemasangan Ajir 2,5 0,0 13,6 15,1 31,1 1,21 5 Pemupukan 18,5 6,2 46,7 96,4 167,8 6,50 6 Pemeliharaan 54,0 0,0 130,2 12,6 196,8 7,63 7 Pemanenan 31,4 19,1 69,2 1819,3 1.939,1 75,1 5 Total 131,6 28,8 427,8 1.992,1 2.580,2 100 Nilai Tenaga Kerja 1.973.693,8 431.281,0 6.417.395,7 29.880.896 38.703.266,7 Sumber : Data Primer Diolah Tabel 8 menunjukkan besarnya kontribusi tenaga kerja pada setiap proses usahatani cabai rawit merah untuk petani yang bermitra per hektar luasan lahan. Dapat dilihat bahwa pada kegiatan pemanenan menyerap tenaga kerja paling besar dengan kontribusi sebesar 75,15 persen dari dari total kontribusi tenaga kerja 64 sebesar 2.580,2 HOK. Hal ini terjadi karena kegiatan pemanenan memiliki intensitas yang tinggi yaitu 48 hingga 52 kali untuk setiap musim tanamnya dan menggunakan sistem borongan dengan upah panen Rp. 1.000,- untuk setiap kilogram cabai rawit merah yang dapat dipanen. Tenaga kerja wanita lebih banyak digunakan terutama pada kegiatan pemanenan yang menggunakan sistem borongan. Baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja upahan diberlakukan waktu kerja untuk melaksanakan kegiatan usahatani pada umumnya mulai dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 WIB atau setara dengan 5 jam kerja untuk tenaga kerja laki-laki, sedangkan untuk tenaga kerja perempuan biasaya hanya bekerja selama 4 jam kerja yaitu mulai pukul 07.00 hingga pukul 11.00 WIB. Tingkat upah rata-rata yang dibayarkan bagi tenaga kerja laki-laki adalah sebesar Rp 15.000,-hari dan untuk tenaga kerja perempuan adalah sebesar Rp 12.000,-hari. Banyaknya anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani cabai rawit merah rata-rata sebanyak 2 orang yakni petani itu sendiri bersama istri atau anaknya. Dalam kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani nonmitra Tabel 9 , total tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2.224,1 HOK denggan perincian jumlah tenaga kerja dalam keluarga sebanyak 376,5 HOK dan jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 1847,6 HOK. Penggunaan tenaga kerja paling banyak adalah pada kegiatan pemanenan yaitu sebesar 43 persen. Tenaga kerja pria banyak digunakan pada kegiatan yang membutuhkan tenaga yang cukup besar seperti persiapan lahan dan pemeliharaan. Tenaga kerja pria yang dibutuhkan pada persiapan lahan dan pemeliharaan mencapai 300,3 HOK dan 194,9 HOK. Sedangkan tenaga kerja wanita paling banyak dibutuhkan dalam kegiatan pemanenan yaitu sebanyak 866,5 HOK untuk tenaga kerja wanita luar keluarga yang diupah menggunakan sistem borongan sebesar Rp. 1.000,- untuk setiap kilogram cabai rawit merah yang berhasil di panen. Pada kegiatan pemanenan tenaga kerja wanita dianggap lebih teliti dan lebih rapih dalam melakukan proses pemanenan. 65 Tabel 9 . Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra Per Ha Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam Di Desa Cigedug Tahun 2011 No Kegiatan Usahatani Penggunaan Tenaga Kerja HOK Total HOK Dalam Keluarga Luar keluarga L P L P 1 Persiapan Lahan 35,9 7,9 264,4 63,0 371,2 16,69 2 Penanaman 4,2 0,9 7,4 9,0 21,6 0,97 3 Penyulaman 18,9 2,6 24,1 9,2 54,8 2,46 4 Pemasangan Ajir 11,5 2,8 26,6 18,3 59,2 2,66 5 Pemupukan 71,0 12,7 123,9 114,3 321,9 14,47 6 Pemeliharaan 171,7 3,0 264,3 0,0 438,9 19,74 7 Pemanenan 28,5 4,9 56,5 866,5 956,4 43,00 Total 341,7 34,8 767,3 1.080,3 2.224,1 100,0 Nilai Tenaga Kerja 5.125.323 521.963,8 11.509.0 16.205.178 33.361.508,9 Sumber : Data Primer Diolah Pemakaian tenaga kerja dalam keluarga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pemakaian tenaga kerja luar keluarga. Hal ini disebabkan karena petani mitra lebih memilih untuk memperkerjakan tenaga kerja luar keluarga untuk kegiatan usahataninya dibandingkan menggunakan tenaga kerja upah sebagai bentuk dampak sosial dari kegiatan usahatani yang dijalankan.

7.1.4. Alat-Alat Pertanian