16 autistik memicu adanya peningkatan gejala autistik yang dapat mengganggu
aktifitas anak dalam pembelajaran.
4. Diet pada Anak Autistik
Istilah diet merupakan istilah yang sering digunakan dalam upaya mengatur pola makan. Pola makan yang baik adalah pola makan dengan
pemilihan jenis makanan yang tepat dan dilaksanakan secara teratur. Pelaksanaan makan secara teratur diharapkan dapat menjaga metabolisme
tubuh berjalan secara teratur pula. Metabolisme tubuh yang teratur dapat membantu menjaga kesehatan tubuh seseorang.
Pada anak dengan gangguan autistik, pola makan yang teratur ternyata tidak cukup dalam upaya pemeliharaan kesehatan tubuhnya karena anak
autistik mengalami gangguan fungsi saluran cerna sehingga anak mengalami intoleransi pada makanan tertentu. Menurut Amilia 2012: 3 salah satu
jenis terapi untuk anak autistik adalah melalui makanan atau yang disebut dengan terapi diet. Terapi diet untuk anak autistik berbeda dengan terapi diet
pada umumnya, terapi diet untuk anak autistik adalah, Diet khusus autistik dinamakan diet casein free gluten free CFGF,
bagi anak autistik diet ini sangat penting sehingga dianjurkan bagi para orang tua penderita autistik untuk menerapkan diet ini. Para ahli
sepakat bahwa anak autistik melakukan diet CFGF untuk memperbaiki gangguan pencernaan dan diet ini juga bisa mengurangi gejala atau
tingkah laku autistik Chaplin dalam Edi, 2010: 6.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dengan pelaksanaan diet bebas gluten dan bebas kasein dapat membantu anak untuk
memperbaiki serta mengurangi perilaku autistik sehingga dengan adanya pelaksanaan diet ini siswa akan terbantu dalam upaya pencapaian tujuan
17 pembelajaran. Pendapat ini juga didukung oleh Rifmie, 2013: 15 bahwa
ada hubungan antara frekuensi konsumsi diet bebas gluten bebas casein dengan perubahan perilaku autistik karena semakin tinggi konsumsi bahan
makanan yang mengandung gluten dan casein maka akan semakin sering terjadinya perilaku autistik.
Perilaku autistik yang timbul akibat siswa tidak melakukan diet akan mengganggu proses pembelajaran karena siswa tidak dapat berkonsentrasi
dengan baik saat mengikuti pembelajaran. Emosi siswa yang kurang stabil dapat dipengaruhi juga oleh ketidaktaatan siswa dalam pelaksanaan diet.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa diet bebas gluten dan bebas kasein sangat penting dilaksanakan agar perilaku autistik siswa dapat
berkurang sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sebagai upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
B. Kajian tentang Pengetahuan Ibu
1. Pengertian Pengetahuan
Manusia adalah individu yang terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu, dalam perkembangannya manusia memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu manusia cenderung diawali dengan gejala- gejala pengetahuan yang dapat diamati dengan indra yang dimiliknya.
Pengetahuan dalam kehidupan manusia adalah hal yang tidak dapat dipisahkan karena sepanjang hidupnya manusia selalu mendapatkan dan
menggunakan pengetahuan untuk terus bertahan hidup. Oleh karena itu Suparlan 2008: 49 menyatakan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang
18 ada pada diri manusia, keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis
manusia sebagai bawaan kodrat manusia yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan.
Kehendak, kemauan dan rasa ingin tahu seseorang didapat dari stimulus panca indera manusia, demikian halnya dengan pengetahuan.
Pengetahuan ialah merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia Notoadmodjo dalam Sanjaya, 2012: 1. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Benjamin Bloom dalam T. G. Manalau, 2011: 13
menyebutkan bahwa pngetahuan atau kognitif adalah hasil dari tahu yang merupakan hasil pengindraan terhadap suatu objek dengan tingkatan. Karena
tingkatan pengindraan seseorang berbeda-beda tentu pengetahuan yang dimiliki manusia satu dengan yang lainnya akan berbeda pula.
Rasa ingin tahu merupakan salah satu penyebab seseorang memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tidak hanya dapat diperoleh melalui
rasa ingin tahu. Suhartono dalam A. Susanto 201: 77 menjelaskan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang menjelaskan tentang adanya sesuatu hal
yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman- pengalaman, kesadaran, informasi dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam
upaya manusia memenuhi kebutuhan dan melakukan kegiatannya sehari-hari secara tidak langsung pengetahuannya akan terus bertambah baik dari hasil
pengalaman diri sendiri maupun hasil berinteraksi dengan orang lain. Proses interaksi dengan orang lain maupun proses untuk mencari
pengalaman dalam kehidupan akan membuat manusia semakin menyadari