mendapat sensitivitas yang rendah yaitu 5 dalam mempredikasi adanya infeksi Chlamydia Vishwanath, 2000.
Dari beberapa penelitian lain tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya keluhan vaginal discharge saja tidak mempunyai nilai diagnostik
yang tinggi untuk memprediksi infeksi Chlamydia, oleh karena ini karakteristik vaginal discharge itu juga harus diexplorasi mengenai bau,
warna maupun konsitensinya seperti pada penelitian yang dilakukan ini agar mempunyai nilai diagnostik yang lebih tinggi.
5.7. Model Klinis
Model klinis yang diperoleh pada penelitian ini menyimpulkan terdapat empat variabel yang berperan terhadap prediksi probabilitas
individu terinfeksi Clamydia yaitu adanya bau vaginal discharge, warna vaginal discharge yang kekuningan hingga kehijauan, gejala sakit perut
bagian bawah dan adanya radang vagina. Dari keempat variabel tersebut, bau vaginal discharge mempunyai nilai yang paling signifikan dan
mempunyai nilai odds ratio paling tinggi. Pada wanita pre-pubertas gejala infeksi Chlamydia dapat berupa
adanya vaginal discharge dan berbau vaginitis. Pada wanita post pubertas juga dapat dijumpai adanya discharge dan bau yang berasal dari
cerviks yang terinfeksi. Tetapi hampir 80 wanita dewasa tidak menunjukkan adanya gejala asimptomatik. Wanita dapat membawa
bakteri ini berbulan-bulan bahkan bertahun tanpa menyadarinya. Disinilah pentingnya screening. Gejala dapat timbul dalam 3 minggu setelah
Universitas Sumatera Utara
terinfeksi, berupa sakit perut bawah yang menetap, discharge dari vaginal yang ringan seperti susu dan kekuningan, mual dan demam, sakit
sewaktu buang air kecil, sakit sewaktu melakukan hubungan seksual, dan spotting diluar haid WHO, 2007b.
Secara klinis infeksi chlamydia dapat menyebabkan cervicitis, endometritis, salphingitis, pelvic inflammatory disease, infertilitas ataupun
kehamilan ektopik. Sekitar 5-13 wanita yang terinfeksi chlamydia akan mengalami cervicitis. Namun pada peneilitian ini adanya radang cerviks
tidak mempunyai nilai yang signifikan, sebaliknya radang vagina menjadi suatu petunjuk adanya infeksi Chlamydia.
5.8. Analisis Spasial Pola Penyebaran Infeksi Chlamydia di Kota Medan
Pola penyebaran kasus Chlamydia di Kota Medan, berdasarkan data sekunder dengan analisis tetangga terdekat nearest neighborhood
analysis diperoleh peta yang menunjukkan hampir seluruh wilayah Kota Medan ditemukan kasus Chlamydia dengan ada kecenderungan
mengelompok pada bagian tengah wilayah Kota Medan R = 0,783382 nilai Z = -3,54068. Sedangkan berdasarkan data primer, hasil analisis
spasial juga menunjukkan hampir seluruh wilayah di Kota Medan ditemukan kasus Chlamydia, namun tidak dijumpai adanya kasus
chlamydia yang mengelompok R = 0,86522 nilai Z = -1,58945. Hasil secara keseluruhan berdasarkan data primer dan data sekunder
menunjukkan bahwa pola penyebaran kasus Chlamydia di Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
terdistribusi secara merata ke arah kecenderungan mengelompok di bagian tengah wilayah Kota Medan, terutama tampak pada Kecamatan
Medan Perjuangan. Infeksi Chlamydia sebenarnya merupakan suatu infeksi menular
seksual. Terjadinya infeksi Chlamydi pada ibu yang merupakan kelompok risiko rendah ini, kemungkinan besar dapat bersumber dari pasangan ibu
atau suaminya, dimana seluruh ibu yang menjadi subjek penelitian ini menyatakan bahwa hanya mempunyai satu pasangan seksual saja.
Perilaku pasangan seksual yang berisiko memungkinkan untuk menularkan berbagai infeksi menular seksual lainnya termasuk HIVAIDS.
Wanita yang terinfeksi Chlamydia ternyata lima kali lebih mudah untuk mendapat infeksi HIV dari pasangan yang terinfeksi Departement of
Health and Human Services-USA, 2012. Penelitian di India tentang hubungan infeksi Chlamydia dengan infeksi HIV menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan, dan memperkuat akan perlunya skrining infeksi Chlamydia sebagai bentuk intervensi penting untuk mengurangi beban
akibat infeksi Chlamydia dan HIV serta penyebarannya Joyee, 2005. Oleh karena itu hasil yang menunjukkan penyebaran kasus Chlamydia
yang terdistribusi merata di Kota Medan ini, juga dapat mencerminkan kemungkinan adanya infeksi menular seksual lainnya terutama HIV. Hal
ini perlu dipertimbangkan mengingat Kota Medan masih merupakan daerah tertinggi kasus HIVAIDS dari seluruh kabupatankota di Sumatera
Utara. Penyebaran yang cenderung mengelompok di wilayah tengah Kota Medan ini terutama pada Kecamatan Medan Perjuangan, dimana wilayah
Universitas Sumatera Utara
ini ternyata memiliki kepadatan penduduk yang tertinggi di Kota Medan BPS, 2010.
Analisis spasial antara model klinis lengkap dengan wilayah menunjukkan bahwa proporsi terbanyak pasien Chlamydia dengan gejala
klinis lengkap terdapat pada Kecamatan Perjuangan, Medan Kota dan Medan Timur. Berdasarkan hasil ini maka probabilitas infeksi Chlamydia
bagi ibu yang datang berasal dari ketiga wilayah ini dengan gejala klinis lengkap menjadi lebih besar. Dengan demikian dokter umum di wilayah
tersebut dapat lebih mudah menegakkan diagnosa penyakitnya dan melakukan pengobatan terhadap kasus Chlamydia. Pada dasarnya
pengobatan infeksi Chlamydia sederhana dan mudah, yaitu pemberian secara oral azithromycin 1 gram dosis tunggal atau doxycycline 100 mg
dua kali sehari selama 7 hari. Pengobatan dengan azithromicin ini direkomendasikan CDC sebagai pengobatan primer first line treatment
baik untuk wanita hamil maupun tidak hamil karena keamanan dan efektivitasnya Vranken, 2007; Miller, 2006. Suatu penelitian di
Queensland tentang manajemen penanganan Chlamydia menunjukkan 94 atau hampir seluruh dokter umum yang diteliti mengetahui
rekomendasi pemberian azithromycin untuk pengobatan infeksi genital Chlamydia Heal et al, 2012. Penelitian dengan population based study di
Norway menyimpulkan probabilitas infeksi Chlamydia pada remaja akan makin meningkat bila pelayanan kesehatan youth clinic di suatu wilayah
tersebut tidak ada Kløvstad et al., 2012.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik wilayah mungkin mempunyai pengaruh terhadap kejadian infeksi Chlamydia, seperti jumlah tenaga kesehatan dan jumlah
puskesmas di suatu wilayah kecamatan serta kepadatan penduduk. Makin padat penduduk suatu wilayah berarti juga makin besar kemungkinan
interaksi antar individu, yang mungkin juga akan mempermudah penyebaran suatu penyakit. Jumlah pasangan seksual yang makin banyak
akan meningkatkan probabilitas infeksi Chlamydia Kløvstad et al., 2012. Maka berdasarkan potensi risiko pelayanan terhadap kepadatan
penduduk tersebut diperoleh hasil spasial yang menunjukkan wilayah kecamatan yang dapat dikategorikan sebagai wilayah yang sangat
berisiko terhadap kejadian Chlamydia yaitu Kecamatan Medan Amplas, Medan Maimun, Medan Kota, Medan Perjuangan, Medan Timur dan
Medan Marelan. Dari kedua pendekatan spasial diatas tampak yang menjadi prioritas intervensi kesehatan baik melalui promosi kesehatan
maupun penanganan kasus Chlamydia adalah Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Timur. Walaupun sebenarnya seluruh kasus
Chlamydia bisa dijangkau oleh pelayanan puskesmas yang ada di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN